6
Melebihi Ekspetasi
“Soal apa?”
“Apa!?”
“Hmm..tapi janji jangan dulu beritahu ini kepada siapapun” jari kelingkingnya mengacung di depan wajahku. Aku mengaitkan jarinya dengan jariku, jika dia bercanda lagi aku tak segan-segan akan menggigit kelingkingnya sampai hilang.
“Mereka membicarakan soal..”
“Soal apa?” tanyaku sabar.
“Mereka membicarakan soal perjodohan”
“Hah perjodohan..?” sudah ku sangka pasti akan berujung seperti ini nantinya, dulu saat aku masih kecil, aku sudah tak mau terlalu dekat dengannya, karna aku tahu semuanya akan berujung seperti ini, Ayah kami menjodohkan aku dan Rugal tak jauh lagi alasannya karna perusahaan lagi.Mereka mau kami yang harus meneruskan perusahaan mereka nantinya, tidak mungkin kan sampai tua nanti mereka akan terus mengelola perusahaannya, dari sisi lain Ayah sendiri sangat ingin mempunyai anak laki-laki.
“Kamu tak salah dengarkan?” Rugal menggeleng pelan, rasanya darahku berhenti berdesir. Kenapa secepat ini? Kenapa Ayah tidak pernah memikirkan soal kebahagiaanku? Dia selalu saja memikirkan kemauannya. Tak kuat dadaku rasanya sesak sekali.
“Ini pasti usulan darimu?” tuduhku kesal.
“Tidak, tidak seperti itu, aku tak pernah mengusulkan soal pejodohan pada Ayah” manusia penuh drama ini benar-benar membuatku sangat geram, bisa ku rasakan air mata yanng mulai tak tebendung di sudut mataku.
“Riana, aku tahu kamu pasti akan kesal mendengar ini” Rugal memegang tanganku lembut berusaha menenangkanku. Air mata ini terlalu cepat jatuh membasahi kedua pipiku. Aku tak pernah menyesal bisa kenal dengan Rugal dan berteman dengannya, yang aku sesali adalah kenapa harus aku yang mendapatkan Ayah seperti itu?
“Riana aku mau tanya” Rugal menatapku lekat, wajahnya penuh dengan rasa harap.
“Apa kamu sekarang bisa mencintaku?” isakanku tambah terdengar.
“Sudah aku bilang berapa kali padamu...aku tak akan pernah mencintaimu, tak akan” hati Rugal sekarang pasti berkali lipat lebih sakit dari pada aku, matanya membesar tak percaya.
“Tapi aku selalu bilang pada Ayah kalau aku, mencintaimu..” ini faktor dari segalanya, Rugal tak mau jujur apa adanya.
“Aku tahu sebenarnya kamu juga tidak mencintaikukan..?” tanyaku gusar, semuanya hanya drama, kita boneka mereka, iya Ayah kita sendiri.
“Kenapa? Kenapa kamu tidak pernah jujur pada mereka kalau sebenarnya kamu juga tidak mencintaiku” sekarang nafasku benar-benar sesak karna menahan tangis.
“Kenapa hah!?” aku menyentaknya sambil menghentakan kaki. Ku lihat Rugal yang hanya mengigit bibir bawahnya bingung, sebenarnya kami sadar tak ada cinta yang tulus di antara kami, ini semua paksaan.
Rugal mempertahankan drama ini karna rasa sayang pada Ayahnya, di sisi lain semua ekonominya tergantung pada perusahaan Ayahku, jika sampai Rugal tidak mau menyakiti perasaan orang yang di sayanginya itu, Ayahnya,Itu yang pernah rugal ceritakan padaku. Semua ini hanya sebuah drama yang dimana tokonya adalah aku dan Rugal.
“Aku tidak mau menyakiti Ayahku”
“Tapi kamu menyakitiku”
BRAAK!
Rugal menabrak seseorang, untung saja Rugal berhasil menghentikan mobilnya cepat-cepat. Buru-buru kami keluar dan melihat kondisi si korban.
...
MALIK_.
Pandangan mataku sedikit buram, orang-orang sudah mulai menggrumuniku, aku tidak bisa bergerak, kakiku sepertinya terkilir hebat, kepalaku terbentur tihang lampu lalu lintas. Tapi syukurlah hanya benjolan kecil, ku tahan rasa sakit di kepalaku dengan cara menekannya kuat-kuat, berharap rasa sakitnya berkurang.
Seorang gadis yang wajahnya telihat familiar mendekati wajahku, ia meraba wajahku dengan tangannya yang lembut, mulutnya terus berucap mengeluarkan suara itu.
“Kamu tak apa?”
“Apa ada yang terluka?”
“Ada yang terasa sakit?”
“Hai kamu bisa mendengarku? Apa kamu tidak bisa bicara?” semuanya bergerak begitu lambat, kepalaku mulai terasa sakit lagi, wajah gadis ini mulai terlihat buram, rambutnya yang indah tergerai mengenai sedikit wajahku, telinagku tiba-tiba berdenging hebat dan perlahan semuanya berubah menjadi gelap.
...
“Biar saya saja yang mengurusi semua pemabayarannya, asalkan dia bisa cepat sembuh Dok”
“Atas nama siapa?”
“Sabita shalsabilla” suara percakapan mereka terdengar sampai ke alam bawah sadarku, apa Sabita? Aku tidak salah dengarkan? Ku paksakan kelopak mata yang berat ini agar terbuka.Aakh rasanya kepalaku ingin pecah, aku belum kuat menengokan kepalaku, cukup dengan melirik saja.