Remarkable

FS Author
Chapter #5

Spencer

Sebuah gedung dengan logo yang terpampang sebagai alamat tujuan siang itu sudah nampak setelah 30 menit perjalanan. Gedung dengan jendela kaca pada hampir seluruh sisinya. Penjelasan singkat tentang perusahaan pemilik logo itu adalah mereka perusahaan teknologi yang cukup besar, yang mengembangkan banyak teknologi pada beberapa bidang untuk membantu meringankan pekerjaan semua orang. Bahkan pemerintah beberapa kali bekerjasama dengan mereka dalam proyek fasilitas publik.

Kuparkirkan sedan sport-ku pada salah satu cafe yang berada di dekat gedung itu. Mobil yang kubawa memang bukan mobil super mewah, sebab kami tidak bisa terlalu mencolok di depan publik. Selain karena keluarga dan pekerjaan kami, juga karena kemampuan kami yang cukup menjadi incaran beberapa orang. Beruntung, hanya sedikit orang yang benar-benar tahu wajah keluarga Royce karena telah tertutupi oleh wajah tegas Tuan Royce sendiri. Terlepas dari itu, mobil hitam sedan sport ini adalah favoritku, terlihat tidak terlalu mencolok tapi tetap keren.

Aku keluar dari mobil dan menuju ke cafe untuk memesan latte dingin. Setelah itu, aku duduk di salah satu kursi di area luar cafe, agar bisa mengamati gedung yang menghadiri mimpiku itu selama beberapa hari ini. Kupandang sekelilingku dan merasakan setiap pikiran mereka sejenak, memastikan tidak ada yang aneh pada tempat ini. Dan memang benar, semua yang terjadi di sini sama halnya kota-kota pada umumnya. Orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya, lalu lintas, dan kehidupan sosial yang normal. Tidak ada yang berbeda secara mencolok. Tapi Tuan Craig menemukan Peter di sini, atau setidaknya Peter pernah berhubungan erat dengan tempat ini, lebih tepatnya pada perusahaan Otis Corp di seberangku itu.

“Kau tidak bisa melakukannya!!” teriak seseorang.

Pandanganku langsung turun dari kaca-kaca lantai gedung, ke area terbuka di bawahnya. Seorang pria nampak marah dan protes pada tiga orang di hadapannya sambil berjalan cepat menghampiri mereka.

“Josh, tahan dia,” kata salah seorang dari tiga pria yang berada di depan.

Orang yang diucapkan namanya itu langsung melebarkan jarak kakinya sambil sedikit mencondongkan badan. Nampak ia sedang mengeluarkan kemampuannya.

Pria yang berteriak pada ketiganya itu terhenti sejenak, lalu memegang kepalanya. “Kalian! Kalian tidak bisa memanfaatkan kami seenaknya!” ia nampak menahan sakit. “Kau tidak bisa seenaknya, Gust!” pandangannya menatap marah pada orang yang berjarak beberapa meter darinya itu.

Orang-orang sekitar nampak tidak terlalu mempedulikan apa yang terjadi. Mereka tahu jika ada yang berkelahi di sekitarnya, tapi mereka menganggap hal itu seperti orang yang mengobrol biasa.

Perhatianku memang ke arah mereka, tapi bukan pada perkelahian mereka, melainkan map yang dibawa pria yang sedang menahan sakit pada kepalanya itu. Map yang terdapat logo perusahaan yang ada di dekat mereka. Tujuanku keluar kota ini memang untuk mengetahui perusahaan yang muncul dalam mimpiku itu, jadi orang itu membuatku penasaran. Kurasa sedikit bantuan akan sepadan.

Pria yang sebelumnya kesakitan, kini perlahan bangkit, lalu kembali melangkah ke arah mereka. Geram pada wajahnya tidak sedikitpun ia sembunyikan.

“Josh!” pria bernama Gust yang sepertinya ketua geng dari ketiganya itu sedikit khawatir.

“Aku berusaha menghentikannya! Tapi pikirannya dibentengi!” Josh menarik kaki kiri kebelakang.

Gust nampak tidak terima dengan jawaban Josh, tapi ia juga tidak ingin lengah dari pria yang mulai mendekat.

“Berhenti!” kata pria lain dari ketiganya itu, sambil menahan badan pria pemegang map.

“Terserah! Ini urusanmu! Aku tidak akan ikut campur lagi!” geram si pria sambil menepukkan mapnya ke badan Gust. Lalu ia segera berlalu meninggalkan ketiganya, tanpa peduli apakah Gust menangkap map yang ia berikan atau tidak.

Sedangkan Josh nampak masih mencoba untuk menembus pertahanan lawan mereka itu. Tapi sia-sia, karena targetnya segera keluar dari jangkauannya.

“Bagaimana bisa?!” Gust memicingkan mata ke arah Josh.

“Seseorang melindunginya,” jawab Josh yang langsung kembali menggetarkan matanya sambil memandang sekeliling.

Kuminum latte-ku dengan nikmat sambil asyik bermain ponselku. Lalu kupandang jalanan depanku, membiarkan mereka melihat mataku.

“Tidak ada,” kata Josh menghentikan kekuatannya. “Sepertinya si telepath sudah pergi.”

Tentu saja mereka berpikir seperti itu karena mereka melihatku yang tetap tenang dengan mata yang masih bening. Mereka tidak menyangka bahwa orang yang mereka cari adalah orang dengan level atas dan berada di sekitar mereka. Bahkan Josh tidak mencoba memasuki pikiranku walaupun aku tidak membentuk perisaiku. Ia hanya menyusuri dengan cepat.

Gust nampak marah. Ia memandang sekitar untuk memastikan terakhir kali sebelum beranjak dari sana dengan gertakan kaki yang sangat jelas terdengar.

Jadi, si pria pembawa map tadi adalah karyawan Otis Corp bagian asisten ilmuwan. Memang tidak setinggi para ilmuwan, tapi ia bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan beberapa informasi oleh geng tadi. Ia mulai jengah dan memberikan semua ancamannya kembali pada Gust agar tidak dimanfaatkan lagi. Cukup berani juga untuk orang biasa menentang orang yang punya kemampuan. Kubaca semuanya secara singkat, sebagai bayaran aku sudah melindunginya tadi.

“Boleh aku temani?” tanya sebuah suara.

Pandanganku langsung terangkat dari ponselku, melihat laki-laki yang berdiri di depanku.

“Sepertinya kursi di depanmu kosong dan kau nampak asyik dengan dirimu sendiri. Kurasa kau sendirian sekarang dan mungkin aku bisa menemanimu sebentar,” tawarnya.

“Kenapa kau berpikir aku sedang sendirian?”

Ia tersenyum, “mudah. Minumanmu sudah menciptakan genangan cukup besar di meja dan kau terfokus pada ponselmu dengan sesekali memandang sekitar. Kau menikmati waktumu dengan meminum sedikit demi sedikit minumanmu cukup lama tanpa ada raut kesal di wajahmu. Jika kau menunggu seseorang, kemungkinan dirimu sudah meminum setengah gelas—setelah selama itu—karena bosan menunggu dan memainkan ponselmu lebih kasar,” jelasnya.

Pintar juga bagaimana ia membaca sikapku.

“Jadi, boleh aku duduk?” ia kembali menanyakan.

Kuangkat daguku singkat, sebagai jawaban.

“Aku belum pernah melihatmu sebelumnya,” ia kembali membuka obrolan.

“Kau selalu mengamati orang-orang?”

Lawan bicaraku itu tertawa kecil sejenak, “setidaknya beberapa orang tetap datang pada jam yang hampir sama, seperti rutinitas mereka. Dan kau bahkan sampai duduk cukup lama. Tidak ada orang yang duduk cukup lama pada jam seperti ini. Jadi, tidak sulit bagiku menebakmu.”

“Okay,” kataku tetap mendatarkan pembicaraan.

“Lalu, apa yang membawamu ke sini?”

“Pergi dari rumah,” jawabku cepat.

“Kau kabur dari rumah?” ia seperti berkata pada anak kecil sekarang. “Tapi melihat penampilanmu, aku ragu jika kau melakukannya,” lanjutnya.

“Kau benar-benar suka mengamati orang-orang.”

“Maaf, sudah kebiasaan,” ia menyengir. “Jika kita tidak punya kemampuan seperti orang-orang yang punya potensi lebih, maka kita harus mengembangkan kemampuan yang lain.”

Alis kananku terangkat singkat, membenarkan alasannya.

Senyum ramahnya terpasang, mengetahui ekspresiku yang menyetujui penjelasannya. Tapi kemudian perhatiannya terganggu saat sebuah nada dering terdengar dari ponselnya. “Maaf, aku harus mengangkatnya,” ucapnya sebelum berdiri dan menjaga jarak. Tanda bahwa siapapun yang meneleponnya saat itu, bukan melakukan pembicaraan biasa.

Aku membiarkannya beranjak, bahkan mengizinkannya pergi saat itu juga jika memang diperlukan. Kami baru saja bicara dan dia orang yang cukup ramah, tapi bukan berarti aku akan menghabiskan waktu seharian dengannya. Kami dua orang asing yang saling tegur sapa. Perhatianku kembali ke depan, ke arah jalanan dan gedung perusahaan.

Seorang pria nampak berjalan dengan ponsel di telinganya. Ia tiba-tiba terhenti dan melihat ke sebuah gang kecil di antara bangunan sederhana cafe dan toko souvenir. Tapi saat ia akan masuk ke gang itu, ia terhenti, lalu mengangkat tangan sebelum kembali melangkah meninggalkannya.

Sesuatu terjadi di gang itu dan aku bisa mengetahuinya tanpa kekuatan apapun. Gang itu juga yang dilalui tiga sekawan Gust untuk menghilang dari pandangan publik. Kuingat jelas bagaimana Gust nampak kecewa dengan Josh dan dia tidak akan membiarkan anak buahnya itu untuk meminta maaf hanya dengan berlutut. Jadi, kuputuskan untuk menuju ke sana dan memastikannya.

Benar saja, saat aku sampai di depan gang, kulihat Gust sedang menghajar Josh yang sudah cukup babak belur. Seperti tebakanku, Gust tidak terima kegagalan Josh dan dia marah. Bodohnya dia saat hanya mengetahui kegagalan rekannya tanpa mengetahui penyebabnya.

“Kau hanya perlu menekan pikirannya sebentar dan kau tidak bisa melakukannya?!” geram Gust sebelum melayangkan pukulan ke pipi Josh.

“Ma.. maafkan aku! Tapi aku yakin seseorang melindunginya! Kau tahu aku selalu bisa menembus pikiran orang, Gust!” ia mencoba membela diri, walaupun pukulan Gust tetap mendarat padanya.

“Aku tidak mau tahu! Kau gagal dan mempermalukanku!!”

“Hei!” teriakku yang berhasil menghentikan pukulan Gust.

Tatapan ketiganya langsung menuju ke arahku.

“Siapa kamu?!” Gust memandangku geram karena mengganggu pukulannya.

“Hanya orang lewat,” jawabku tidak menganggapnya penting. “Bukankah kau sudah melanggar peraturan ketertiban publik? Kau menganiaya orang lain dan aku berhak melaporkanmu,” ancamku.

Ia berdecak mencemooh. “Urusi dirimu sendiri, Nona! Pihak keamanan terlalu malas untuk mencari tindak kejahatan seperti ini!”

Kutangkap kata ‘mencari’ pada kalimatnya, yang artinya jika seseorang melaporkannya, maka mereka bisa tertangkap. Tapi jika aku pergi untuk melapor, mereka bisa kabur duluan sebelum aku kembali. Lagipula, aku tidak boleh terlibat dengan pihak keamanan secara dalam. Dan kalau aku rekam untuk melaporkannya, sumber rekaman akan ditelusuri dan aku masih terlibat nantinya.

“Pergilah! Kau tidak punya urusan disini!” teriak pria ketiga yang hanya memandang diam saat Gust memukuli Josh.

“Memang benar,” aku mengakui. “Hanya saja, menyedihkan melihat seseorang menghajar orang yang lebih lemah. Seperti pengecut.”

“Apa kau bilang?!!” Gust langsung memandangku nyalang, melepas cengkraman Josh begitu saja.

Lihat selengkapnya