Remarkable

FS Author
Chapter #6

Palsu

Aku sampai di gudang bekas pabrik kereta api, tepat saat Dad keluar mobil. Lawan kami juga sedang keluar dari kendaraan mereka dengan pasukan yang memandang tajam ke sekeliling mereka. Aku segera keluar mobil dan bergabung dengan kakak-kakakku, berdiri tegap namun tenang di belakang Tuan Royce.

“Tuan Royce!” sapa kepala pasukan pihak penantang.

“Tuan Dalto,” jawab Tuan Royce.

“Terima kasih sudah menjawab tantangan kami dalam waktu sesingkat itu.”

“Tidak masalah,” Tuan Royce menjawab dengan tenang. Bahkan beliau bisa menambahkan keterangan jika kami selalu siap kapanpun.

Tuan Dalto tersenyum tipis, “kau ingat Travis anakku? Kita pernah mengadu mereka dan dia kalah. Sekarang, kami ingin pertandingan ulang.”

Bukankah itu sudah beberapa bulan yang lalu?” aku membuka telepati kami.

Satu setengah tahun lebih,” Nick mengingat. “Lawan yang tangguh.

Kami mengingatnya cukup jelas, bagaimana keduanya saling menghajar. Bahkan Nick sempat terluka cukup parah—walau tidak separah Travis—dan mendapat beberapa jahitan. Nick memenangkan pertandingan itu dengan hasil perbandingan hampir seri.

“Kudengar levelnya 7,8 satu tahun yang lalu,” Tuan Dalto memandang ke arah Nick. “Rasanya cukup sebanding dengan Travis saat ini.”

Memang benar, tapi satu tahun yang lalu bukan berarti kami diam saja dan berhenti di level itu.

“Kulihat Travis mengalami banyak perubahan,” Tuan Royce menanggapi.

“Kau akan melihatnya,” seringai Tuan Dalto terpasang jelas.

Jasper?” panggilku.

7,6 dan hampir 8,0. Kurasa 7,9,” jawab Jasper membaca level Travis.

Level Nick 8 dan itu cukup ketat.

“Nicolas!” panggil Tuan Royce.

Nick langsung menegakkan badannya dan maju menuju ke samping Tuan Royce.

Selamat bermain, Nick,” kataku dan Jasper memberi semangat, sebelum aku memutus telepati kami agar Nick lebih berkonsentrasi.

Tak lama kemudian, kedua pihak memberikan satu koper sebagai taruhan mereka. Taruhan yang cukup besar, namun sepadan dengan permintaan penantang yang tiba-tiba. Koper itu dibawa ke salah satu sudut area, lalu kedua bos yang saling berhadapan itu meninggalkan area tengah untuk memulai pertandingan.

Seorang pria dari pihak Tuan Dalto melangkah ke tengah sebagai wasit kali ini. “Hari ini kita akan menyaksikan Black Battle antar PK dari Tuan Dalto dan Tuan Royce. Pertandingan sudah disetujui kedua belah pihak dengan nominal yang sama dan tidak ada dendam pribadi setelah pertandingan persahabatan ini,” ia mulai menjelaskan.

Kami semua nampak bersiap di tepi area pertandingan.

“Pertandingan para PK akan menggunakan satu pistol dengan satu peluru di dalamnya dan dimenangkan oleh siapapun yang berhasil melontarkan peluru ke badan lawan. Kedua PK dibolehkan menggunakan kekuatan fisik maupun telekinesis mereka dan dilarang menyerang organ vital. Demi keselamatan, kedua pemain akan mengenakan rompi anti peluru,” ia memandang keduanya, memastikan semua sudah aman.

Nick dan Travis menepuk dada mereka, mengisyaratkan mereka sudah selesai dengan rompi anti peluru mereka dan siap bertanding.

“Silahkan bersalaman,” ia kembali menginstruksi yang langsung dilaksanakan oleh kedua petarung. “Dua langkah ke belakang.”

Keduanya mundur dua langkah, namun tatapan mereka tidak beralih sedikitpun.

Sang wasit meletakkan sebuah pistol untuk pertandingan ini di tengah keduanya, lalu mundur ke jarak aman. “Bersedia!” ia memberi aba-aba.

Travis segera memasang kuda-kuda dengan kaki kiri di belakang dan sedikit merunduk. Sedangkan Nick hanya menarik kaki kirinya sedikit sambil memandang postur lawannya.

“Pertandingan Black Battle, dimulai!” teriak sang wasit sambil menurunkan tangannya.

Travis menerjang cepat dan Nick berhasil menghindar dengan mudah. Tapi gerakan Nick ternyata salah satu rencana serangan Travis. Karena begitu Travis berada di samping Nick, ia langsung mengincar kaki Nick dan mencengkram bahu Nick yang lengah dengan gerakan tiba-tibanya. Tak sampai situ, Travis segera meluncurkan pukulannya ke perut Nick.

Pukulan Travis begitu keras, hingga membuat semua yang ada di sana nampak terkejut dengan suaranya. Kecuali kami berempat, Tuan Royce, Bernard, Jasper, dan aku yang tetap memandang keduanya. Kami menemukan celah pada serangan Travis dan kami yakin Nick juga melihatnya. Tuan Dalton sempat tertegun, namun kemudian menyeringai senang. Pertandingan masih berlangsung.

Nick sempat tertunduk karena pukulan Travis barusan. Tapi ia langsung bangkit dan kembali bersiap memainkan pertarungannya. Tidak buang waktu, Travis menyerang lagi, namun kini Nick dengan tepat menangkisnya dan memberikan serangan balasan. Beberapa kali mereka nampak mengeluarkan serangan bayangan, walaupun sama-sama merasakan serangan balasan dari lawannya. Mereka bertarung tanpa ada satupun yang tertarik untuk mendapatkan pistol lebih dulu.

“Case,” panggil Jasper lirih.

Aku langsung memahami maksud panggilan itu dan langsung membuka telepati kami. “Bicara.

Ada yang aneh dengan Travis,” kata Jasper langsung pada inti.

Sepertinya dia masih dendam dengan kekalahannya,” aku menanggapi.

Tidak, bukan itu,” sanggahnya. “Auranya,” lanjutnya saat tidak mendapat tanggapan dariku. “Aura Travis berubah. Lebih redup, namun masih melebar.

Perhatianku terpecah antara ucapan Jasper dan pertandingan Nick di depanku. “Aku tidak mengerti.

Akan kujelaskan nanti,” kata Jasper.

Tidak ada jawaban dariku, hanya mengakhiri telepati kami agar fokus terhadap Nick yang masih saling menyerang saat ini.

Travis melontarkan tendangannya yang ditangkis cepat oleh Nick dengan telekinesisnya. Tak tinggal diam, Nick melemparkan satu pukulan tepat ke perut Travis, membuatnya membungkuk merasakan tenaga kolaborasi fisik dan telekinesis. Perlahan, kami bisa lihat bagaimana Travis mulai kelelahan dan kewalahan menerima serangan Nick, bahkan terlihat kerepotan saat menggunakan telekinesisnya.

Pandanganku sempat melirik Jasper untuk mendapatkan penjelasan pada apa yang kulihat di depanku itu. Karena jika benar Travis mempunya level 7,9—yang hampir sama dengan Nick—dia tidak mungkin secepat itu kelelahan, apalagi telekinesisnya yang semakin berantakan tak terkendali. Tapi Jasper nampak tetap diam dengan pandangan datarnya, tidak ingin membahasnya walaupun ia tahu aku mempertanyakannya.

Nick menendang Travis mundur, memberikan mereka sedikit jarak dan waktu untuk bernafas. Setelah beberapa saat, mereka kembali menegakkan posisi mereka, bersiap menyerang. Diam-diam Travis menggerakkan pistol penentu kemenangan mereka agar melayang dan mengarahkan moncongnya ke arah Nick. Namun Nick tidak sebodoh itu dan dengan santainya ia hanya mengibas tangannya untuk menjatuhkan pistol itu sambil melempar pukulan bayangan pada lawannya. Travis tertunduk lagi menahan perutnya, memberikan waktu bagi Nick untuk berjalan mendekatinya.

Tangan travis terangkat untuk menahan Nick, tapi Nick lebih kuat dan tetap berjalan santai tanpa hambatan. Nick kini berdiri tepat di hadapan Travis yang mengatur nafasnya. Pandangan mereka cukup memperlihatkan bahwa keduanya saling menyerang melalui telekinesis mereka, tapi jelas bahwa Nick yang lebih memegang kendali. Ia menahan Travis berdiri dihadapannya, diam, tak bergerak. Lalu perlahan Travis menurunkan lututnya dengan perlawanan pada wajahnya. Tangan Nick terangkat menahan bahu kiri Travis, membuat lawannya itu semakin tidak bisa bergerak banyak.

Posisi Travis sudah tersudut dan Nick menguncinya. Mereka akan tetap dalam berhadapan seperti itu selama yang mereka inginkan. Tangan Travis dengan pasrah menggenggam pergelangan tangan kiri Nick, mencoba mengurangi tekanannya. Tapi tidak ada perubahan banyak pada mereka. Hingga Travis melakukan perlawanan terakhirnya. Ia kembali mengangkat pistol dalam pertarungan mereka, mengarah tepat ke Nick yang ada di hadapannya. Tak menunggu lama, pistol itu meletus mengeluarkan isinya.

“Arrgh!!!” teriak Travis kesakitan saat peluru yang ia tembakkan menyayat tangan kirinya, tepat di bawah pergelangan dan lengan atasnya, dimana saat posisinya sedang menahan tangan Nick tadi.

Nick sengaja membiarkan Travis mengeluarkan pelurunya dan mengendalikannya dengan cepat menuju ke sasarannya. Sedikit berbahaya, mengingat ia tidak melihat posisi pistol dan pistol itu bisa meletus kapanpun. Tapi refleknya cukup menyelamatkannya. Jadi, latihannya tidak sia-sia.

“Berhenti!” sang wasit mengakhiri pertandingan.

Nick segera melepas pertahanannya, sedangkan Travis menekan luka sobek pada tangannya. Perlahan, mereka bangkit dan berdiri di samping wasit yang telah menengahi mereka.

“Dengan terlukanya pasukan Tuan Dalto, maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa pemenangnya adalah pihak Tuan Royce!” ucapnya mengumumkan kemenangan. “Pertandingan hari ini dinyatakan selesai! Para pemain disilahkan kembali ke kubu masing-masing,” lanjutnya.

“Permainan yang bagus, Travis. Kau banyak kemajuan,” Nick nampak memberi apresiasi.

Lihat selengkapnya