Setelah mulai jenuh dengan posisiku yang hanya diam di ruang tengah, akhirnya kuputuskan untuk membersihkan diri sekaligus mengganti bajuku dengan baju yang dibelikan Helena tadi siang. Tak perlu buang waktu, aku langsung menyegarkan diri dan berganti pakaian yang sudah hampir 24 jam belum aku ganti.
“Kau terlihat segar, Case,” kata Spencer begitu aku melewati dapur yang bersebelahan dengan ruang tengah. “Dan sangat pas.”
“Helena sangat pintar memilihnya,” komentarku memperlihatkan baju yang kupakai sekarang.
“Dia pasti sudah melihatnya. Makan malam?” ia mengulurkan sepotong pizza di atas piring kecil.
Tentu saja tidak mengejutkan jika Helena tahu aku akan menyukai baju ini jika ia melihatnya lebih dulu. Keuntungan menjadi prekognitif. “Terima kasih,” kuterima irisan pizzanya.
“Bagaimana perasaanmu? Ada kabar dari Tuan Royce?”
Kunyamankan dudukku pada salah satu kursi dapur. “Tidak ada kabar, yang artinya apapun bisa terjadi padaku,” kugigit pizzaku dan segera melahapnya. “Dia mafia kelas kakap. Satu celah saja bisa memusnahkan satu kekuasaan.”
Spencer mengangkat alisnya, “kalian pernah melakukannya?”
“Ya, tapi sangat jarang. Hanya jika mereka kelewat batas,” kulahap kembali pizzaku sebelum meneruskan. “Kebanyakan kami langsung menuntaskan akarnya, jadi tidak perlu sampai mengurus satu wilayah,” kuingat perlakukan kami pada Buggy.
“Mengesankan,” komentarnya.
Kuangkat alisku singkat, menyetujui ucapannya. “Lalu, bagaimana dengan kalian? Sepertinya rumah ini bukan sekadar ‘properti’ milikmu, tapi juga sebagai lab penelitian kalian.”
“Kau sepertinya mengingat dengan baik,” ia tersenyum mengakui. “Ya, ini lab kedua kami selain lab di gedung Otis Corp. Agar kami bisa leluasa meneliti tanpa khawatir dengan laporan pada petinggi Otis nantinya, sekaligus untuk menyaring penelitian yang perlu atau tidak kami tunjukkan.”
“Seperti PurePill?” tebakku.
Ia mengangguk, “melihat bagaimana reaksi mereka tentang BlackPill, kami tahu bahwa bisnis memang selalu yang utama bagi mereka.”
“Spencer! Laporan Otis keluar!” teriak Peter.
“Aku segera ke sana!” jawab Spencer. “Laporan mingguan Otis,” ia menjelaskan padaku. “Dengar, Case. Tentang pagi tadi,..” ia memandangku ragu.
“Oh!” aku langsung menyadari maksudnya. “Jangan dipikirkan. Rahasia aman padaku,” ucapku sambil tersenyum.
Ia mengangguk paham. “Nikmati makan malammu,” ucapnya sebelum beranjak.
Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan sekarang selain menyantap pizza yang dihangatkan ini. Kugigit lagi pizzaku, mengunyahnya lebih santai sebelum menelannya. Lalu pandanganku terarah pada sosok yang duduk di sofa ruang tengah. Tanpa pikir panjang, kuambil salah satu piring kertas, mengambil sepotong pizza, lalu menghampirinya.
Pria itu langsung mendongak begitu aku berdiri di sampingnya.
“Boleh aku duduk?” tanyaku hanya untuk memastikan aku tidak mengganggu apapun yang ia lakukan saat ini.
Satu anggukan menjawab permintaanku.
“Makan malam?” aku menawarkan pizza yang kuambil tadi.
“Terima kasih,” ia menerimanya sebelum meletakkan pada pangkuannya.
Aku yang semula akan memakan setengah pizzaku itu, kini ikut meletakkannya di atas pahaku. “Apa yang kau pikirkan?” tanyaku melihat ekspresinya.
Senyum tipisnya terpasang, “kau tahu, kau bisa membacanya dengan mudah jika ingin.”
“Yeah, tapi aku bukan tipe pengintip,” jawabku.
“Tentu saja,” ia kembali tersenyum ramah. Dilihatnya ketiga rekan yang duduk berpencar, “kami ingin rencana ini berhasil dan menghentikan ayah kita, apapun resikonya.”
“Kau masih ragu dengan keterlibatanku?”
“Jangan tersinggung, Case—“
“Oh bukan,” potongku cepat. “Walaupun aku juga sedikit ragu dengan apa yang akan kulakukan untuk menghentikan Ayah kita, tapi setidaknya aku bisa menghadapi Tuan Craig,” sambungku. “Kami sudah beberapa kali berurusan dengannya dan aku cukup mengenal wataknya.”
“Satu keuntungan untuk kami.”
Wajah setujuku terlihat jelas menanggapinya. “Kini aku ingat jika Tuan Craig melakukan transaksi lebih sering pada kami karena membutuhkan dana. Yah, walaupun dia masih tetap bermain Black Battle setelahnya,” kulanjut kalimat terakhir dengan cepat.
Ia memasang ekspresi yang sama denganku. “Sekarang kita tahu tujuan dananya.”
Kuanggukkan kepalaku menanggapinya. “Maaf jika rencana kalian tidak sesederhana yang kalian pikirkan,” kataku. “Kita harus membuka memoriku lebih dulu sebelum menjalankan rencana utama.”
Tawa kecil singkatnya keluar, “kau bercanda? Rencana awal kami bahkan jauh lebih berbahaya dari ini. Kami akan menghancurkan lab Tuan Craig dan menculik Guzman, lalu menyadarkan dengan mengisi ulang memorinya.”
Aku langsung tertegun, “kalian serius? Mengisi ulang?”
Anggukan tenangnya cukup menjawab pertanyaanku. “Kau harapan baru bagi kami. Setidaknya untukku.”
Rasa bersalah langsung datang padaku, mendengar jika aku menjadi salah satu harapan mereka. Guzman akan dihapus semua ingatannya dan diisi ulang dengan kenangan dari orang-orang terdekatnya. Ada kemungkinan jati dirinya tidak akan sama lagi.
“Kau ingin mencobanya lagi?” ia menawarkan. “Membaca memoriku, keluarga kita,” Ethan seakan sudah membaca pikiranku, walau ia tidak melakukannya.
Kurasa tidak ada salahnya untuk mencoba, terlebih kami bisa lebih santai sekarang. “Oke.”
Kami meletakkan piring pizza di meja, lalu duduk santai saling berhadapan. Ethan membuka pikirannya tanpa penghalang, membiarkanku masuk dan menuju ke kenangan terdalamnya. Terlihat beberapa gambaran tentang kehidupannya yang sudah kulihat cepat sebelumnya, lalu kenangan saat bertemu dengan tiga rekannya, penelitian pertama mereka, penemuan PurePill yang hampir sempurna, mundur ke masa sekolahnya yang terpisah dengan keluarga, ia dititipkan pada salah satu keluarga kami, hingga gambaran keluarga kami yang utuh, berempat. Kulihat kami bermain, saling bercanda, usil, pertengkaran saudara, sampai pada saat kami melatih kemampuan kami diam-diam. Kemudian kami ketahuan dan Ethan mulai dipisah dengan kami. Setelah itu, tidak ada lagi kebersamaan kami.
Kulepas telepatiku, menyudahi pembacaanku pada ingatannya. “Itu sangat indah,” komentarku. Lalu sesuatu membuatku penasaran, “ayah bekerja di Otis? Aku lihat logonya saat dia menangkap basah kita sedang berlatih.”
Ethan mengangguk, “dia bekerja di Otis Corp, tapi tidak mengatakan padaku apa yang sedang ia lakukan di sana. Bahkan aku mencoba mencari jejaknya saat kami bekerjasama dengan Otis Corp, tapi namanya sudah tertutup dan tidak ditemukan,” ia mengingat sesuatu, “mungkin itulah yang membuatmu merasa bahwa Otis terasa familiar sebelum ini.”