Helia masih saja memandangi benda kecil itu. Dalam benaknya, kenapa kakaknya memiliki benda yang sama sekali belum pernah melihatnya.
"Ini apa, Kak? Kok, aneh ya?" tanya Helia penasaran.
Atas pertanyaan itu, Nuha langsung berdiri dan menghampiri adiknya dengan cepat. Tanpa menjawab, dia merampas benda tersebut dengan tiba-tiba.
"Ih, Kakak kenapa sih? Main rampas saja. Itu apa? Ngaku, Kak!" desak Helia.
"Ini obat. Sudah, keluar sana. Kakak mau ngerjain PR kalian, biar cepat selesai," usir Nuha dengan cara halus.
"Jawab dulu pertanyaanku, Kak. Tadi itu apa?" Masih penasaran.
"Enggak pa-pa. Udah, keluar ...." Nuha mendorong adiknya hingga melewati pintu, lalu menutupnya.
Nuha mengelus dadanya karena lega dan benda yang dipegangnya selamat.
***
Nuha dan Eka asyik mengobrol di bangku taman sekolah. Bangku panjang yang terbuat dari batu menjadi tempat andalan mereka sambil menikmati cemilan. Eka yang suka sekali membawa jajanan dari rumah, selalu mengajak Nuha agar sama-sama menikmati.
Sambil mengobrol, mereka juga tertawa terbahak-bahak. Sampai-sampai mata Nuha berkaca-kaca. Begitulah kalau sudah tertawa, pasti air matanya berlinang.
"Nuha, nanti jalan, yuk. Kami tunggu di tempat biasanya," ucap Kinan dengan gaya khasnya meletakkan kedua tangan di pinggang.
"Tapi kan, ini hari Kamis, Nan," kata Nuha keheranan.
"Sudah, ngikut aja. Kali ini kita lebih seru lagi happynya." Kinan makin menyemangati. Temannya yang lain belum juga datang.
Eka menyenggol lengan Nuha dengan memberi isyarat agar tidak terlalu mengikuti ajakan Kinan dan lainnya. Baginya permainan yang dilakukan Nuha sangat berbahaya.
"Apa, sih?" gumam Nuha tanda tak suka.
"Gimana, mau?" Kinan tetap berharap dan nadanya sedikit memaksa.
"Mmm." Nuha ragu akan menjawab mau atau tidak, karena ada Eka si sampingnya.
Gadis malang itu melirik ke arah Eka.
"Kau takut sama dia?" Sepertinya Kinan terganggu dengan sikap Eka.
"E-enggak, kok. Ngapain juga takut ke Eka. Lagian, dia bukan bestiku banget. Ya kan, Ka?"
Dengan kalimat yang diberikan Nuha sungguh Eka tersinggung dan tak percaya. Setega itu Nuha mengatakan kalau Eka bukan lagi teman baiknya. Karena sakit hati itu, Eka pergi meninggalkan keduanya tanpa berpamitan.
"Temenmu itu kenapa? Nggak ada rasa setia kawan ke kau. Main pergi gitu aja. Kalau aku jadi kau, mending kutinggalkan teman kayak gitu. Rugi banget," celetuk Kinan seraya mempengaruhi Nuha untuk membenci.
Nuha diam. Di hatinya menyimpan rasa bersalah karena sudah menyakiti perasaan Eka. Namun, karena ada rasa takut pada Kinan dan teman-teman barunya, akhirnya seperti itu.
***