Remarkable 2: Special Bonus Prize

FS Author
Chapter #11

Stage 2

“Bagaimana menurut kalian?” Ozzy membuka pembicaraan. “Kita terbagi atas 3 gelombang. Gelombang kita pasti punya lebih banyak waktu untuk persiapan seperti ini. Apakah adil bagi gelombang pertama?”

“Mereka bilang arena pertandingan kita sama, kan?” Peter menanggapi.

Ozzy mengingat sejenak. “Ya.”

“Kalian ingat apa yang ada di labirin. Kerusakan dan berbagai kekacauan yang ditimbulkan,” Peter menggeser cangkir kopinya. “Gelombang pertama akan mendapatkan arena yang masih cukup baik, namun mereka memang harus lebih siap dari gelombang berikutnya. Sedangkan kita punya waktu persiapan lebih banyak, namun aku tidak menjamin mereka memberikan arena yang sama bagusnya dengan gelombang pertama.”

“Hmm, ya,” Ozzy nampak berpikir cepat. “Benar juga.”

“Pertandingan tahun ini memang sedikit berbeda dari sebelumnya,” Aidan ikut bersuara. “Beberapa tahun kemarin, babak kedua ini hanya ada dua gelombang dan tim yang bertanding tidak sebanyak sekarang. Arena kami berbeda, jadi kami bertanding dalam waktu bersamaan. Pernah juga dalam satu arena yang sama dan waktu yang berbeda, namun itu juga hanya dua gelombang dan penyelenggara tidak memberikan banyak fasilitas arena, sehingga perbedaan keadaan di tempat itu tidak jauh beda. Kini, tiga gelombang dengan satu arena, wajar jika Oz memikirkan hal itu.”

“Ya, aku juga memahaminya,” Peter sependapat.

Kami kembali duduk terdiam, menikmati camilan dan pemandangan sekitar. Beberapa peserta nampak sedang berlatih atau membicarakan rencana mereka sambil memandang tim yang lain. Entah apa rencana mereka, yang jelas kami sendiri sudah mengetahui setiap peluang dari masing-masing tim.

“Gelombang 3! Segera memasuki bus!” teriak salah satu penanggung jawab kami.

Tak perlu peringatan kedua, kami langsung memasuki bus kami masing-masing dan bersiap menuju arena pertandingan. Bus kami berjalan keluar area rumah makan, lalu menuju ke jalan yang sebelumnya menjadi tikungan pemisah antara tiga bus sebelumnya. Tidak lama, kami memasuki kawasan sepi dari bangunan. Suasana hening yang cukup membangkitkan rasa tegang para peserta.

Lima menit kemudian, bus kami tiba di sebuah gerbang dengan dinding panjang pada sisi sampingnya yang melingkari sebuah wilayah. Bus masuk dan berbelok, lalu terhenti sejenak di salah satu tanda. Pemandu kami segera memanggil tiga tim untuk turun dan masuk ke pintu yang bersebelahan dengan box penjual tiket. Setelah itu, bus kembali berjalan, memutari arena. Hingga terasa bahwa kami hampir sampai pada titik awal arena, tim kami turun dengan satu tim lain, disusul satu tim dari bus terakhir. Ozzy memimpin jalan kami, juga sebagai orang yang mendaftarkan registrasi kami.

Kami diarahkan pada sebuah ruang tunggu yang tidak ada apapun kecuali kursi dan suara-suara para peserta yang sedang bertanding. Tak perlu penjelasan, kami tahu bahwa disinilah kami selama satu jam ke depan, menunggu giliran untuk masuk ke arena.

“Kalian merasakannya juga?” tanya Peter saat kami duduk melingkar dalam ruang tunggu.

“Arena ini lebih luas dibanding seluruh pertandingan sebelum ini, setidaknya selama kami mengikutinya. Bahkan kita harus diantar bus untuk menuju pos kita masing-masing,” Aidan memandang pintu menuju arena sejenak. “Kita juga terbagi 4 wilayah.”

“Karena kita yang terakhir turun, jadi kita tahu urutan mereka,” sambung Jenny. “Sepertinya kita tidak bisa menunggu serangan tim yang sudah mengumpulkan kartu Reign seperti yang biasa kita lakukan.”

“Tiga tim yang lolos pada babak ini, artinya setidaknya kita harus mengalahkan 3 tim dan mempertahankannya hingga waktu berakhir,” Barney ikut berpendapat.

“Tidak, kita bisa hanya menyerang satu atau dua tim, tapi tidak ada jaminan tentang itu,” Peter menyanggah.

Semua Fortis nampak menatap Peter bingung.

“Dia benar,” Aidan menjawab tatapan mereka. “Kita gunakan strategi kita seperti sebelumnya, menyerang tim yang sudah mengumpulkan kartu lebih dulu. Tapi memang tidak ada jaminan waktu untuk mendapatkannya, terutama melihat arena yang luas seperti ini.”

Tidak ada tanggapan dari mereka, tahu bahwa pemaparan keduanya—Aidan dan Peter—sama-sama punya sisi baik dan buruknya.

“Halyn benar-benar canggih,” tiba-tiba suara Ozzy terdengar.

Jenny langsung menanggapi, “ada apa, Oz?”

Ozzy memandang kami sejenak, sebelum kembali ke layar laptopnya dan memulai penjelasannya. “Yah, kita tahu jika di arena kita tidak akan mendapat sinyal biasa. Itulah kenapa kita selalu bergerak berkelompok—seperti pertandingan biasanya—untuk menjaga komunikasi kita. Tapi berbeda dengan tahun ini, lokasi yang luas akan memberi kelebihan dan kekurangan pada tim, karena area berburu mereka juga semakin luas. Jadi itulah sebab Halyn memberikan kita alat komunikasi yang menggunakan sinyal radio ini,” ia mengangkat earbuds di tangannya.

“Lanjutkan,” kata Aidan, paham jika Ozzy belum mengakhiri penjelasannya.

“Ini yang menarik,” Ozzy memutar laptop untuk mengarah pada kami. “Walaupun sinyal biasa tidak bisa masuk dan kita hanya bisa menggunakan gelombang radio, ada sinyal lain yang terpancar dalam arena, tapi kita belum bisa mengaksesnya sebelum masuk ke sana,” ia memandang kami lekat, ”dari judul dan kodenya, kurasa ini CCTV.”

“CCTV dalam arena?” Violet memastikan.

Kepala Ozzy mengangguk, menjawabnya. Lalu ia memutar kembali laptop ke hadapannya.

“Sepertinya Halyn ingin kita bertanding sedikit seperti taktik manusia biasa,” Peter memahami situasinya.

“Menarik,” komentar Aidan, satu ekspresi dengan Peter.

“Katakan rencanamu,” Peter memandang Aidan di sampingnya. “Ini timmu juga dan peranku lebih sebagai pendukungmu.”

Senyum Aidan terpasang, sepertinya senang dengan ucapan Peter barusan. “Kita akan cari tempat perlindungan lebih dulu. Ozzy akan menjadi pengawas kita sementara kita turun lapangan, terlebih ia juga yang membawa kode Reign Fortis. Kita cari tim yang bisa kita kalahkan dengan mudah dan tidak terlalu jauh dari area kita.”

Semua manggut-manggut menyetujui.

“Aku ada tambahan,” Peter menanggapi. “Aku akan bersama Ozzy menjaga markas kita, juga sebagai pemain strategi. Casey sebagai pertahanan tambahan jika ada tim yang nekat menyerang markas. Barney akan berjaga-jaga di sekitar markas. Kalian bertiga akan berburu.”

“Kurasa kau dan aku bisa menjaga markas bersama Oz, selain karena kau harus mengamankan kartu King kita. Tapi kenapa Casey berada di markas?” Barney menyanggah usulan Peter.

“Ada alasan lain kenapa Casey tidak terlibat,” Peter menanggapi.

“Fortis harus lebih terlihat dibanding mereka berdua,” Aidan menyambung cepat.

Peter memasang senyumnya, nampak lega dan senang mengetahui Aidan memahami alasannya. “Dan satu lagi,” ia menambahkan. “Aku akan pasang perisai pada kalian. Dengan tiga orang yang aku awasi, kurasa aku bisa menjangkau jarak yang lumayan jauh. Tapi tidak dengan empat orang.”

Barney mengerutkan kening. “Kuingat Casey adalah telepath. Bukankah dia bisa memasang perisainya sendiri jika ikut berburu?”

Lihat selengkapnya