Blurb
"Kamu tahu, mengapa namaku Rembulan Maheswari?"
"Karena kamu baik dan cantik, sama kayak bidadari." Aku menggeleng dan tersenyum masam.
"Rembulan artinya bulan, sedangkan bulan adalah benda langit yang muncul di malam hari. Orbit langit yang tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri." Kedua matanya mulai serius memperhatikan setiap gerakan tanganku.
"Lalu?"
"Ia mendapatkan cahaya dari pantulan sinar matahari dan hanya datang ketika malam saja. Kamu tahu keadaan saat malam?"
"Gelap?" jawabnya.
"Yap, dan itu bisa diibaratkan dengan semua luka juga kesedihanku. Aku tidak seperti gadis-gadis lain yang bisa menikmati indahnya dunia. Aku tuli, bisu, korban bully, dan serba kekurangan. Bahkan, harus menggunakan bantuan alat pendengar juga berbicara menggunakan bahasa Isyarat atau buku untuk menulis apa yang ingin kusampaikankan pada orang yang tidak paham," jelasku panjang lebar.
"Dan, hal yang sangat kuinginkan tapi tak pernah kudapat adalah ... Ayah!" Senyuman perih terpatri di wajahku. Sebegitu mirisnya hidupku?
"Kata Bunda, arti nama Maheswari itu bidarari. Aku tidak tahu mengapa diberi nama itu. Bahkan, aku sangat jauh dari kata Bidadari. Aku cacat." Kepalaku menunduk, membuat air mata yang sedari tadi berkaca-kaca kini sudah menjatuhkan airnya begitu saja. Aku menangis. Demi apapun, malu sekali rasanya menangis di depan laki-laki. Namun mau bagaimana, aku sudah tidak kuat jika hanya terus dipendam. Maaf.
Dapat kurasakan jika laki-laki itu merengkuhku dan membawa ke dalam pelukannya. Ia mendekapku. Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Maaf. Lagi-lagi maaf.
"Kamu nggak usah dengerin apa kata orang-orang, itu nggak penting. Yang paling penting, sekarang ada aku yang bakal jaga kamu. Nggak usah takut lagi. " Aku semakin terisak ketika laki-laki itu membelai lembut rambutku.
"Sungguh, aku tidak tahu kamu berasal dari mana, bagaimana latar belakangmu, apa alasanmu mau berteman denganku, aku tidak tahu itu semua. Akan tetapi, aku hanya ingin kamu selalu denganku dan jangan pernah untuk pergi."