Aku punya satu kisah rahasia,
Di mana saat aku mengingatnya hanya luka yang terasa.
Pada dasarnya, seseorang tidak tau kapan ia akan jatuh cinta atau pada siapa rasa itu akan berlabuh. Bahkan cinta bisa saja datang seenaknya pada orang sekeras kepala seperti Reina. Ia tak ingin merasakan cinta, tetapi tanpa ia sadar cinta itu diam-diam masuk, merampok segala hal yang ia pikir penting. Sayangnya, Reina belum menyadari itu. Rasa sakit yang ia punya terlalu ahli menutupi rasa cinta. Cinta yang jika terlambat disadari akan kembali berujung menyakiti.
“Ini rumah lo?”
Reina berdecak kagum tanpa sepengetahuan Elang. Rumah ini lebih pantas disebut istana jika dibandingkan dengan rumahnya yang sederhana. Reina tak tahu jika keluarga Elang se-berada ini, meski lelaki itu sesekali sempat menyombongkan kekayaan orangtuanya. Reina pikir itu hanya candaan biasa tetapi, setelah melihat semua ini tak ada alasan baginya untuk tidak percaya bualan Elang soal kekayaan keluarganya.
Elang mengangguk, menjawab pertanyaan polos gadis itu. Untuk apa bertanya jika ia sudah tau jawabannya. “Yuk masuk, nyokap bokap udah nungguin,” Ajak Elang. Mereka berdua masuk ke dalam rumah megah itu dan langsung di sambut dengan seorang wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik.
“Elang, kamu udah pulang?” sapa wanita itu, ia memeluk Elang sejenak lalu setelahnya menatap Reina. Elang hanya menangguk, tanpa bersuara ‘pun Melissa pasti tau jawabannya. Melissa menatap Elang lagi sambil tersenyum geli kemudian tersenyum manis kepada Reina. Sengaja menggoda putra kesayangannya itu.
“Ini siapa? Cantik banget. Pacar kamu ya Lang?” tanya Melissa pada akhirnya. Berniat menggoda anak lelakinya itu.
“Iya ma, kenalin ini Reina pacarnya Elang,” ujar Elang sambil nyengir menampakkan seluruh giginya. Senyum berbentuk kotak yang menawan. Reina yang mendengar ucapan Elang hanya bisa diam, malu ingin protes di depan wanita yang Elang sebut dengan Mama.
Reina yang merasa canggung, tersenyum kaku pada Melissa. Ia tak pernah bertamu kerumah orang lain selain Dirga, apalagi kini ia justru dikenalkan sebagai pacarnya Elang. Elang tak salah, tetapi status mereka hanya pura-pura, seharusnya tak perlu mengenalkannya sebagai pacar. Toh, hubungan mereka tak akan berjalan lama.
“Reina tante,” Reina menyalami tangan Melissa kemudian menciumnya.
Melissa terkekeh. Bagaimana ia bisa berhenti menggoda sepasang remaja ini jika mereka saja tidak berhenti untuk bersikap kaku antara satu sama lain. Katanya pacaran, tetapi tidak sama sekali mencerminkan sepasang kekasih yang dimabuk cinta.
“Udah berapa lama kalian pacaran? Kok baru sekarang dibawa ke rumah sih Lang,”
Elang merona. Tak seperti ia biasanya, ibunya itu memang paling pandai menggoda. Reina juga sama saja, ia hanya menunduk sesekali melirik Elang berharap mendapat pertolongan untuk segera terbebas dari situasi canggung ini.
“Belum sampe seminggu Ma,” jawab Elang, baru saja ia selesai menjawab pertanyaan menggoda ibunya yang seharusnya ia abaikan. Bayu, ayahnya berjalan dari lantai dua hendak mendekati mereka. Elang langsung lari meninggalkan Reina dalam situasi canggung itu, takut-takut ayahnya akan ikutan menggoda mereka. Kini, Elang berusaha mengubah alur pembicaraan.
“Pa, katanya mau bicarain sesuatu yang penting. Buruan!” Desak Elang. Elang sengaja berteriak agar Melissa sadar akan kehadiran suaminya.
Melissa memutar badan. Melihat Elang yang kini sudah berdiri di samping Bayu. Mereka berdua berjalan ke arah Melissa dan Reina yang masih berdiri kikuk. Sedari tadi Reina tak bisa berbuat apa-apa. Ia menciut di tempat asing yang tak ia kenali sama sekali.
Kalau tau seperti ini jadinya, lebih baik aku pulang ke rumah. Sendirian, melanjutkan membaca novel romatis yang membosankan itu, rutuk Reina dalam hati.
Tepat setelah Reina selesai dengan rutukan dalam hatinya, Elang beserta Bayu sampai ke hadapan mereka. Elang merenggut lembut tangan Reina, lalu menariknya sedikit menjauh dari Melissa. Elang berhasil menyelamatkan Reina. Menghindari pertanyaan lebih jauh soal hubungan mereka.
“Kita ngomonginnya setelah makan malam aja Lang,” Bayu sebenarnya ingin tahu siapa gadis yang dibawa Elang tetapi, melihat gadis itu yang terlihat sedikit tidak nyaman jadi ia urungkan untuk bertanya.
💊
“Ma, habis ini apalagi yang bisa aku bantu?”
Itu suara Reina. Setelah sejam mengenal Melissa ia sudah mulai merasa nyaman. Rasa canggungnya musnah begitu saja. Melissa tak seperti ibu-ibu orang kaya yang ia pikirkan, Melissa sangat ramah. Sampai-sampai meminta Reina memanggilnya Mama, sebagaimana biasanya Elang memanggil Melissa. Reina awalnya menolak dan Melissa memaksa. Jadi, inilah hasilnya.
Setelah sejam berbincang dan cukup mengenal. Melissa mengajak Reina untuk masak bersama. Reina malu, awalnya. Ia sama sekali tak bisa memasak. Ingin menolak jelas tidak sopan, alhasil dengan malu-malu Reina berkata jujur. Mengatakan satu fakta seorang Reina yang dicap sempurna.
“Kamu cuci sayurannya aja Rein,” Melissa kini sedang memotong kentang dan wortel. Menu kali ini yang akan ia masak adalah sup daging kesukaan Elang beserta makanan pelengkap lainnya.
Reina bergegas. Mencuci sayuran yang telah selesai dipotong Melissa. Semua tugasnya telah selesai. Kini giliran Melissa meracik bumbu dan mulai memasak. Reina tak lagi membantu. Melaksanakan perintah Melissa untuk menontonnya masak, itung-itung belajar mengingat resep. Reina masih setia menonton aksi Melissa memasak saat bel rumah berdenting.