

Kereta kuda dari jalanan di depan Maggie Tailor bahkan baru beberapa menit melaju, saat Fenon dan Kevin kompak menoleh mengikuti seseorang yang berjalan ke arah dermaga, menggandeng seorang anak.
“Hudson!”
Keduanya buru-buru turun dari kereta kuda. Kevin membayar sang kusir, sedangkan Fenon mengucap terima kasih sambil buru-buru menyusul.
Anak itu menoleh, reflek berhenti, sehingga pria di sebelahnya juga menoleh kepada mereka.
Pandangan Fenon bergeser kepada pria itu. Sebuah tatapan serius, bercampur khawatir, sedih, dan pilu, tetapi tegas. Dia menyapa singkat, “Tuan Harewood.”
Hudson mendongak untuk menatap pria itu. “Itu paman, Fenon dan Kevin.” Wajah anak itu tak berubah, masihlah anak baik yang polos, yang tak tahu apa-apa, yang mengira bahwa seseorang yang menggandengnya saat ini, adalah seorang ayah, definisi sesungguhnya dan sempurna dari seorang ayah.
Kevin menjadi lebih tegas, benar-benar, seperti sebagian dari aura raja yang ada padanya akhirnya keluar, “Kami berbagi nenek moyang yang sama, mantan istri Raja Baron XIII. Saya memeriksanya dari berkas valid di kerajaan dan catatan sipil Kota Baron.”
“Ah, sungguh?” Harewood tiba-tiba tersenyum. Mukanya bersinar, tak jauh berbeda dari bagaimana Hudson tertawa riang bersama—ah sesungguhnya mereka bisa menjadi seorang ayah dan putri yang bahagia. “Aku tak menyangka ternyata masih berhubungan dengan para bangsawan itu. Anda… bukanlah Raja Baron XVI, Kevin Clarrance Baron?”
“Hentikan lanturanmu dan kembalikan Hudson segera!” Fenon tiba-tiba membentak.
“Adik,” Kevin menenangkannya segera, dengan nada pelan yang khawatir.
Fenon langsung menghembuskan napas dengan sedikit gemetaran, berusaha menenangkan diri, walau sangat sulit—dan agaknya nyaris gagal. “Aku yang menjaga Hudson selama ini… setidaknya beberapa bulan belakangan. Aku berhak tahu ke mana kau hendak membawanya.”
Saat Fenon menatapnya, pria itu, Harewood, dia bahkan bisa merasakan bahwa sebagian dari Hudson ada di sana. Mengapa pria yang terasa sama-sama hangatnya, riang, dan ramah sepertinya, di saat bersamaan juga memancarkan sesuatu seperti apel mentah beku di dalam lemari pendingin—dingin, lancip, keras, dan masam?
Munafik.
Agaknya, kata-kata itu, apa yang diceritakan Herscher, sangat masuk akal kebenarannya.
Sesuatu dari pria itu benar-benar seperti keanehan yang berbanding terbalik.
Apa yang salah dengan isi pikirannya?
“Aku hendak membawa Hudson pulang bersamaku. Lagi pula, dia hanya seorang diri di sini.”
Kata-kata itu, sekilas terdengar tak ada yang aneh.
Fenon merasa seperti nyawanya hilang untuk sesaat. Dia menatap Hudson dengan lembut. “Ikutlah dengan Kevin sebentar, aku ingin membicarakan sesuatu dengan… ayahmu,” dia nyaris tak rela untuk mengatakan kata itu.
Hudson memandang mereka berdua bergantian, matanya benar-benar tanpa asumsi sedikit pun, anak itu tak memikirkan apa-apa selain menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dia sukai.
Anak itu menurut, saat Kevin menggandengnya menuju gezebo kecil tak jauh dari mereka. Kevin mengajaknya bermain untuk mengalihkan perhatian, sedangkan lelaki itu sendiri sambil mendengarkan baik-baik apa yang terjadi di sisi lain.
Di sana, tersisa dua orang. Seorang ayah kandung dari seorang anak, dan orang asing yang tiba-tiba datang—fakta bahwa dirinya paman bahkan rasanya tak ada harganya di momen ini—dan merebut anak itu.