Remedy

Rima Selvani
Chapter #17

Camaraderie

Gue sahabat lo Rein, masa disamain sama bodyguard! - Dirga

đź’Š

Senin pagi. Lelaki yang biasanya ogah-ogahan bangun pagi itu sudah rapi dengan seragamnya. Lengkap dengan topi dan dasi yang sudah melekat di kepala dan kerah bajunya. Elang mantap pantulan dirinya di depan cermin yang sedang tersenyum. Sejak semalam, lelaki itu merasa seperti terlahir kembali. Ada rasa bahagia besar yang ia rasakan semenjak kalimat perintahnya tentang ia dan Reina yang resmi pacaran tak dibantah sama sekali oleh gadis yang biasanya tak perah ingin menerima perintah itu.

Lagi-lagi Elang tersenyum, sebelum akhirnya melenggang keluar setelah sukses menggapai tasnya yang tergeletak di atas kasur.

“Pagi sayang!” sapa Melissa.

“Pagi, Ma, Pa!” Elang mencium pipi Melissa sekilas kemudian duduk dikursi makan yang biasa ia duduki. Lelaki itu sibuk dengan ponselnya sendiri saat Melissa sedang menuangkan seseondok besar nasi goreng ke piringnya.

“Tumben hari ini nggak telat,” sindir Bayu yang baru saja selesai menyantap sepiring nasi goreng buatan istri tercintanya.

Elang yang disindir justru hanya tertawa, kecil. Menyuap nasi goreng buatan Melissa dan mengunyahnya cepat. “Makannya pelan-pelang, Lang!” tegur Melissa.           

“Elang buru-buru Ma, hari ini upacara bendera,” jawab Elang.

Bayu yang sedang menyesap kopi miliknya langsung tersedak mendengar kalimat anak laki-laki satu-satunya itu. Lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan itu melempar kode pada istrinya, dan Melissa yang menangkap kode itu hanya tersenyum kecil. “Senin kemarin kamu nggak begini, Lang,” ujar Melissa.

“Ya, emangnya salah kalau aku begini?” tanya Elang.

Bayu yang mendengar penuturan anaknya langsung tertawa lepas. Kopi yang sedari tadi masih ia nikmati sudah ia anggurkan. Bayu lebih memilih meneliti tingkah laku Elang. Dasi yang terpasang rapi di kerah bajunya, wangi parfum yang dari jarak mereka yang cukup jauh saja bisa tercium oleh Bayu.

“Reina habis bilang apa kemarin?” todong Bayu langsung.

Gantian, Elang yang tersedak, wajah remaja lelaki itu bahkan sudah merona. Hal itu membuat Bayu makin bersusah payah untuk menaha tawanya yang tadi meledak. “Ng-nggak ngapa-ngapain,” balas Elang gelagapan. Lelaki itu sama sekali tak berani menatap Bayu yang duduk di kursi sebran.

“Kalau nggak ngapa-ngapain, kamu kenapa salting gitu?” Kini gantian Melissa yang meledek Elang. Sepasang suami istri itu sama-sama menahan senyum geli dan membuat Elang semakin salah tingkah.

“Ma, please jangan ikut-ikutan Papa,” rengek Elang. Remaja lelaki itu merengut, sambil menguyah makanannya. Melissa tertawa kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya singkat. Tak habis pikir dengan tingkah malu-malu yang Elang perlihatkan. Tingkahnya persis sekali seperti Bayu.

“Mama nggak ngapa-ngapain loh, Lang! Minggu depan, ajakin Reina main ke sini lagi ya,” tutur Melissa, membuat wajah Elang lagi-lagi merah padam dan lelaki itu bangkit seketika. Mengangkut tasnya dan meneyeruput susu yang telah Melissa sediakan di mejanya dalam sekali teguk.

“Elang berangkat dulu kalo gitu, Assalamualaikum!” seru Elang. Lelaki itu langsung mencium tangan kedua orang tuanya dan langsung pamit pergi melajukan mobil biasa yang ia kendarai ke sekolah.

Sebentar lagi, Elang akan bertemu Reina.

Tak lagi sebagai sepasang kekasih pura-pura.

Melainkan, officially the real couple.

đź’Š

Sesampainya di sekolah. Bukannya langsung menuju kelas dan meletakkan tas yang ia tenteng ke kelas, Elang justru melipir menghampiri Reina yang berada di kelasnya. Tapi, bukannya menemui sosok Reina, Elang justru melihat kursi gadis itu kosong, yang ada hanya tas Reina yang tergeletak di atas meja. Elang tersenyum simpul, membalas sapaa teman-teman sekelas Reina kemudian menuju kentin.

Lima belas menita lagi bel berbunyi, dan kalau tak melihat Reina yang lewat sambil berjalan beriringan bersama Dirga mungkin Elang tak akan ikut upacara hari ini.

“Reina!” bisik Elang dari belakang Reina. Namun gadis yang dipanggil sama sekali tak menoleh karena jarak mereka memang tak memungkinkan Reina untuk mendengar panggilan Elang.

“Reina, muka lo aneh banget sih hari ini!”

Suara ejekan Dirga untuk Reina itu, didengar Elang. Dengan satu langkah pasti Elang bergegas maju, melangkah mendahului sepasang sahabat yang tadi berjalan di depannya. Elang berusaha secepepat mungkin berjalan tanpa membuat Reina dan Dirga menyadari kehadirannya.

Kedua orang itu bersahabat sejak lama, tapi kenapa Elang justru tak suka melihatnya.

 💊

Mau tak mau, Elang bolos sekolah lagi.

Ia harus merelakan waktunya hari ini yang bisa ia manfaatkan sebaik mungkin untuk menatap Reina di barisan mereka yang bersebalahan kandas. Bianca, mantan kekasihnya yang hanya seminggu ia pacari kembali menghubungi dan Elang sama sekali tak bisa menolak permintaan gadis itu.

“Gue butuh lo Lang,” satu kalimat singkat itu saja, langsung membawa Elang melesat ke kantin. Mengambil tasnya yang tadi sempat ia titipkan pada ibu penjaga kantin. Elang bahkan lupa berpamitan pada kekasihnya. Reina.

“Lo di mana sekarang?” tanya Elang.

Sambungan ponselnya pada Bianca masih tersambung. Di ujung telepon Elang menangkap suara rintihan Bianca yang kesakitan. Elang semakin cemas dibuatnya.

Lihat selengkapnya