20
Kehangatannya Yang Tak Pernah Hilang
MALIK_.
“Waktumu sudah tidak lama lagi, pastikan uang yang sudah ku mau itu sudah siap. Jika belum atau kurang saat kamu membawa uangnya ke sini, nyawa Ayahmu yang akan jadi taruhannya” suara dari sebrang sana sedikit terputus-putus mungkin karna gangguan sinyal.
“Akan ku siapkan uangnya, aku janji, tapi kumohon jangan sampai apa-apakan Ayahku” nafasku mulai menderu, rahangku menggertak kesal, tanganku semakin kuat saat menggenggam ponsel.
“Tenang saja nak..”jawabnya tapi intonasinya sungguh meragukan.
“Berikan ponselmu pada Ayahku”
“Untuk apa? Apa kamu ingin mendengar suara rintihannya?” maksud ‘rintihannya?’ firasatku buruk tentang itu.
“Cepat berikan ponselmu pada Ayahku!” sentakku yang hanya di balas dengan gelagak tawa meremehkan.
“Santai saja nak...akan aku berikan padanya” sedikit lega saat sosok yang ada di telpon ini mau memberikan ponselnya pada Ayah. Beberapa detik hening suara Ayah sudah terdengar, suara rintihnya.
“Malik” dari suaranya saja aku sudah bisa menebaknya kalau dia sedang tidak baik-baik saja.
“Ayah baik-baik sajakan?”tanyaku dengan suara getir. Beberapa saat hanya terdengar suara nafas Ayah yang menderu ketakutan.
“Sebenarnya apa yang terjadi pada Ayah?”
“Maafkan Ayah, Ayah sudah ceroboh...” di lanjut dengan suara isakan tangis, yang membuat tubuhku bergetar tak karuan. Aku sendiri belum faham kenapa Ayah mengatakan itu.
“Istri yang selama ini selalu dengan Ayah ternyata...”
“Dia kenapa..?”
“Dia ternyata istri Bos Ayah sendiri” hah jadi wanita arogan itu penghianat, aku membungkam mulutku sendiri. Sialan barani-beraninya dia.
“Jadi selama ini dia selingkuh dari Ayah dan...” suara tangisnya semakin menjadi-jadinya, hatinya pasti sangat sakit, begitupun aku sebagai anaknya.
“Jadi Bos Ayah menyandra Ayah gara-gara wanita itu..?”
“Iya” ku dengar Ayah yang menghela nafas panjang. Aku benar-benar kesal, bisa-bisanya dia hanya memanfaatkan Ayah.
“Ayah aku akan segera ke sana dan membantumu, Ayah tolong tenang” kini aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menenangkannya.
“Ada satu hal yang Ayah sembunyikan darimu Malik”
“Apa?”