Keesokan harinya, kami kembali berkumpul di tempat yang sama untuk mematangkan rencana. Selain itu, kota tempat diselenggarakannya pertandingan lebih dekat dari tempat Spencer dibanding rumah kami. Keempat Royce—Dad, Jasper, Nick, dan aku—datang saat mereka sudah berkumpul. Kami langsung masuk dan bergabung dengan kelima pria yang mengobrol santai.
“Bernard tidak ikut lagi?” tanya Spencer melihat kedatangan kami.
Aku menggeleng, “pembahasan seperti ini—“ kuputar tangan untuk menjelaskan maksudku, “—bukan minatnya.”
“Dia akan membantu dengan memantau orang-orang sekitar,” Nick menambahkan.
“Kalian mendapatkan sesuatu?” Ethan menurunkan ponselnya.
“Bear bilang jika desas-desus pertandingan lebih ramai dibanding pertarungan Black Battle kemarin. Mereka tidak sepenuhnya percaya dengan DarkPill atau Magic Pill yang menjadi hadiah bonus, namun gelar tahta pertandingan lebih menggiurkan,” jelasku mengingat ucapan Bernard semalam.
“Benar juga, Minggu Black Battle,” Ethan baru tersadar. “Sudah lama kita tidak mengunjunginya.”
Kupandang kakak kandungku itu dengan datar, menanggapi kalimatnya barusan.
“Versi lokal dari Black Throne,” Nick mengedikkan bahu. “Cukup membanggakan bagi mereka yang namanya tercantum.”
“Nama kalian?” Peter ikut bergabung dalam percakapan.
“Tidak,” Nick tertawa kecil. “Tidak pernah.”
Senyum Ethan dan Peter mengikuti ekspresi angkuh Nick, mengerti maksud jawaban barusan. Mereka tahu level kami yang tidak lagi adil jika masuk Minggu Black Battle, selain karena nama keluarga Royce yang kami sandang.
“Oke, bisa kita fokus untuk pembahasan inti?” Jasper mengalihkan obrolan kami.
Kami memutar badan, mengarah ke pusat lingkar duduk kami.
Nick mengambil alih remot lebih dulu. “Tidak ada yang berubah banyak. Beberapa informasi tidak terlalu berpengaruh dan bergabung dengan Fortis sepertinya yang paling tepat. Aku akan kirim datanya pada email kalian berdua,” ia memandangku dan Peter bergantian.
“Dimengerti,” kata Peter formal, namun dengan santainya.
“Lalu tentang Casey,” Arthur menyambung pembicaraan Nick. “Kami rasa, kau perlu sedikit menyembunyikan levelmu.”
Perhatianku langsung tertuju pada Ethan yang memberikanku sebuah tabung. “WhitePill?” tebakku tanpa berusaha untuk membukanya.
“Minum dua pil untuk menurunkan angkamu. Semakin tinggi level, akan semakin sulit reaksi WhitePill. Pengaruhnya bertahan 1-3 jam, sehingga kau perlu memastikan kapan saja menggunakannya, jangan sampai kehabisan,” jelas Ethan.
“Siap, Pak,” jawabku sambil memandang tabung yang diberikannya.
“Dan satu lagi,” ia menyodorkan sebuah kalung.
Dahiku berkerut bingung, namun membiarkannya memasang benda itu di leherku. Kalung dengan liontin sederhana berupa persegi panjang vertikal tak lebih dari dari kelingkingku, menggantung tepat di atas jantungku.
“Kalung itu akan memantau dirimu, sehingga kami mengetahui keadaanmu,” Ethan menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan detak jantung, suhu tubuh, dan keadaanku lainnya.
“Jadi, kau akan terus memata-mataiku?” aku kurang setuju dengan itu.
Ethan menutup pantauan kesehatanku, lalu membukanya lagi. Terlihat tidak ada data yang masuk, “sekarang usap jarimu dari atas ke bawah pada belakang liontinnya.”
Kulakukan apa yang ia ucapkan. Satu detik kemudian, tampilan dataku kembali masuk pada layarnya. Bahkan pada sisi depan liontin itu terlihat dataku sekilas, sebelum kembali hilang saat kugeser. Kini aku tahu bahwa kedua sisi kalungku ini berupa layar sentuh.
“Tentu saja itu semua jika kau mengizinkan kami melihatnya,” jelasnya, menandakan bahwa mereka bisa mengaksesnya dengan jarak kami nantinya. “Itu hanya fungsi tambahan. Fungsi utama dari kalung itu adalah untuk membatasi dirimu.”
“Membatasiku?” kupandang dirinya bingung.
“Walaupun kau meminum WhitePill, level sebenarnya tentu tidak berpengaruh. Dan aku membuat kalung ini untuk mengingatkanmu, agar tidak melebihi level Casey Arden.”
Jadi, Casey Arden memiliki level di bawah Casey Royce. Aku bisa mengerti, karena level setinggi yang kupunya saat ini pasti akan menimbulkan kecurigaan jika aku tak sengaja melewatinya.
“Yang menjadi masalah kami adalah berapa level yang sesuai dengan Casey Arden? Tidak lebih dari Casey Royce, namun tetap dalam batas aman untuk bertarung nantinya,” Ayah melanjutkan pembahasan Ethan.
“Berapa levelmu sekarang?” tanya Arthur.
“8,3,” jawabku. “Hanya bertambah sedikit dari pemulihan yang lalu.”
“Berbeda saat kau mengembalikan levelmu sebelumnya, Case,” Ethan mengoreksi nadaku yang sedikit kurang puas. “Semakin tinggi levelmu, semakin sulit untuk bertambah. Untuk usiamu saat ini, level itu sudah cukup tinggi.”
“Sedangkan saat kau mengambil kembali levelmu setahun yang lalu, kau sudah punya jalur sebelumnya. Kita sudah membahasnya,” Jasper menambahkan.
“Ya, oke,” aku mengangkat tangan, tidak ingin berdebat. “Bisa kita kembali ke pertanyaan sebelumnya?”