Satu jam kemudian, dua mobil masuk ke halaman rumah disusul dua orang yang segera keluar dan memasuki pintu utama. Dari raut wajahnya, kedua orang itu nampak jelas sedang memikirkan apa yang sedang kami hadapi.
“Ethan, Arthur,” Jasper menyambut lebih dulu, bersama aku dan Nick yang ada di belakangnya.
“Teman-teman,” jawab Ethan menerima jabatan tangan Jasper dan Nick. Lalu pandangannya ke arahku, sama bingungnya. “Perubahan rencana?”
“Belum tahu,” ucapku segera.
“Dad sudah menunggu di ruang kerjanya. Kita bisa mulai percakapan kita di sana,” Nick langsung mengarahkan pada tujuan utama kami.
Keduanya mengangguk dan segera mengikuti langkah kami menuju ruang kerja Dad untuk mendapatkan privasi pada pembahasan yang akan kami lakukan.
Jasper melangkah lebih dulu dan mengetuk pintu yang selalu terkunci itu. “Dad, Arthur dan Ethan sudah datang.”
Tidak ada sahutan, hanya panel pintu yang berubah warna menjadi hijau, pertanda kunci ruangan itu sudah terbuka.
Tanpa buang waktu, Jasper segera membuka dan masuk ke ruangan, diiringi kami berempat. Kututup pintu ruang kerja Dad agar percakapan kami tidak terganggu dan terdengar oleh siapapun.
“Selamat datang, Tuan-tuan. Silahkan duduk,” sambut Dad sedikit formal, seraya beranjak dari kursinya.
“Terima kasih, Tuan Royce,” jawab keduanya sambil memposisikan diri rapi pada sebuah sofa.
Tuan Royce duduk di salah satu sofa tunggal berhadapan dengan kami. “Kurasa tidak perlu ada basa-basi lagi. Kita tahu apa yang akan kita bicarakan pagi ini.”
“Benar. Sama seperti kalian, kami juga cukup kaget dengan info itu dan juga meragukannya,” Arthur memulai pembicaraan. “Tapi melihat bahwa perusahaan Halyn yang bergerak di belakangnya, kami rasa keraguan kami tidak perlu dibahas lagi.”
“Perusahaan itu memang cukup besar, tak mengherankan jika mereka punya penelitian seperti itu,” Nick menanggapi.
“Tidak hanya besar, perusahaan Halyn juga setara dengan perusahaan Otis. Penelitian, teknologi, pengembangan sumber daya, semua bersaing ketat dengan Otis. Kedua perusahaan ini menjadi pesaing berat sejak lama,” Ethan menambahkan.
“Dan sekarang mereka memiliki DarkPill yang mereka sebut dengan Magic Pill,” ujarku sambil mengambil duduk setelah selesai menata dan menuang teh mereka.
“Spencer dan Peter sedang mengadakan rapat bulanan saat ini. Tidak menutup kemungkinan mereka akan membahas masalah ini juga,” Arthur memandang kami bergantian. “Apa ada kabar dari Tuan Craig?”
Dad menggeleng pelan, “sejauh ini tidak. Bahkan setelah berbulan-bulan, tidak ada kabar tentang hal itu dari Craig. Kurasa dia tidak bisa berkutik saat mengetahui otak dari penelitiannya sudah tidak ada lagi di sana dan mulai mencari peluang yang lain,” ujarnya. “Lalu, bagaimana dengan Tuan Arden?”
“Terakhir kali Ayah menyentuh data penelitian adalah saat kita menyelamatkannya dari markas Craig. Tapi kami akan menanyakan secara langsung, apakah ada celah bocornya data itu atau hal lainnya saat kami bertemu nanti,” Ethan memandangku sekilas untuk menegaskan kalimatnya.
Arthur menutup mulutnya sejenak sebelum kembali mengeluarkan suara. “Ada dua kemungkinan bagaimana perusahaan Halyn mendapatkan formula itu.”
Pandangan kami langsung terpusat ke arahnya.
“Yang pertama adalah dari bocornya data yang kami dapatkan, baik penelitian kami ataupun penelitian dari Guzman Arden. Kemungkinan kedua, perusahaan Halyn memang benar-benar menemukan formula itu dari penelitian mereka dan menjalankannya selama ini,” jelas Arthur. “Karena pil itu lebih rumit dan harus dengan dosis yang pas, jika mereka ingin memaksimalkan khasiatnya.”
Tidak ada suara dari kami, tapi semua yang ada di ruangan itu paham apa yang sedang dibicarakan. Kondisi ini bukan hanya menyangkut pil itu sendiri, tapi lebih pada tujuan saat kami memutuskan untuk menghilangkan keberadaan pil itu, selain menyelamatkan Guzman Arden tentu saja. Kami memahami risiko pil itu, tidak hanya bagi individual namun juga kesenjangan sosial pada jangka panjang. Hal itu menyangkut visi terpenting kami, kesetaraan istimewa.
“Jangan terlalu tegang. Kita sudah tahu seluk beluk pil itu lebih dulu dari mereka. Sepertinya, kita hanya perlu untuk mendapatkan formula itu kembali untuk menciptakan penangkal efek sampingnya, atau jika memungkinkan kita akan lenyapkan formula itu lagi seperti sebelumnya,” Dad memecahkan keheningan kami. “Silahkan nikmati teh kalian lebih dulu.”
Keduanya mengangguk kecil sambil menarik sisi senyum ramah mereka. Lalu menyeduh teh yang tersedia, bersamaan dengan pemilik ruang ini.
“Kurasa yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengumpulkan informasi. Baik perusahaan Halyn, DarkPill, dan juga pertandingannya,” Nick memberi pendapat.
“Juga Tuan Craig,” Jasper menyahut. “Beliau belum bebas dari tuduhan.”
“Benar,” Dad menyetujui. “Aku akan mencoba mencari informasi tentang Craig dan pedagang sekitar, memastikan DarkPill benar-benar belum tersebar. Jasper bantu aku, Nicolas kau selidiki pertandingan The Black Throne Games, Casey akan berbicara dengan Tuan Guzman Arden.”
“Ya, Pak,” jawab kami bertiga kompak.
“Ethan akan ikut dengan Casey. Mereka memang punya janji berkunjung hari ini dan Ethan lebih memahami formula itu. Jangan tersinggung,” Arthur segera memandangku.
“Tidak sama sekali,” jawabku langsung.
“Aku akan menyelidiki lab Otis dan penelitian kami bersama Spencer dan Peter,” lanjut Arthur.
Kami mengangguk menyetujui rencana ini.
“Baiklah, kita bisa bergerak sekarang, mengingat pendaftaran peserta pertandingan akan ditutup besok. Kita akan berkumpul lagi besok sambil menunggu keduanya kembali,” Dad memandangku dan Ethan sebagai maksud dari orang ditunggu.
Kepalaku mengangguk paham menanggapi ucapan Dad barusan.
Ethan meletakkan cangkirnya pelan, menyudahi jamuannya. “Kalau begitu, kita berangkat sekarang. Case, kau siap?”
“Aku hanya perlu mengambil tasku,” jawabku.
“Akan aku tunggu di mobil,” Ethan menambahkan.
“Aku akan kembali ke lab dan menemui rekan kita yang lain,” Arthur mulai beranjak dari duduknya. “Senang bisa bekerjasama dengan Anda lagi, Tuan Royce.”
Dad yang berdiri untuk menyamakan posisi mereka segera menerima jabatan tangan Arthur dan Ethan bergantian. “Kita juga demikian.”
Senyum bangga kami terukir pada masing-masing wajah, mengiringi kembalinya kerjasama ini.
“Dad, aku berangkat sekarang,” kataku pamit.
“Hati-hati,” Dad tersenyum mengizinkan. Bahkan sudah sangat paham jika aku tidak perlu diingatkan lagi dan dikhawatirkan seperti kebanyakan anak cewek lainnya.
Arthur, Ethan, dan aku berjalan beriringan meninggalkan ruang kerja Dad, menuju ke rencana kami pagi itu. Keduanya langsung menuju ke pintu depan, sedangkan aku berlari kecil ke arah kamar untuk mengambil tasku. Bahkan kusempatkan untuk menuju dapur dan mengambil es cappuccino yang sudah kupesan pada Nemi sebelum kedua tamu kami itu datang. Setelah semua kudapat, aku segera menuju depan, ke mobil Ethan yang siap meluncur ke kunjungan kami hari ini.