11
Bukan Sekedar Foto
RIANA_.
Di kampus pikiranku masih bekum fokus juga, dosen itu tidak tahu menjelaskan apa, mulutnya tak henti menjelaskan materinya, sedangkan yang lain sibuk menyimak, tidak termasuk aku.
Ku genggam foto itu di tangan, sesekali aku pandangi fotonya saat dosen itu tidak sedang memperhatikanku, ku lihat garis wajah yang sepertinya tidak asing bagiku, yoyo yang di genggamanya terlihat sanagt menarik.
“Riana, kelihatannya kamu kurang fokus saat dosen menjelaskan tadi, ada apa?” bisik Chika tiba-tiba bersikap peduli padaku dan berhasil memecahkan lamunanku.
“Hah apa?”
“Kamu sakit lagi?” Chika memeriksa keningku dengan punggung tangannya.
“Ah tidak aku baik-baik saja”
“Kalau baik-baik saja perhatikan dosenmu itu, bukan fokus pada fotomu” mata Chika melirik pada foto yang sedang ku genggam. Aku hanya mengangguk pelan mengiyakan ucapannya itu. Ternyata sedari tadi ada orang yang memperhatikanku.
“Aku tahu dosen kita hari ini sangat membosankan, mau tidak mau kita masih butuh ilmunya, andai saja dosen yang kita temui setiap harinya, dosen yang tampan, muda, ya ampun aku pasti semangat setiap harinya” aku terkekeh melihat wajah Chika yang entah siapa yang sedang ia bayangkan.
“Setuju”
“Nanti kalau kita dapatkan dosen yang tampan setiap harinya, yang ada belajar kita jadi kurang fokus” tembalku lagi berusaha membenarkan ucapan Chika, tapi Chika tak mendengarkanku ia masih asik dengan tawanya.
Dosen yang di depan pun akhirnya memngundurkan dirinya, dan mengkemas barangnya, meninggalkan kelasku, aku tak peduli dengan kepergiannya seketika suasana kelas kembali ramai dengan suara mereka.
“Riana, sebentar lagi kita akan mengadakan wisuda kelulusan kita” ujar Chika tiba-tiba di sela tawanya, seraya menambil foto yang masih ku genggam.
“Oh iya benar juga, kenapa memangnya?” aku kurang tertarik dengan kata ‘wisuda’ itu artinya sebentar lagi kuliahku akan segera selesai dan perjodohan itu akan segera tiba.
“Aku ingin cepat pulang saja” aku belum mengerti apa maksudnya.
“Kamu baru pindah rumah?”
“Iya”
“Alasanmu pindah karna apa?” saking tak ada topik pembicaraan lagi, aku usulkan untuk bertanya soal perpindahannya.
“Karna rumahku terlalu jauh dari tempat kampus favoritku ini, jadi aku pindah ke rumah saudaraku yang kebetulan dekat dengan kampusku”
“Oh kamu punya saudara di daerah sini?”
“Huum”
“Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku soal saudaramu itu,bahkan aku baru tahu sekarang soal itu” Chika menatapku datar, seketika senyumannya pudar.
“Untuk apa? Dia tidak penting” lagipula aku memang tidak tertarik pada pembicaraan ini, aku hanya menghargaimu chika.
“Chika alarm perutku berbunyi itu tandanya..”