Pagi hari jam 8 adalah waktu kami untuk sarapan. Seperti semalam, kami hanya perlu memindai kode QR dari jam tangan kami untuk masuk ke area makan. Aku dan Peter kini telah resmi bergabung dengan Fortis, sehingga kami bertujuh duduk pada satu meja makan dengan santainya. Tidak ada pembicaraan yang terlalu berat pagi itu, di samping kami sudah cukup mengobrol semalam, juga karena lokasi saat ini yang penuh dengan mata, telinga, dan pembaca pikiran.
Beberapa saat kemudian, kami menyelesaikan sarapan kami dan langsung menuju ke kamar yang menjadi markas kami saat ini. Kami tidak bisa berlama-lama di sana, karena ada pembahasan yang memerlukan privasi bagi tim ini. Satu persatu kami masuk kamar, lalu duduk santai seperti apa yang kami lakukan semalam. Peter melihat ponselnya sejenak, sedangkan aku duduk di sampingnya tanpa banyak bersuara.
“Kau selalu melihat ponselmu saat kau masuk kamar ini,” Barney berkomentar pada Peter. “Apa ada sesuatu?”
Aku menangkap jelas nada penasaran dan curiga Barney, namun tanggapanku hanya memandang ke arah Peter.
“Aku berjaga-jaga agar tidak ada alat elektronik tambahan,” Peter nampak berhati-hati dalam memilih kata-katanya.
“Maksudmu, penyadap? Kau mencurigai kami menyadap kalian?” Barney kini lebih menekan.
“Tidak,” Peter membantah. “Bukan hanya peserta,” lanjutnya, namun tanpa keterangan lebih lanjut.
Mereka menarik badan mereka perlahan, paham dengan maksud Peter. Sepertinya, mereka juga tidak sepenuhnya sekubu dengan Halyn, walaupun perusahaan itu sponsor utama pertandingan ini.
“Jadi, apa rencana kita?” Ozzy mengalihkan pembicaraan.
Peter memandang mereka bergantian, “Fortis harus tetap tampil lebih menonjol dibanding kami. Kita akan lihat lawan kita dan meneliti setiap kemampuan tim mereka, sehingga kita tahu strategi apa yang bisa digunakan untuk menyerang.”
Aidan mengambil mengangguk setuju, “babak kedua adalah eliminasi tim. Sebagian besar tim yang mendaftar tak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, jadi kita bisa menggunakan peluang itu untuk tim kita.”
“Aku setuju,” sahut Peter cepat. Satu hembusan nafas tipis terlihat darinya, “dengar, aku tahu kalian mengenal pertandingan ini dan kami yakin kalian mengetahui mereka lebih baik dari kami berdua. Tapi, kami pastikan ini semua sepadan.”
Kelimanya nampak diam, bingung harus mengatakan apa.
“Kami turun peringkat pada dua tahun ini dan kami tidak ingin lebih turun lagi,” Jenny mengedikkan bahu. “Kurasa, tidak ada salahnya mencoba hal baru bagi tim kami.”
Kami semua tersenyum—beberapa nampak mengangguk—menyetujui ucapan Jenny barusan.
“Uhm, maaf mengganggu suasana ini, tapi kita dapat email dari penyelenggara pertandingan,” Ozzy mengalihkan perhatian kami. “Katanya, lihat TV sekarang.”
“TV?” Violet dan Barney mengulangi ucapannya dengan bingung, sedangkan yang lain langsung mengarah pada benda yang dimaksud.
“Selamat pagi semua!!”
“Ini sudah kedua kalinya, tapi kemunculannya selalu menyebalkan,” komentar Jenny yang kembali mendapat tatapan setuju dari kami.
“Ini sudah jam 9 dan masing-masing kalian sudah punya tim! Selamat!” Clavin menarik kedua pipinya hingga senyum lebarnya berlebihan. “Jadwal kalian selanjutnya adalah menuju ke markas pertandingan selanjutnya. Markas ini berupa penginapan berbentuk pondok dengan satu tim yang menghuni satu tempat. Jadi kalian akan mendapat privasi lebih!”
Terdengar menyenangkan.
“Waktu kalian hanya sampai jam 10 untuk mengemasi barang-barang kalian. Instruksi lebih lengkap akan kami kirim melalui email perwakilan kalian. Itu saja pengumuman saat ini, kita bertemu lagi di pertandingan besok!” lalu TV kembali ke tontonan sebelumnya.
“Oke, kita pindah tempat,” Ozzy menutup laptopnya. “Menurutmu, apa di pondok itu nantinya ada TV seperti ini?”
Kami hanya tertawa kecil, namun sepemikiran dengan sindirannya barusan, tentang penyelenggara pertandingan yang bisa mengakses TV pada kamar kami. Kini kami berpikir, sejauh mana privasi yang kami dapatkan selama pertandingan. Namun sebelum membahasnya, kami lebih dulu harus menuju kamar masing-masing dan membereskan barang-barang kami untuk menuju lokasi selanjutnya.
-[R2]-
“Tim Fortis,” ucap pria itu. Lalu ia tunjukkan kode QR-nya untuk mendapatkan akses yang diperlukan.
Petugas lobi langsung menerima identitasnya dan memberikan sebuah kartu kunci dengan nomor pondok yang menjadi markas kami nantinya.
Tak buang waktu, kami segera melangkah cepat ke arah dimana pondok kami berada. Cukup mudah menemukannya, karena kami berjalan dengan peserta lain—yang tentu punya lokasi pondok berbedakatan—dan juga petunjuk yang sangat jelas. Hanya dalam dua menit, kami sudah sampai pada sebuah pintu dengan nomor yang sama pada kartu kunci kami.
Kami masuk dan langsung memandang sekeliling, melihat apa saja fasilitas yang tersedia untuk kami. Tidak jauh beda dengan kamar hotel sebelumnya, hanya saja kini kami seperti tinggal satu rumah dan punya ruang kumpul lebih baik.
“Jangan bergerak, aku harus menentukan kamarku lebih dulu!” Ozzy lebih dulu melangkah.
Kami hanya diam memandang, namun jelas aku dan Peter sedikit kebingungan dengan tingkahnya.
“Dia akan mencari kamar yang punya sinyal terbaik,” kata Jenny seakan menjawab wajah bingung kami berdua. “Cepatlah, Oz!”
“Cerewet!” jawab si pria yang mengurus registrasi kami tadi.
Langkah kami menuju ke deretan sofa yang digunakan sebagai ruang tamu dan duduk sambil menunggu Ozzy menyelesaikan kegiatannya. Peter dan aku duduk di salah satu sofa panjang, Aidan dan Jenny duduk pada sofa yang menghadap ke arah meja makan dan dapur, Barney langsung menuju ke dapur dan melihat isi kulkas, sedangkan Violet berjalan memandang jendela. Tidak ada pembicaraan pada kami untuk sesaat, hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Barney!!” teriak suara dari atas diiringi langkah kaki yang cepat.
Barney yang baru sana mengambil sebotol jus langsung mengarahkan pandangan ke tangga dan menahan tubuh Ozzy yang terjun bebas.
“Ada empat kamar dengan 2 kasur di dalamnya,” Ozzy turun dari tangkapan telekinesis Barney, sambil menjelaskan pada kami, seakan ia hanya melompat kecil barusan. “Aku menempati kamar sebelah utara, kalian pilih lainnya,” ia menunjuk atas dan arah pintu depan dalam penjelasannya.
“2 kasur. Artinya aku dan Violet satu kamar,” Jenny memutuskan.
“Kami berdua akan mengambil satu kamar,” Peter menambahkan, mengingat Aidan dan Barney pasti akan mengambil satu kamar lain, atau satu di antara mereka bersama Ozzy.
“Kalau begitu, kita bereskan barang-barang kita dan berkumpul lagi untuk membahas rencana selanjutnya,” usul Jenny.
“Tunggu,” cegah Peter saat mereka mulai bangkit. “Ozzy, kau sudah periksa sinyal pondok ini? Termasuk jika ada alat tambahan?”
Senyum Ozzy terpasang, “ya. Aku sudah memeriksanya, mengingat ucapanmu saat kita berkumpul di hotel tadi. Semua aman, kecuali TV yang sepertinya sama dengan apa yang ada di hotel,” ia memandang TV yang ada di ruang tamu kami.