“Tunggu, teman-teman. Aku merasakan perisai yang lain,” kata Peter cepat.
Ketiganya langsung menghentikan langkah mereka.
“Oz?” Aidan memandang sekitar.
Ozzy langsung memeriksa setiap CCTV dengan cepat. “Tidak ada pergerakan dari CCTV. Bahkan kalian terlihat berada di ujung jangkauan.”
“Menyebar,” Peter memberi instruksi. “Kalian cukup kuat untuk bertarung perorangan. Jika mereka menyerang bersamaan, mereka akan diuntungkan jika kalian berada di satu titik.”
“Dimengerti. Jaga jarak,” Aidan merespon.
Suasana hening, kami bahkan tidak melihat pergerakan mereka dari CCTV.
“Kau masih merasakan perisai mereka?” Aidan terdengar memeriksa keadaan.
“Tak jauh dari kalian,” Peter menanggapi.
Tidak ada balasan dalam beberapa detik.
“Yah, mereka sangat senyap,” Jenny kembali bersuara. “Menurut kalian—arrgh!”
“Jenny?!!” teriak Fortis bersamaan.
“Sial aku kehilangan perisainya!” umpat Peter kesal. “Barney naik ke atap!!”
“Apa?!” Barney memasang nada bingung.
“Gantikan posisiku! Naik ke atap sekarang!” instruksi Peter, lebih ke arah perintah.
“Yaya, oke!” ucap Barney masih belum bebas dari bingungnya.
Peter langsung terjun dari lantai atap ke lantai 2. “Oz, kau lihat sesuatu?”
“Tidak. Mereka bergerak di luar CCTV. Tapi aku tahu Jenny terseret ke area komidi putar,” Ozzy menjawab tak kalah cepat.
“Mereka mengambil kartunya! PK, aku butuh PK!” Jenny berteriak.
“Aidan, bantu Jenny,” instruksi Peter lebih tenang. “Barney, tetap awasi atas. Case, beri instruksi.”
“Apa?!” Ozzy memasang wajah kaget dan tak percaya. “Kau serius?”
“Mereka akan butuh perisai pikiran saat ini dan aku tidak bisa menjangkaunya,” jelas Peter singkat. “Case, kau bisa?”
Kuturunkan kaki kananku yang bertumpuk pada kaki kiri. “Tentu,” ucapku datar sambil mengunyah permen yang kubeli bersama minumanku tadi.
“Buat rencanamu sekarang!” Peter melangkah cepat menuruni tiang dan berlari ke arah ketiga rekan Fortis yang terkena penyergapan.
Satu helaan nafas terdengar dariku. Lalu aku mendekatkan kursiku pada Ozzy agar lebih jelas melihat layar laptopnya, walau sedari tadi aku memantau dari samping.
“Leprechaun! Mereka kelompok Leprechaun! Argh! Telepath!” Jenny kembali memberi gambaran.
“Leprechaun kelompok yang tidak terlalu unggul, tapi mereka punya dua telepath dengan level tinggi,” Ozzy menjelaskan.
“Mereka menyerang bersamaan?” tanyaku.
“4-5 orang!” Violet kini menjawab. “Lima orang!” ia mengoreksi dengan yakin.
“Leprechaun ada 6 anggota,” Ozzy mengingat datanya.
Artinya, kemungkinan ada Reign mereka yang bersembunyi dari penyerangan, mirip dengan strategi kami. Yang kupikirkan adalah kenapa mereka nekat ke wilayah dekat kami, padahal mereka turun di sisi barat, berseberangan dengan kami. Kulihat CCTV pada laptop Ozzy dan akhirnya memahami tindakan mereka. “Nyalakan semua komunikasi kita.”
“Apa?!” Ozzy memandangku bingung.
“Nyalakan semua, agar kita dapat mendengar apa yang sedang terjadi,” kataku menjelaskan maksud instruksiku.
“Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!”
Kulepas jam tanganku, lalu memberikannya pada Ozzy. “Jika aku mengacau, kau boleh keluarkan aku dari tim.”
Tatapan Ozzy jelas tidak sepenuhnya menyukai posisiku ini. Namun saat ia menerima jam tanganku, ia tahu bahwa kedudukanku ada di tangannya. “Ini akan berisik dan semua mendengarnya.”
“Aku tahu,” jawabku tetap dengan nada dingin.
Ozzy memandangku, lalu laptopnya, dan kembali padaku. Hingga akhirnya, ia membuka komunikasi kami.
Benar saja, suara berisik dari pertarungan Jenny, Violet, dan Aidan terdengar. Bahkan suara Peter yang berlari juga kami tangkap.
“Teman-teman!” teriak Peter yang sepertinya mendekati mereka.
“Mereka kabur! Superstrength dan telepath! Keduanya lari!” ucap Jenny di tengah pertarungannya.
“Aku melihat mereka!” Peter merespon. “Mereka ke arah timur!”
“Peter, kejar mereka,” aku memberi instruksi. “Arahkan ke markas.”
Tatapan Ozzy kembali menusukku.
“Kau punya rencana?” Peter memastikan diriku.