Aku pernah jatuh cinta. Kuberi segala, tanpa takut patah.
Aku sempat bahagia, sebelum semua tiba-tiba saja musnah.
Hilang direnggut paksa
-Reina
Ini jalan keluarnya.
Rasa ingin melindungi dan memiliki Reina secara bersamaan, membuat Elang tanpa berpikir panjang mengucapkan hal yang tentu saja mengejutkan mereka berdua. Reina tak percaya akan cinta, Reina takut jatuh cinta. Jadi sudah pasti ia akan menolak ajakan Elang untuk pacaran. Elang tahu pasti. Hanya saja, menurutnya lebih baik mencoba walau akhirnya gagal dari pada tidak sama sekali.
Setelah mengatakan Elang gila, Reina terdiam. Ia kehabisan kata-kata. Elang adalah lelaki tergila yang ia kenal setelah Dirga. Setelah mengetahui keadaannya, Elang justru menawarkan hal yang menjadi penyebab Reina seperti ini. Apa Elang tak takut menjadi korban selanjutnya? Itu yang dipikirkan Reina awalnya.
Peristiwa Elang yang baru saja menolak Dara terputar ulang di otaknya. Ia dan Elang tak ada bedanya. Reina tersenyum, manis sekali.
"Maaf, tadi gue salah ngomong," ucap Elang.
Ia takut Reina akan menjauhinya setelah peristiwa ini. Tetapi, setelah melihat senyum gadis itu, Elang langsung paham. Mereka orang yang memiliki sifat bertolak belakang, sepertinya kini memiliki pemikiran yang sama.
Reina masih tersenyum. Menyusun skenario terbaik di kepalanya. Mereka berdua bisa bebas sekarang, jika sekenario ini sukses dimainkan. Tak ada salahnya bermain-main sedikit dengan cinta. Toh mereka juga sudah terbiasa akan itu. Asal jangan terlena dengan permainan yang akan mereka mainkan.
"Lo cantik Rein," ucap Elang
Reina tertegun sesaat saat mendengar ucapan tulus yang keluar dari mulut lelaki itu. Jika Reina yang biasanya akan mengumpat mendengar ucapan yang baru saja Elang katakan, maka kali ini berbeda. Reina dapat merasakan ketulusan di balik mata kecoklatannya. Reina tahu, meski sedikit aneh dan menyebalkan, Elang adalah lelaki yang jujur dan sedikit narsistik.
"Lo tau, gak Cuma wajah gue yang cantik. Otak gue juga," Reina menatap balik Elang yang masih menatap wajahnya terang-terangan. Lelaki itu terlalu blak-blakan. Jika bukan Elang yang memiliki jalan keluar untuk masalahnya, Reina mungkin telah pergi sedari tadi. Rena harap, lelaki ini tidak terjabak oleh pesonanya. Meski tanpa ia sadari, Elang telah jauh terperosok dalam pesonanya sejak lama.
"Gue mau jadi pacar pura-pura lo. Gue tau, itu yang mau lo katakan," ucap Reina.
Jujur. Elang tak berniat menjadikan Reina sebagai pacar pura-puranya. Ia benar-benar mencintai gadis itu. ia bisa saja meminta gadis itu menjadi pacar sungguhan, meski tau gadis itu tak mencintainya juga. Yang terpenting bagi Elang adalah gadis itu tak perlu lagi merasa tak enak dan terganggu pada orang yang mengejarnya dan Elang harus berusaha lebih keras agar gadis itu bisa mencintainya.
Apa yang lebih menyenangkan dari memiliki seseorang yang kita cinta? Meski hanya sekedar pura-pura.
💊
"Gue mau jadi pacar lo,"
Elang mungkin sudah gila untuk mengajak seorang Reina Anindita berpacaran. Ia berkata seperti itu awalnya hanya ingin memberi jalan keluar untuk masalah mereka berdua. Jika biasanya Reina akan menolaknya dengan cara menampar dan mempermalukan mereka yang menembaknya di depan umum. Namun, kali ini berbeda. Untuk menyempurnakan misinya agar terlihat menyakinkan, gadis itu justru bertingkah seakaan sedang menahan tangis terharu. Orang-orang yang melihat mereka juga terheran-heran. Menangis terharu di depan banyak orang bukan type seorang Reina sekali.
Reina tersenyum. Senyuman itu jika Elang perhatikan lebih terlihat seperti seringaian dan hebatnya Reina, semua mata penonton terlihat sekali percaya dengan akting yang sedang mereka berdua lakukan. Mereka semua tertipu. Kalo begini, tak ada salahnya Elang coba mendaftar ke agensi artis. Ia cukup pintar dalam akting dan wajahnya jelas memadai.
"I love you, Reina!" ucap Elang.
Reina terdiam.