Remarkable 2: Special Bonus Prize

FS Author
Chapter #27

Magic Pill

Terik matahari sudah mereda begitu kami sampai pada markas tempat kami menyelidiki pil yang kami dapatkan. Peter memarkir mobilnya di sebelah mobil Ethan dan segera keluar sambil meregangkan badan. Aku mengikutinya turun dan ingin segera tidur setelah apa yang kami lalui tadi.

“Selamat datang kembali!” sambut Spencer diikuti Ethan dan Arthur di belakangnya.

“Senang rasanya bisa kembali,” jawab Peter menyambut rekan-rekannya itu.

“Casey—“ ucapan Spencer terpotong saat aku meletakkan kepalaku pada dadanya. “Kau tak apa?” ia memegang pundakku canggung.

“Aku lelah sekali,” kataku tanpa bergerak, hanya menyandarkan dahi pada badannya.

“Dia sempat bertarung hebat tadi pagi. Level 9,” jelas Peter mewakiliku.

“Sepertinya melelahkan,” Spencer menanggapi. Perlahan ia menarikku, lalu memutar badannya memunggungiku sambil sedikit berjongkok. “Biar kugendong.”

Sepertinya itu yang kuperlukan saat ini. Aku langsung naik ke punggungnya dan melingkarkan tanganku ke lehernya, membiarkannya mengantarku masuk.

“Kau ingin istirahat di kamar?” Spencer menawarkan.

“Tidak,” jawabku cepat. “Aku ikut pembahasan agar Peter tidak mengatakan yang aneh-aneh.”

“Memangnya aku bilang apa?” protes Peter yang berjalan di samping kami.

Tidak ada tanggapan dariku, hanya tersenyum jahil menikmati tumpanganku.

“Nick dan Jasper akan datang sebentar lagi,” ujar Ethan mempersiapkan data pada laptopnya di meja ruang tengah. “Ayah akan datang setelah bertemu ibu,” lanjutnya.

“Oke,” aku menanggapi sambil turun dari punggung Spencer dan duduk di tengah sofa.

Spencer duduk di tepi, tepat di samping kananku. “Jadi, level 9. Itu hasil dari Magic Pill?” ia mulai membuka diskusi kami.

Peter mengeluarkan Magic Pill dari saku jasnya. “Aku bisa bilang, dia benar-benar mencapai level itu. Dan sebagai bonus, “ ia mengeluarkan sapu tangan yang kuambil dan kupakai untuk membersihkan tanganku dari darah Gale.

Kusandarkan badanku ke bahu Spencer, merasakan kelelahan yang mencapai puncaknya.

“Dia menghajar level 9? Sendirian?” Spencer memastikan, tanpa mengubah posisinya.

“Tanpa keluar tanda hitamnya,” Peter mengedikkan bahu, seakan itu hal sepele.

“Sambut para pemenang!” teriak Nick begitu memasuki rumah. Langkahnya langsung menuju ke ruang tengah untuk berkumpul dengan kami.

“Silahkan duduk, Nick,” Ethan mempersilahkan. Lalu menyapa Jasper yang ada di belakang Nick. “Akan kuambilkan minuman untuk kalian,” ia beranjak ke arah dapur.

Nick langsung memilih duduk di sisi kiriku. Ia diam sejenak memperhatikan. “Hei, kembaran! Kau tidak menyambutku dan malah bermanja dengan pacarmu,” protesnya sambil menyandarkan badannya padaku yang tak menanggapi teriakannya tadi. “Astaga, Case! Kau demam?”

“Apa?!” Peter segera memandang curiga.

Aku tetap diam, tenagaku sudah terkuras habis, bahkan mataku tak kuat untuk terbuka.

“Aku juga mengira seperti itu, tapi kupikir dia hanya kelelahan,” Spencer memegang dahiku.

“Kurasa lebih dari itu,” Peter segera menuju ke arahku. “Case? Kau dengar aku?”

Suara mereka memang masih kudengar jelas, hanya saja aku sudah tidak bisa menggerakkan badanku saat ini. Pusing dan tekanan yang kutahan setelah pertarunganku dengan Gale sudah tidak bisa kutahan lagi.

“Astaga! Baringkan dia!” Peter langsung bergerak cepat. “Ethan!” panggilnya sembari melakukan yang diucapkannya barusan.

“Ada apa?” Nick terdengar khawatir. “Kenapa dia?”

“Aku tidak yakin, tapi kurasa dia mengalami syok,” Peter mengaktifkan kalungku. “Gale, seorang telepath yang mengkonsumsi Magic Pill dan mendapatkan level 9,0. Dia bertarung cukup keras pada Case, bahkan telepatinya mengenai kami yang berada satu ruang dengannya,” jelasnya.

“Dengan level setinggi itu, telepatinya mampu menghasilkan gelombang tekanan,” sambung Ethan.

“Case menerima gelombang tekanan itu secara langsung, lalu ditambah hantaman yang diterimanya—” Peter terdengar lebih khawatir dari sebelumnya, “—itu sama dengan kau menerima ledakan bom di dekatmu.”

Kurasakan kesadaranku menurun, namun aku memaksa untuk menahannya. Kugerakkan kepalaku—satu-satunya yang bisa kulakukan—agar mereka tahu aku masih mendengar semua entah berapa lama lagi.

“Dia sudah menahannya selama ini,” Peter kembali memberi gambaran. “Kemungkinan dia mendapat tekanan yang dalam dari Gale untuk menyerang. Dan jika menahannya selama ini, otaknya kemungkinan mencapai batas, kita perlu pertolongan lebih!”

Perlahan aku sudah tidak menahannya. Ucapan mereka tidak lagi terdengar sejelas sebelumnya, hingga aku hanya bisa tenggelam dalam gelap tanpa bisa melakukan apapun.

-[R2]-

Suara intens yang terulang tiap detik terdengar jelas. Cahaya putih mulai masuk dalam pandangan. Perlahan mataku terbuka lebih jelas mengenali lingkungan sekitar.

“Hei!” sapa seorang pria lembut yang terlihat telah menemaniku entah berapa lama.

Kutarik sisi bibirku, tersenyum menerima sapaannya. “Hei.”

“Bagaimana perasaanmu?”

Kurasakan setiap anggota badanku untuk memastikan. “Jauh lebih baik.”

Spencer menghela nafas lega. “Kau membuat kami khawatir.”

Tawa kecilku terlihat. Kutegakkan badanku untuk duduk, dibantu dengan satu-satunya orang yang tengah menemaniku saat ini. “Bagaimana dengan yang lain?”

“Case!” sapa Nick sambil membuka pintu kamarku, tak peduli bahwa ia sedang berada di rumah sakit. Langkah cepatnya langsung menuju ke ranjangku, “bagaimana keadaanmu?”

“Jauh lebih baik, Nick. Kurasa aku memang benar-benar capek setelah pertarungan dengan Gale,” jawabku.

“Kau tahu apa yang terjadi padamu?” Spencer kembali memastikan.

Lihat selengkapnya