Seorang perawat menyelesaikan jahitannya pada luka di badan Ozzy. Rekan kami itu punya plester luka paling banyak dibanding kami, meski waktu bertandingnya yang paling singkat. Wajah ceria Ozzy tidak pernah lepas, terutama saat ia tahu bahwa luka pada badannya ini sepadan dengan apa yang kami capai. Masing-masing peserta mendapat obat penyembuh untuk cedera kami, bahkan sekecil apapun itu. Mereka bilang bahwa ini adalah fasilitas dan tanggung jawab perusahaan Halyn, sekaligus mengenalkan produk mereka.
Tim Fortis tidak mendapat luka berarti, namun juga tidak jauh beda dengan cedera kebanyakan peserta. Beberapa tulang retak, wajah penuh plester zip, perban di beberapa badan, memar, dan luka kecil seperti hasil wajib yang harus kami peroleh. Setidaknya kami tidak terlihat terlalu berantakan seperti tim Loch Ness dan Normad. Keduanya punya anggota yang nampak babak belur parah akibat pertarungan tadi, sehingga tiga di antara mereka harus membawa infus. Meski pengobatan Halyn sangat membantu dalam penyembuhan seluruh peserta, namun luka besar juga butuh waktu yang lama untuk pulih.
Makan siang kami akhirnya berlangsung pada jam sore, karena perawatan luka yang kami dapatkan. Pandangan mereka sudah tidak saling memicingkan mata, bahkan beberapa dari kami saling bicara dengan nada santai. Inilah yang menjadi kebanggaan di antara kami, bagaimana sikap kami yang tidak lagi mengungkit pertarungan—atau dendam—saat sudah keluar arena. Kehormatan para petarung masih tetap dijunjung tinggi hingga saat ini dan itu membuat semua tenang.
Kami bertujuh kembali ke pondok begitu menyelesaikan santapan kami. Kesempatan ini kami manfaatkan sebaik mungkin untuk mengumpulkan tenaga lagi sebelum agenda berikutnya. Pertandingan memang sudah usai, namun masih ada dua agenda lanjutan yang menunggu kami, yaitu pengumuman resmi pemenang pertandingan malam nanti dan pelantikan esok hari. Jadi, tim Fortis harus terlihat keren saat semua orang menatap mereka.
“Obat itu tidak akan bekerja jika kau hanya memandangnya,” kata Peter.
Tatapanku beralih dari sebotol obat pil—dari Halyn—ke arah rekan misiku itu. “Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja.”
“Ini prosedur. Jika tidak, mereka tak bisa mendapatkan izin penyelenggaraan pertandingan,” Peter meminum jus mangganya dengan nikmat.
Entah kenapa aku hanya tak percaya dengan perusahaan Halyn. Kuberikan botol itu pada Peter dengan malas. “Aku tukar dengan obat darimu.”
“Kurasa khasiatnya hampir sama.”
“Tapi aku lebih percaya dengan obatmu,” aku bersikeras.
Peter menghela nafas, lalu mengalah dan memberikan pil yang kuminta. “Bagaimana dengan luka pada tangan kirimu?”
Kutelan obat darinya sebelum menjawab. “Sembuh sejak semalam. Sudah kubilang itu hanya luka ringan.”
“Bagaimana dengan sekarang?” Peter masih memastikan.
“Aku sedikit lelah. Hanya ada memar dan luka ringan. Hal biasa. Dengan obatmu ini, besok aku sudah baikan,” ujarku tanpa pikir panjang.
Tidak ada jawaban dari Peter, ia tahu bahwa nadaku mengatakan yang sebenarnya.
“Hei, ini sudah hampir malam. Kita harus segera bersiap untuk acara makan malam istimewa,” Jenny mengingatkan sambil membawa baju gantinya.
“Aku antri setelah dirimu,” Violet yang duduk santai di meja dapur langsung mengambil giliran.
“Kau benar,” Peter beranjak dari sofanya. “Sekarang aku mulai terasa gatal.”
“Aku setelah Violet,” kataku tidak ingin ketinggalan.
Ozzy bangkit dengan gerakan aneh. “Badanku rasanya kaku. Boleh aku minum obatku sekarang?”
“Tidak. Khasiat obat itu tidak akan maksimal jika kau berlebihan,” cegah Peter sebelum ia lewat menuju lantai 2.
Kami hanya angkat tangan, namun jelas sependapat dengan Peter. Jadi Ozzy hanya bisa kembali duduk kesal merasakan cedera yang ia dapatkan.
Barney beranjak dari kursi dapurnya. “Aku akan beritahu Aidan,” ia berjalan menuju ke teras belakang.
Kini kami mulai sibuk bersiap dengan agenda malam istimewa kami. Pengumuman pemenang pertandingan secara resmi akan dilakukan saat jam makan malam, walaupun semua peserta sudah mengetahui siapa pemenangnya. Acara makan malam ini tidak hanya sekadar penampilan tim pemenang, tapi juga pesta usainya pertandingan dan pelampiasan ketegangan seluruh peserta. Jadi tak heran, meski mereka kecewa karena gagal mendapatkan tahta, setidaknya pesta ini menunjukkan bahwa mereka setara dengan tim yang memenangkan pertandingan.
Senyum dan tawa kecil mengiringi kami selama perjalanan menuju area makan, mengalahkan semua rasa sakit dari pertarungan siang tadi. Tim Loch Ness dan Normad sudah lebih dulu masuk untuk menyantap makan malam mereka sambil bercanda dalam meja masing-masing. Hanya berselang dua menit, Silver Bullet bergabung dengan kami dalam satu ruangan. Terlihat beberapa di antara kami masing tertatih-tatih menahan cedera yang didapat, tapi situasi ini cukup mengobati mereka dan mengalihkan rasa sakit itu.
Kami mengambil piring dan menu yang sudah disediakan, lalu duduk melingkar pada sebuah meja. Tidak ada lagi tatapan intimidasi dan saling incar, sekarang semua hanya fokus melepas penat pertandingan dengan santapan yang mereka pilih.
Tak lama berselang, seseorang masuk dan langsung menuju ke podium di hadapan kami. Orang yang kami kenal betul dan masih ingin kami gantikan posisinya.
“Selamat malam para peserta Black Throne!!” sapa Clavin tetap dengan pembawaannya yang tak pernah berubah. “Pertama, saya ucapkan selamat pada kalian semua karena berhasil melalui babak Final tanpa cedera fatal!”
Semua peserta langsung saling pandang, meragukan kalimatnya barusan. Jika maksud dari cedera fatal adalah kami meregang nyawa, mungkin dia benar. Tapi beberapa di antara kami bahkan harus dapat infus dan patah tulang ringan, jadi terkesan mereka menganggap enteng apa yang kami alami ini.