Remarkable 2: Special Bonus Prize

FS Author
Chapter #26

Hadiah

“Kami rasa, urusan kita sudah selesai, Tuan Halyn,” Peter menutup pertemuan kami.

Sang tuan terdiam sejenak, memandang Gale yang perlahan duduk dan layar sampingnya yang menunjukkan perubahan angka 7,9 ke 7,8 pada Gale. “Ya,” nadanya mengakui kemenangan lawannya. “Aku masih belum tahu pasti tentang level gadis itu. Tapi aku akan segera mengetahuinya,” ucapnya penuh keyakinan. “Urusan kita selesai. Semua persiapan pelantikan sudah ada di pondok kalian. Kita berjumpa lagi jam 10,” ia berjalan ke arah mejanya dan mengabaikan kami.

Kami segera angkat kaki, tidak ingin berlarut dalam suasana Tuan Halyn yang terlihat terkejut dengan hasil pertarungan namun tidak kecewa dengan kemenangan pihak yang ditantangnya. Mudah bagi kami untuk menebak bahwa Tuan Halyn memanfaatkan pertarungan barusan untuk bahan penelitiannya, termasuk memantau kondisi pada Gale yang meminum pil ciptaannya.

“Tidak secepat itu!” sebuah suara menghentikan langkah kami.

 Serentak, kami menoleh dan langsung mendapati Gale yang sudah berdiri dan menahan Violet. Sepertinya dia memang tidak terima dengan apa yang ia dapatkan. Sedangkan Tuan Halyn hanya memandang tak peduli dengan apa yang terjadi di hadapannya, masih dalam ruangannya itu.

“Aku hanya istirahat sejenak tadi! Pertarungan masih belum selesai!” Gale menatap kami dengan seringainya yang kini lebih mengerikan karena luka pada wajahnya.

“Kau—“

“Barney,” potongku sambil mencegahnya menggunakan kemampuannya. “Tahan,” lanjutku, masih memandang Violet. Lalu kutatap orang kumaksud itu, “tahan jatuhku sebentar.”

Wajah bingung Barney terpasang, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut dariku.

Kuarahkan wajahku kembali pada Violet. “Ambil kakinya.”

Violet yang sedikit meronta dari kuncian Gale, kini lebih tenang. Ia menangkap maksudku dengan jelas. Lalu badannya ditegakkan sejenak sebelum mengangkat kaki kanannya dan menginjak kaki kanan Gale yang ada di belakangnya.

“Arrgh!!” teriak Gale yang langsung melepas cengkramannya dan membuat tawanannya itu segera menyingkir dari hadapannya. Baru saja ia bangkit dari rasa sakit kakinya, badannya terhantam sebuah tendangan dua kaki yang membuatnya meluncur mundur.

Barney segera mengembalikan posisi berdiriku setelah ia berhasil menangkap badanku yang jatuh horizontal akibat tendangan yang kulakukan tadi.

Langkahku kembali menghampiri Gale yang terduduk karena serangan barusan. Ia hampir bangkit lagi ketika telepatiku menghantamnya keras dan dalam. Aku kembali menatapnya dari posisi berdiriku pada dirinya yang terduduk lebih rendah. Kakiku menekuk, berjongkok di sampingnya, lalu menatapnya datar dan mengintimidasi.

Tanganku mencengkram rahangnya, memastikan pandangannya hanya mengarah padaku saat aku bicara. “Jangan pernah menyakiti temanku,” ancamku masih menekannya.

Gale hanya bisa mengangguk pelan, lalu kembali terkapar karena sudah mencapai batas tenaganya.

Kulepas cengkramanku, lalu mengambil sapu tangan yang masih tersemat pada saku jasnya. Kubersihkan tanganku dengan saputangan itu sambil kembali pada rekan-rekanku yang sudah bersiap di depan pintu.

Tidak ada kata-kata lagi dari kami pada Tuan Halyn, kami ingin segera keluar dan menyudahi drama hari ini.

Langkah kami menuju ke arah pondok untuk bersiap pada acara puncak pertandingan ini. Masih satu jam lebih, namun kami sepertinya membutuhkan waktu sebanyak mungkin untuk bersiap, bukan hanya untuk penampilan, namun juga tenaga yang berpengaruh pada penyembuhan kami.

“Casey?” Jenny memandangku khawatir saat kami melewati pondok-pondok kosong.

“Aku tak apa,” kataku mengetahui arti panggilannya.

“Baiklah,” Jenny menerima jawabanku tanpa protes. “Ada satu hal yang ingin kami tanyakan.”

“Royce?” Ozzy menyambung kalimat Jenny cepat. “Kau Casey Royce?”

Kaki kami berhenti, lalu pandangan mereka semua tertuju hanya padaku menunggu penjelasanku.

Mataku ke arah Peter singkat, tahu dari mana mereka mendapatkan informasi itu. Tapi sepertinya memang sudah saatnya mereka tahu, terutama setelah melihat semua pertarunganku selama ini.

Barney menengahi. “Dengar, kami tidak ingin mengkritik atau—“

“Ya,” potongku. “Aku Casey Royce. Sekarang kalian tahu identitas asliku, seperti apa yang pernah kukatakan sebelum ini,” ujarku tenang, siap menerima semua respon mereka.

“Royce, Tuan Royce yang itu?” Ozzy kembali memastikan.

Kuanggukkan kepalaku sebagai jawabannya. Tak perlu memastikan lebih jauh apakah orang kami maksud adalah sama.

Perlahan kami mulai berjalan lagi, mencoba membuat suasana lebih bersahabat.

“Kenapa kau tidak mengatakannya?” Ozzy masih menggunakan nada penasarannya.

Kupasang senyum tenangku, “apa yang kalian pikirkan saat mendengar nama Royce?”

Ozzy mengedikkan bahu, “mafia, pasukan yang kuat, penuh kuasa.”

“Kami mungkin akan menerima kalian hanya dengan mendengar nama Royce,” Aidan mengetahui maksudku. “Lalu mengandalkan kalian untuk memenangkan pertandingan ini.”

Ekspresiku menyetujui ucapannya. “Ini kerja tim. Kami tidak ingin persahabatan kalian lengah karena ada kekuatan lain yang bisa kalian andalkan.”

Lihat selengkapnya