Remedial

KATHERINE PRATIWI
Chapter #1

Kilas Masa

Apa yang sebenarnya terjadi ? Apa yang diharapkan dari kejadian ini ? 1 jam terasa sangat mengerikan. Ada. Persiapkan diri untuk memulai masa depan dengan bayang-bayang masa lalu. Gadis, ah bukan, dia baru saja kehilangan hal itu satu jam yang lalu. Kini ia hanya sosok perempuan biasa, kotor dan tidak ada harganya, layak sampah yang akan dibuang ketika baunya sudah mengganggu. Tapi bagaimana ia bisa menyebut dirinya kotor jika yang baru saja terjadi bukan karena ia mau, bukan berlandas suka sama suka, tapi keterpaksaan tanpa daya.

Eshal harus puas mendapati dirinya terlentang dengan pakaian atas yang acak-acakan, pakaian dalam yang tidak beraturan, dada memerah perih, bagian bawah dirinya tanpa penutup sama sekali dan lengket. Eshal tergugu bingung dengan apa yang baru menimpanya. Ia hanya terus mengingat kejadian satu jam lalu. Eshal kehilangan apa yang seharusnya ia jaga. Fakta yang membuat air mata mengalir dengan suara isakan yang menyedihkan. Ia harus apa ? Apa yang akan ia lakukan pada dirinya ?

Eshal masih menangis sembari mencoba menghapus jejak-jejak menjijikkan di seluruh tubuhnya dengan apapun hingga rasanya perih. Rasa perih datang bersamaan dengan pintu terbuka dan ia masih dengan tubuh setengah telanjang. Tidak peduli akan terlihat, bukankah lelaki itu sudah melihat semuanya ? Dengan santai ia menuju lemari mengambil asal pakaian berlengan panjang dan celana. Setelahnya ia mengambil barang miliknya dan memasukkan asal ke tas yang ia bawa. Ia harus bergegas, tak ingin dilihat siapapun, terutama yang mengenalnya. Sampai ia berusaha mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuh.

“Shal,” suara itu. Suara yang mulai 1 jam lalu amat sangat dibencinya. “,Shal, jangan pergi dulu.”

Brengsek. Eshal tidak berbalik. Ia tetap di depan pintu dengan tangan di handle pintu. Bersiap meninggalkan tempat yang dulunya, ya dulu adalah tempat ternyaman selain kontrakan kecilnya, bahkan tempat ternyaman di antara kamar kost sahabatnya yang lain. Kini tempat ini adalah tempat yang mengerikan, tempat yang merusak masa depannya.

“Sampaikan pada Arya dan yang lain, aku tidak bisa lagi bertemu dengannya.”

Blam.

Selesai.

Eshal pergi membawa luka yang tak akan pernah sembuh. Sampai kapanpun, sekalipun orang yang melukainya membawa penawar atau berusaha menyembuhkannya. Eshal menyesal, ah tidak, ia hanya berada di tempat dan waktu yang salah. Atau memang semuanya salah sejak awal. Langkah selanjutnya adalah bagaimana kilas masa lalu tidak mengganggu masa depannya. Dan langkahnya membawa ke apotek terdekat yang ia temui.

Lihat selengkapnya