Jam 12.50 siang, kami mulai memasuki area makan untuk para peserta pertandingan Black Throne. Sebenarnya penginapan menjadwalkan jam 13.00 untuk makan siang kami, namun Clavin muncul di TV kami dan mengatakan bahwa ada pembekalan tepat pada waktu itu. Pihak penginapan memberikan kami camilan pada masing-masing meja sambil menunggu pembawa acara itu muncul.
Menunggu sambil saling melempar pandangan sinis bukanlah hal yang menyenangkan. Bahkan beberapa telepath sepertinya mencoba membaca pikiran tim kami, namun Peter berhasil memasang perisai bersama Ozzy. Terlihat beberapa wajah kesal yang gagal untuk mengintip pikiran kami dan itu membuat kami tertawa kecil. Tidak hanya pandangan sinis dan kesal, berbagai ekspresi juga terlempar satu sama lain, termasuk saling mengancam, menekan, apapun yang bisa membuat suasana gaduh hanya dalam satu sentakan.
Tepat jam 13.00, jam tangan pintar kami memunculkan angka 20 jam dan terus menghitung mundur. Kami langsung saling pandang, karena terakhir kali kami mendapat hitungan mundur adalah saat persiapan pertandingan.
“Selamat siang para peserta Black Throne!!” sapa Clavin dengan gayanya yang khas.
Perhatian kami seketika langsung ke arah podium tunggal dengan logo pertandingan tahun ini, logo penginapan, dan tak lupa logo perusahaan Halyn.
“Maaf menyita waktu makan siang kalian sejenak, tapi aku janji tidak akan lama!” ia tersenyum lebar. “Seperti yang kalian lihat, jam tangan kalian kini menghitung mundur. Aku yakin kalian pasti mengetahui maksudnya,” ia menyeringai memandang kami. “Benar! Ini adalah hitungan mundur sebelum pertandingan kalian!”
Beberapa peserta langsung berbisik-bisik dengan tim mereka sendiri.
“Ya, aku tahu. Bahkan sejak kalian meninggalkan arena kemarin, itu adalah waktu kalian untuk bersiap pada pertandingan final. Tapi inilah kejutan pada babak final kali ini!” ia mengedarkan pandangan untuk memastikan tidak ada yang memalingkan perhatiannya. “Dengan terteranya hitungan mundur ini, kalian juga mendapatkan fasilitas tambahan! Fasilitas yang pertama adalah kalian boleh memasuki arena sebelum pertandingan dimulai! Itu bisa kapanpun kalian mau mulai dari detik ini! Dan fasilitas yang kedua,” ia menghentikan ucapannya.
Seorang pelayan memberikan sebuah kunci mobil dengan gantungan kunci plat nomor kendaraan. Keempat meja mendapatkannya.
“Benar! Kalian mendapatkan fasilitas mobil untuk menuju ke arena! Kalian bisa mengendarainya sendiri atau minta pihak penginapan untuk mengantarkan kalian!” Clavin bertepuk tangan kecil dengan girang. “Arena babak final kalian sama dengan arena semifinal kemarin. Jika kalian tidak ingat jalannya, ada GPS yang sudah terpasang pada masing-masing mobil! Jadi, kalian bisa mempersiapkan semuanya bahkan mulai saat ini.”
Tidak ada tanggapan dari kami, hanya bisikan kecil yang lalu lalang sebelum hilang.
“Tetap ingat satu hal! Pertandingan sesungguhnya hanya pada waktu dan arena yang sudah ditentukan! Kalian hanya cukup menunggu lampu hijau di jam tangan kalian. Jangan berkelahi sebelum itu, karena lawan kalian akan habis-habisan menunggu di arena!” nada Clavin tidak pernah turun sedikitpun. “Sekian pengumuman kali ini! Silver Bullet, Fortis, Normad, dan Loch Ness, kami ucapkan selamat bersenang-senang!” ia tersenyum lebar dan melambai sebelum meninggalkan podium kebanggaannya.
Bisik-bisik antar tim kini terdengar lebih jelas. Mereka sudah tahu akan mendapatkan kejutan pada babak final dan ini bukanlah salah satu yang mereka pikirkan. Karena yang kami tahu, pertandingan sebelumnya hanya memberikan waktu dua jam untuk persiapan dalam arena dan pemberian kenang-kenangan, atau sedikit perubahan waktu pertandingan. Kini kami punya 20 jam persiapan untuk 2 jam pertandingan. Hal yang baru bagi keempat tim.
“Jangan berkomentar a-pa-pun!” Ozzy menyimpan kunci mobil tim kami. “Aku lapar. Lalu mendengar suara Clavin sekarang aku semakin kelaparan. Jika kalian tidak keberatan, aku ingin isi perutku sebelum membahas apapun yang ingin kita bahas,” ia memandang kami lekat.
Aidan melepas tangannya yang bersedekap. “Oz benar,” ia memasang nada tenang. “Kita nikmati makan siang ini dan hanya membicarakan pertandingan di dalam pondok. Jangan memasang wajah panik pada lawan kita.”
“Mereka masih mencoba mengintip isi pikiran kalian, jadi jangan menambah keagresifan mereka, terlebih kita punya waktu persiapan seperti ini,” Peter menambahkan.
“Ay ay, kapten! Mari kita makan!” kata Ozzy yang langsung beranjak tanpa menunggu jawaban dari kami.
Tak ingin buang waktu, kami segera menyusul Ozzy untuk mengambil makan siang kami dan segera menyelesaikannya. Dengan situasi seperti ini, tak mengherankan saat kami melihat Loch Ness memutuskan untuk membawa makan siang mereka keluar ruang makan. Tapi kami tidak melakukannya, karena—seperti kata Aidan—kami tidak boleh memasang wajah panik pada lawan.
Selesai santap siang, kami berjalan santai kembali ke pondok membawa beberapa camilan. Canda tawa kami tetap mengiringi langkah kami, mengesankan bagaimana kami menyikapi babak final tanpa beban atau khawatir dengan semua tim. Kami berhasil menahan kesan itu hingga kami masuk pondok dan Ozzy menutup pintu rapat.
Berbeda dengan kami yang langsung duduk melingkar pada meja ruang tamu, Peter melesat cepat ke lantai atas dan turun hanya dalam beberapa saat. Tidak ada komentar dari kami, namun jelas wajah bingung kami terpasang padanya.
“Bagaimana luka kalian?” tanya Peter begitu duduk di sampingku.
“Aku tidak ada masalah serius,” jawab Aidan santai.