12
Sahabat Kecil
MALIK_.
Malik dan aku memakirkan sepeda di depan kedai tempat aku berdiam diri, sebelumnya Malik yang membuat janji denganku, karna sekarang waktu ku juga kosong ya sudah aku bersedia menemaninya di hari libur kuliahku.
Sepanjang jalan kami berbincang heboh tanpa ada rasa canggung sedikitpun, Malik tidak sedingin yang ku bayangkan, sampai suatu ketika aku mengajaknya untuk mampir ke kedai Kakakku. Kami beristirahat di dalam menikmati suasana kedai yang menenangkan meskipun terlihat sangat ramai.
Tiba-tiba Malik menyodorkan sebuah yoyo berwarna silver kepadaku, halisku terangkat sebelah sambil menatapnya aneh, dia memberiku kode agar aku mengambilnya.
“Untukmu”
“Waah untukku? Ini kan...” kejutku dalam hati, yoyo ini sama persis dengan yoyo yang ada di foto, sangat indah, awalnya aku tidak yakin kalau masih ada jenis yoyo yang seperti ini.
“Sepertinya ini yoyo langka” tebakku tanpa mengecilkan suara, Malik tersenyum saat yoyo itu sudah berada di tanganku.
“Terima kasih, kamu tahu aku dulu sangat senang dengan yoyo”
“Kamu bisa memainkannya?” aku menggeleng malu, tentu saja aku lupa sudah berapa tahun aku tidak memainkan mainan ini.
“Tidak, hmm...maksudku lupa, karna sudah lama aku tidak memainkan ini”
“Sini biar ku ajari lagi” Malik dengan tenang memegang tanganku dan mulai memutarkan yoyo itu di hadapanku dengan tanganku sendiri. Jantungku rasanya ingin keluar dari rongganya, wajah Malik dekat sekali, hidungnya yang mancung terlihat jelas.
Kalau boleh jujur dia tampan sekali kalau dari dekat seperti ini, wajahku seketika langsung merona, aku berusaha memalingkan wajahku agar tidak terlihat olehnya, tapi Malik terus menatapku seperti itu sambil mengajariku.
“Kenapa dia terlihat biasa saja saat dekat denganku seperti ini” gumamku dalam hati.
“Bagaimana fahamkan?”
“Ah iya aku faham” aduh kenapa aku memikirkan yang tidak-tidak? Malik menjauhkan dirinya dan duduk lagi di tempat duduknya. Wajahku masih terasa panas.
“Kenapa?” jangan sampai dia tahu kalau wajahku sedang memerah seperti ini, mati aku.
“Ah tidak, tidak, hanya saja cuaca di sini terasa panas” aku mengkipas wajahku yang tak berkeringat dengan tangan.
“Tadi pagikan baru saja hujan, apanya yang panas?”
GLEK..
Aku lupa tadikan baru saja berhenti hujan, malu aku.
“Kamu alergi panas? Atau dingin? Pipimu merah seperti itu” ah tidak sudah ketahuan.
“Iya aku alergi dua-duanya” Awalnya aku kira bermain yoyo akan sulit dan ternyata itu tak sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiranku, Malik baru mengajariku sekali tapi aku langsung lihai memainkan. Aku senang bukan main.
“Lihat aku bisa” Malik tersenyum bangga melihatku bisa memainkan yoyonya
“Hei kalian!” teriak Kak Falah di tempat kasir membuat setengah dari penghuni kedai ini beralih ke sumber suara, ku lihat wajahnya yang berseri-seri, moodnya sedang baik hari ini. Kami melambaikan tangan ke arahnya yang masih tersenyum lebar.
Tak lama dia pun menghampiri kami sambil mengantarkan dua cangkir coklat hangat, sangat pas dengan cuaca ini. Dia mengusap rambutku membuat rambutku sedikit berantakan, aku bedecih kesal sambil menepis tangannya, aku tak suka di perlakukan itu olehnya.
“Terima kasih” ucap Malik, mata Kak Falah membulat saat melihat sosok Malik di hadapannya.
“Malik?”