Remains Nameless

Adinda Amalia
Chapter #25

Chapter 23: Surat

“Surat?”

Fenon mengangguk. “Dia mengirim surat sejak minggu lalu. Sungguh… itu membuatku gugup sepanjang pekan. Aku tak tahu bagaimana harus berbuat.”

“Itukah mengapa kau memutuskan untuk tetap di sini meski pekerjaan kita telah selesai?” kata Hercher lagi, menyandar salah satu meja mesin jahit di Maggie Tailor. Cahaya oranye sore hari menyerobot masuk jendela besar di sisi ruang, tepat di belakang remaja itu.

Selagi lagi, Fenon mengangguk. “Lagi pula, Hudson pasti senang dapat bertemu dengannya lagi. Dia begitu girang sejak minggu lalu, setelah menerima surat itu. Kupikir ini ide yang baik untuk memberikan keduanya kesempatan untuk menghabiskan waktu hanya berdua.”

“Kau sudah bertemu dengannya? Setidaknya untuk menyapa atau sejenisnya?” sahut Kevin hati-hati. Laki-laki itu baru datang siang ini saat Fenon sengaja menunggunya di dermaga—saat jam istirahat Maggie Tailor—di jam kedatangannya.

“Aku… tak bisa, Kevin.” Fenon menghela napas gusar.

“Namun, kau melihat pria itu, bukan? Saat dia sampai di dermaga. Kereta kudanya terlihat dari sini saat melintas pagi tadi. Belum lama setelah kau datang,” kata Herscher tegas. Berbeda dengan Kevin yang empati, dia agaknya justru muak akan sikap Fenon yang seperti kelinci penakut. Bersembunyi. Padahal lelaki itulah yang mati-matian menjaga dan merawat Hudson walau tak pernah membesarkan seorang anak sebelumnya, mengapa dia justru mengkerut seperti ini sekarang?

Fenon mengangguk lesu.

Herscher seperti ingin bicara, tetapi sepertinya dia pun bingung akan apa kata-kata bijak yang bisa diucapkan saat ini. “Sungguh, kau membuatku sakit kepala, Bung!”

Kevin ganti menatap Herscher. “Kau terlihat begitu marah. Ayah Hudson apakah sungguh seburuk itu? Aku mendengar dia menelantarkan istri dan anaknya.”

Lihat selengkapnya