Remains Nameless

Adinda Amalia
Chapter #11

Chapter 10: Harewood

“Hanya Lucy yang tahu bahwa aku berkunjung ke Easust. Sementara Ayah….” Kevin menggeleng pelan. Suarnaya juga menjadi lirih, “Aku bukan bermaksud menyembunyikan dari Ayah. Namun, bila suatu hal dapat dinikmati dengan sepenuhnya kebahagiaan, mengapa harus dengan sengaja memasukkan kepahitan di sana? Berbeda dengannya, Lucy dapat menghargaimu, seperti halnya aku dan ibu kita,” dia membahas tentang Nyonya Ledger.

“Aku mengapresiasi perbuatanmu….”

Kevin tersenyum kembali. “Ah, bila aku menceritakan tentang keindahan Easust hari ini, kurasa Lucy pasti akan sangat ingin berkunjung kemari.”

Fenon menggerutu, “Jangan membuat pergerakanmu kemari menjadi makin kelihatan. Bila Mantan Raja Baron XV mengetahuinya dan timbul masalah, aku sungguh tak akan mengizinkanmu untuk datang lagi.”

“Tenang saja… aku telah mengatur segalanya.”

“Kedatanganmu kemari selalu diam-diam, ‘kan? Itulah mengapa kau tak mengenakan pakaian raja maupun membawa pengawal.”

“Tak sepenuhnya juga. Ayolah, Fenon. Jadi, apa, kau sesungguhnya tak suka bila aku datang?”

“Bukan begitu….” Fenon menghela napas.

Hudson sedikit mendekat kepada Kevin dengan wajah tak percaya yang dibuat-buat. “Kevin sudah menikah?”

Lelaki itu tersenyum manis sambil mengangguk.

Hudson langsung memasang muka kecewa, masih dibuat-buat.

Fenon tertawa dan menyenggol bahu anak itu. “Kau bilang maunya denganku.”

Hudson mengangkat alis. “Kan berbeda….”

“Aku orang tuamu, sedangkan Kevin ingin kau jadikan suami?” Fenon menggerutu. “Wah, luar biasa. Aku tak bisa membayangkan kakakku sendiri menjadi menantuku.”

Kevin terkekeh. “Jangan khawatir, Hudson nanti akan bertemu laki-laki yang hebat, yang ingin menikahimu.”

Fenon masih mengomel, “Hei, memangnya mengapa bila Kevin sudah menikah? Kau masih anak-anak, tak masalah untuk berada di dekatnya mau dia masih lajang atau sudah memiliki istri.”

“Namun bila begitu, aku bukan jadi yang nomor satu di hati Kevin….” Dia cemberut.

Fenon langsung menyahut, “Kau nomor satu di hatiku! Puas sekarang?”

Hudson kemudian terkekeh senang.

Fenon lantas meraih kedua pipi anak itu, akhirnya tak bisa menahan gemas juga. “Kau ini… bilangnya mau Fenon, tetapi ketika ada Kevin, selalu mencari-cari Kevin.”

“Iya, iya….” Hudson seperti sedikit kewalahan dengan kedua tangan Fenon di pipinya, tetapi dia juga tidak berusaha melepaskan. “Fenon yang aku suka! Fenon, Fenon!”

Kevin ikut tertawa. “Kalian menggemaskan….”

Fenon kemudian melingkarkan kedua lengan di depan tubuh anak itu, sambil membungkuk sedikit-sedikit, seakan-akan menangkapnya dalam dekapannya. “Kau tak bisa pergi ke mana pun! Hudson tertangkap!”

Hudson berteriak sambil tertawa—suaranya khas anak kecil yang menyenangkan untuk didengar. Seperti pura-pura ketakutan dan tak bisa lepas dari lelaki itu.

Lihat selengkapnya