oleh Muhammad Ari Pratomo
Buku ini lahir dari kegelisahan yang nyata—bukan hanya sebagai penulis, bukan hanya sebagai pengacara yang menyaksikan langsung runtuhnya moral di berbagai ruang hukum, tapi juga sebagai seorang ayah. Seorang ayah yang menyimpan rindu, harapan, dan ketakutan atas dunia yang mungkin harus diwariskan kepada anaknya. Dunia yang hari ini terasa bising, rapuh, dan sepi makna.
Saya menulis buku ini bukan untuk menggurui. Saya menulis sebagai sahabat, sebagai orang yang juga pernah jadi remaja dan kini jadi orang tua—yang tahu bagaimana rasanya tersesat di tengah gelombang besar zaman, dan tetap mencoba bertahan. Buku ini bukan tentang teori, bukan juga tentang petuah. Buku ini adalah panduan bertahan, yang disusun dengan jujur, hangat, dan penuh kesadaran bahwa setiap jiwa muda hari ini sedang berjuang—melawan krisis identitas, tekanan sosial, rasa takut akan masa depan, dan kehilangan makna iman.