

“Fenon! Makan siang hari ini apa?” Anak itu berteriak dari halaman depan sampai membuka pintu dan melesat menuju dapur.
Fenon berdiri di balik meja dapur, menoleh sesaat kepada anak yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya, kesusahan mendongak untuk menengok apa yang dipotong-potong olehnya. “Sudah pulang?”
Hudson mengangguk. “Ralph dan Diego juga pulang untuk makan siang.”
“Shawn? Tadi kulihat dia ikut bermain.”
“Choco dijemput ayahnya sejak pukul sembilan, mereka hendak ke Salten.”
Alis Fenon terangkat. “Untuk apa?”
“Ke pasar,” jawab Hudson enteng.
Fenon mengangguk-angguk. Lantas berkata lagi, “Rapikan rambutmu, setelah itu kita makan siang.”
Hudson seperti terpikir sesuatu setelah melihat meja dapur, tetapi dia tetap berlalu menuju ruang tengah untuk meraih sisir. “Mengapa Fenon membuat roti isi untuk makan siang? Biasanya roti disantap ketika sarapan.”
“Kurasa rotinya tak akan bertahan lama, maka karena itu kita harus segera menghabiskannya. Kau selalu minta menu lain beberapa hari belakangan ini!” Dia mengomel sedikit.
“Kalau membuat roti isi, mengapa tidak memakannya di dekat danau?”
Fenon mencerna ucapan anak itu sesaat. “Piknik, maksudmu?”
Hudson mengangguk.
“Namun, kau baru saja bermain di danau bukan, barusan? Apa kau tak akan bosan?”
Hudson sibuk menyisir rambut yang panjang. Agak kesulitan, bahkan sesekali membuatnya sedikit makin berantakan. “Pergi bersama Fenon itu berbeda. Aku akan selalu lebih senang untuk pergi bersama Fenon!”
Lelaki itu tertawa kecil, diam-diam gemas akan anak tersebut. “Baiklah kalau begitu. Kau punya keranjang kayu untuk membawa makanan kita?”
“Ada! Ada! Akan kuambil!” Hudson langsung meletakkan sisir dan melesat menuju lemari di tepi dapur. Tangannya membuka ruang paling bawah, tempat menyimpan barang-barang yang jarang dipakai.
“Hei, selesaikan dulu merapikan rambutmu itu.”
“Setelah ini!” Hudson tak mengalihkan pandangan dari lemari. Dia menemukan keranjang kayu dengan cepat, lantas meletakkan di meja makan. “Piknik! Piknik!” serunya sambil kembali ke ruang tengah untuk meraih sisir lagi.
Kali ini tawa Fenon tak tertahan. “Setelah ini akan kusisir rambutmu. Mau mengenakan ikat rambut berwarna merah muda?”
Hudson langsung melompat kecil. “Mau!”
Lagi-lagi, tawa gemas Fenon tak bisa ditahan. “Duduk manis. Aku juga akan mengganti pakaianmu dengan gaun yang cantik setelah ini.”
Hudson kebingungan sedikit. “Gaun? Aku tak punya gaun.”
Fenon tertawa lagi, kali ini terdengar sedikit usil. “Kau punya, tunggu saja.”
Fenon menyelesaikan roti isi buatannya. Dia membawa beberapa camilan tambahan, seperti biskuit, juga dua botol susu sapi segar. Semua ditata rapi di dalam keranjang kayu. “Selesai.”
Setelah itu, dia berjalan menuju lemari besar di ruang tengah, yang beberapa hari lalu baru selesai dibongkar dan ditata ulang oleh Fenon menjadi berisi barang-barang miliknya, sedangkan barang Hudson ada di lemari lebih kecil serta lemari lain di kamarnya.
Fenon mengeluarkan sebuah sebuah pakaian anak-anak, dengan lengan sangat pendek yang mengembang, panjang dengan sebuah rok berlapis yang mekar. Tali melingkar di bagian pinggang, diikat menjadi berbentuk pita di pinggir kanan. Warnanya merah muda cerah, nyaris putih.
Bila boleh jujur, Fenon memang sedikit takut dengan reaksi Hudson. Anak itu tak pernah protes ketika Fenon mengingat rambutnya dengan pita-pita lucu. Namun, bila dibiarkan memilih pakaian sendiri, anak itu selalu memilih kaos dan celana sederhana tanpa memikirkan gaya rambutnya.
Fenon tak siap andai anak itu tak suka.
“Fenon…,” katanya, mencerna apa yang ada di depannya saat ini, membuat detik-detik terasa bagai jam bagi lelaki itu. “Itu menggemaskan!”
“Sungguh?” Fenon langsung berbinar dan bernapas lega. “Kau menyukainya?”
Hudson hanya mengangguk. Namun, senyumnya yang lebar dan pipinya yang kemerahan sedikit telah menunjukkan bahwa dia sangat senang, tetapi malu-malu dan bingung karena jarang dihadapkan dengan situasi demikian.
Beberapa menit kemudian, Hudson telah siap dengan gaun selutut dan sepatu sandal sederhana yang nyaman, tetapi menggemaskan dengan aksen warna merah di beberapa sisi. Rambut diikat sebagian di sisi belakang atas, menggunakan pita berwarna merah muda. Bagian samping juga dihias dengan jepit berbentuk kupu-kupu.