Remarkable 2: Special Bonus Prize

FS Author
Chapter #20

Final

Kubuka mataku perlahan, lalu menegakkan posisiku yang tidak nyaman. Aku tidur dengan terikat pada salah satu kursi dalam ruang yang sangat berantakan. Tak perlu memandang lebih luas, aku sudah tahu tempatku saat ini. Kemudian kupastikan badanku sejenak, selain tangan di belakang sandaran kursi dan pergelangan kaki yang terikat, aku merasa baik-baik saja.

“Hallo, cewek,” sapa si superstrength yang menyerangku dengan stun gun.

“Jam berapa sekarang?” tanyaku yang kini memandang sekeliling.

“Kau menanyakan waktu sebelum mengenali tempatmu berada saat ini?”

Kupandang dirinya datar, “aku langsung tahu tempat ini,” kataku. “Sudah jelas penginapan kalian,” lanjutku, alih-alih mengatakan yang sebenarnya. Aku berada di arena dan salah satu gedung penuh peralatan usang.

“Kau masih punya nyali dalam situasi seperti ini,” ia menyeringai.

“Memangnya apa yang harus kutakutkan? Dirimu?” ejekku.

Ia mendengus kesal. “Kau—“

“Bob,” potong seorang pria yang baru muncul dari pintu tempat aku ditahan.

“Apa yang kau lakukan, Bob?” tanya Jack Silver Bullet yang tepat berada di belakang pria barusan.

“Gale, Don,” Bob langsung menjaga jarak kembali dariku.

Pandanganku mengarah pada kedua pria itu yang mengalungi kartu Reign Silver Bullet. Gale adalah King mereka dan Donald sebagai Jack. Keduanya seorang telepath.

“Periksa sekitar. Pertandingan akan segera dimulai,” Gale memberi perintah.

“Oke,” Bob langsung patuh dan beranjak keluar ruangan.

“Aku akan menuju ke tempatku. Don, kau jaga dia sambil menunggu Bob kembali,” King Silver Bullet itu kembali memberi instruksi.

“Dimengerti!” jawab Don tanpa ragu.

Tatapan Gale menusuk padaku sejenak sebelum ia melangkah ke arah yang ia maksud. Tatapan mengintimidasi.

Wajah Don kini mengarah padaku. Ia mengeluarkan telepatinya sebentar sebelum menariknya kembali. “Kau memasang perisaimu.”

“Selalu,” jawabku singkat.

Ia menyeringai mendengar jawaban cepatku. “Kau sulit ditebak. Bahkan kami tidak bisa mengaktifkan ponselmu sama sekali,” ia menunjuk benda yang dimaksud pada meja yang tak jauh dariku bersama permen yang selalu ada dalam kantongku. “Aku akan tanya padamu secara langsung. Apa rencana Fortis kali ini?”

Tidak ada jawaban dariku. Kuaktifkan pengaman tambahan pada ponselku sebelum mereka menyerangku semalam, wajar jika mereka tidak bisa membukanya. Tapi jikapun mereka mengakses ponselku, tidak ada data rencana Fortis di dalamnya. Percuma.

Beberapa detik, Don hanya menunggu sambil diam. “Yah, kau anggota baru yang setia. Fortis beruntung mendapatkanmu. Kau bahkan belum pernah mengikuti pertandingan ini sebelumnya,” ia menatapku curiga. “Apa yang sebenarnya tim kalian rencanakan?”

“Aku tidak tahu. Aku tidak mengikuti rapat terakhir mereka karena kau menculikku,” ucapku akhirnya.

“Ya, kau termasuk rencana persiapan kami. Jadi kami tidak melanggar aturan, terutama kami melakukannya saat jam yang ditentukan.”

“Termasuk menyerangku dari belakang?”

“Dia yang ikut campur.”

“Lebih baik begitu. Jika tidak, kau akan gagal.”

“Aku tak akan—“ ia menekan ucapannya geram. Wajahnya mendekat, kini berwarna merah karena manahan emosi. Ditunjukkannya tangan yang menggenggam di hadapan wajahku. “Kau beruntung pertandingan masih belum dimulai, jadi aku tidak bisa menghajarmu,” ia menyeringai, “belum,” lanjutnya sambil menarik wajahnya kembali dan duduk di kursi depanku.

Tatapanku masih datar menanggapi ucapannya.

“Yah, kami memang kurang beruntung karena tidak dapat informasi apapun darimu. Tapi mengingat kau termasuk anggota yang kuat, kurasa mereka akan segera menyelamatkanmu. Lagipula, kami akan mendapatkan informasi itu dari orang yang lebih mengetahui situasi tim-mu,” senyum liciknya terpasang.

Sudah kuduga, mereka pasti membujuk salah satu anggota Fortis untuk berkomplot, seperti kedua tim sebelumnya.

Lihat selengkapnya