Rembulan Maheswari

Dee🍓
Chapter #20

19. Viață nouă.

INI adalah hari pertamaku saat resmi menjadi mahasiswi di salah satu universitas terbaik Yogyakarta. Tidak terasa, ternyata aku sudah semakin besar dan tanggung jawabku pun sudah semakin banyak.

Ah, aku jadi teringat pada Aysel. Kira-kira, dia masuk universitas dan jurusan apa, ya? Pasti, dirinya akan menjadi famous dan banyak digemari oleh kaum hawa di sana, mengingat sifatnya yang begitu hangat pada setiap orang.

Aku memarkirkan sepeda dan melangkah memasuki area tersebut, namun dengan kilat seseorang menarik lenganku hingga tubuhku berbalik menghadapnya.

"Ini yang kata lo anak tuli itu, ya?" tanya laki-laki dengan kaus putih polos dan dibalut kemeja hitam putih kotak-kotak.

"Yoi," sahut laki-laki lain sembari menyeringai, membuat remang di tubuhku berdiri. Kuhempaskan tangan itu yang masih menggenggam pergelangan tanganku, lalu berjalan mundur perlahan.

"Wah, berani ya lo!" Aku tidak tahu namanya siapa, yang jelas laki-laki ber-hoodie hitam dengan celana jeans itu melangkahkan kakinya mendekatiku. Membuat tenggerokanku mendadak terasa kering. Aku takut.

Ia meraih tas yang kugendong itu secara paksa hingga berakhir di tangannya. Kucoba untuk meraih dengan susah payah karena tubuh yang semapai tersebut membuatku menjadi kesulitan.

"Ngomong dong, masa diem aja!" ledeknya dengan santai.

"Buang aja lah tas butut kayak gitu!" timpal temannya. Ia kembali tersenyum layaknya iblis, kemudian membuka resleting tasku.

Aysel, apa kamu akan datang hanya sekedar menyelamatkanku dari mereka? Ah, damn! Di situasi seperti ini aku malah memikirkan laki-laki yang bahkan memikirkanku atau tidak pun aku tak tahu.

Grep!

Atensi kami seketika teralih pada seseorang yang menghentikan kegiatan jahil mereka. Mataku hampir saja mencelos dari tempat semulanya kala menatap sosok itu.

Aku tidak yakin jika kalian akan menduganya!

"Cupu banget si jadi cowok!" ketusnya sembari mengambil alih tasku dengan kasar.

"Apa-apaan sih lo! Mau jadi pahlawan? Anak bisu mau lo tolongin?" Laki-laki itu menatap tajam padanya, hingga mampu membuat mereka meringsut. Setelah itu, beralih padaku dengan tatapan yang berusaha teduh.

Satya.

Iya, dia Satya. Laki-laki yang sering menjahiliku saat masih duduk di bangku SMA dulu. Jadi, dia satu universitas denganku? Namun, setahuku dirinya bukan anak yang pintar. Bahkan, nakal dan juga kejam. Mengapa bisa lolos seleksi untuk kuliah di sini?

Okay, money can talk!

Lengan kekar juga berotot itu terulur untuk memberikan tas tersebut padaku. Tak lupa juga menyunggingkan senyum simpul yang terpatri pada parasnya.

Ketika tanganku berhasil menyentuh tas itu, Satya menariknya kembali dengan implusif.

Dahiku berkerut bingung.

Seketika tanganku mengepal kala melihat tas yang belum ditutup resletingnya itu dibalikkan hingga semua barang-barang di sana jatuh berserakan. Aku melongo tak percaya, hingga lemparan kasar tas itu berhasil menyadarkanku. Mereka bertiga kemudian tertawa. Menertawai nasibku.

Mengapa ada makhluk-makluk keji seperti mereka di bumi ini? Mengapa aku harus bersua dengan laki-laki yang bahkan menyebutkan namanya saja sudah membuatku naik darah? Sesempit ini kah bumi?

Bugh!

Aku menatap seseorang yang mendorong bahu Satya dengan sangat keras hingga membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"Apa-apaan sih lo!" Ia melontarkan tatapan tajam pada gadis itu.

"Lo yang apa-apaan! Banci banget si jadi cowok!" serunya berkoar-berkoar.

"Nggak usah ikut-ikutan! Atau lo juga bakal kena!"

"Lo ngancem gue? Lo pikir gue takut, hah?"

"Lo—aw!" pekiknya saat perempuan yang entah namanya itu meninju perut Satya dengan tidak main-main.

Lihat selengkapnya