“Incar kakinya,” kataku pada Violet.
“Apa?!” Violet menjawab ragu, sebelum kembali bertarung tanpa terpengaruh dengan ucapanku barusan. Kemudian ia mencoba melakukan gerakan sapuan yang mengincar kaki lawan, tapi kurang tepat sasaran. “Tidak ada waktu untuk menyerang kakinya!”
Anggota Roswell itu berhasil berkelit, lalu berbalik arah dan menyerang Violet. Pukulannya berhasil ditangkis, namun serangan berikutnya membuat Violet tak bisa mengelak. Ia menahan Violet dan membungkukkannya. Sejenak, Violet nampak kesulitan bergerak karena aliran listrik dari tangan lawannya, namun akhirnya ia berhasil lolos dengan susah payah.
“Tiga menit,” kataku.
“Apa?!” Ozzy langsung menatapku bingung.
“Tiga menit! Bisa kau amankan markas dalam tiga menit?”
“Ya,” ia memandang sekeliling ragu. “Keadaan sedang aman di sekitar—“
Kulangkahkan kakiku cepat, meninggalkan Ozzy yang kalimatnya terpotong karena tindakanku. Tidak ada waktu untuk menjelaskannya, namun ia akan melihatnya dari CCTV. Aku berlari ke arah Violet bertarung sebelum ia benar-benar lelah akibat pertarungan itu.
Sebenarnya bukan masalah besar jika Violet terpaksa kalah, karena lawannya itu tidak akan mendapatkan Reign darinya. Hanya saja, kami tidak bisa membiarkannya terluka, terlebih pertandingan kami masih berlanjut. Setidaknya itu yang menjadi pikiranku.
Lokasi Violet tepat di seberang bangunan markas kami, sehingga hanya perlu satu menit untuk mencapainya. Ia masih bergumul dengan si pengendali cuaca dengan menghindari serangan tangan yang mengeluarkan angin dan listrik kecil itu. Mereka berdua bergumul, lalu saling menghajar hingga terseret beberapa meter pada masing-masing posisi.
“Violet!” panggilku yang sudah berdiri di ruangan pertarungannya.
“Casey? Apa yang—“
Ucapannya terpotong saat lawannya berputar cepat ke arah belakangku dan mulai mengincar leherku. “Hahaha! Tindakan yang bodoh, Fortis! Kalian pikir dengan mengerahkan dua orang bisa mengalahkanku?” ia menyeringai senang.
Violet tidak bergerak, hanya memandangku dan si pengendali cuaca yang mengancamku dengan geram.
“Sekarang, aku punya temanmu! Serahkan kartu Reign yang kalian dapatkan atau dia akan terluka!” ancam laki-laki pengendali cuaca itu. Bahkan ia kini menggerakkan angin dalam satu ruang sebagai tanda keseriusan ancamannya.
“Kau—“
“Violet, dengarkan aku,” potongku pada kalimat geramnya. Bahkan aku tidak menaikkan nadaku saat memotong ucapan rekanku itu.
Violet mengalihkan tatapannya ke arahku.
“Saat aku bilang incar kakinya, yang kumaksud adalah ini,” kuinjak kaki si pengendali cuaca, membuatnya berteriak karena kaget dibanding kesakitan. Reaksinya cukup membuat celah pada ancaman dan menghilangkan anginnya. Tanganku langsung mencengkram pergelangan tangannya, memutarnya menunduk sebelum menghajar badannya dengan lututku.
“Arrgh!!” teriaknya geram sambil memegang perutnya. Tak ingin terus tertunduk, ia segera bangkit, memusatkan kekuatan pada dirinya, lalu melayangkan pukulan supernya ke arahku.
Gerakan itu sudah biasa kudapat selama bertarung, jadi aku bisa mengantisipasinya. Hanya saja, karena ia punya kemampuan khusus pada genggamannya itu, membuatku perlu sedikit improvisasi. Kutangkis cepat pukulannya dengan tangan kiriku, lalu kulanjutkan dengan pukulan keras tangan kananku ke kepalanya. Cukup membuatnya tersungkur di hadapanku.
“Sialan!” umpatnya, namun masih belum dapat bangkit.
Kulihat jam tanganku, “aku harus kembali ke markas. Kau selesaikan sendiri,” kataku pada Violet. “Dan hindari tangannya. Kemampuannya hanya berpusat pada genggamannya,” lanjutku sebelum benar-benar berlari meninggalkan rekanku kembali dengan lawannya, tanpa menunggu jawabannya.