28
Chika Adalah Yang Terakhir untuknya
DOOR..
DOOR..
Chika datang dengan tatapan tajam sambil menembak dua penjaga itu dengan tangannya sendiri, meluluhkan mereka dengan cara menembak bagian kakinya.Boleh aku jujur, Chika terlihat sangat kren jika seperti itu. Tak lama Riana datang menghampiriku membantuku melepaskan tali, dan langsung memelukku dengan deraian air mata.
Riana memelukku sangat erat sampai-sampai bajuku basah dengan air matanya, ku peluk balik tubuhnya yang kecil itu, mengusap kepalanya beberapa kali. di sisi lain aku merasa sedih saat Riana memelukku ada rasa sakit di hatiku. Ini pelukan terakhir darinya.
“SIAPA YANG TELAH BERANI MEMBUNUH KELUARGAKU HAH!??” teriakku membuat semua yang di sana menoleh cepat ke arahku, dan langsung membuat posisi siap untuk menembakku. Jumlah mereka lebih banyak, tubuh mereka lebih besar daripada aku, tapi aku tak pernah merasa takut dengan itu. Yang aku takutkan adalah kehilangan orang yang ku sayangi.
“Siapa gadis itu?” tanya wanita berpakaian arogan pada pria yang kelihatannya dia adalah ketua dari kelompok sialan itu. Ku lihat Ayah Malik yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.
“Matanya mirip dengan Malik, sepertinya dia adiknya” balasnya yang terdengar olehku. Tak banyak bicara lagi aku telanjur mendengar semua ucapan mereka. Ku angkat pistolku dan ku arahka tepat ke arah mereka. Pelatuknya tinggalku aku tekan dan.
“Tunggu!” teriak Rugal yang menghempaskanku begitu saja, wajahnya yang putih kini memerah seperti menahan amarah.
“Ayah?” ujarnya. Hah jadi pria brengsek itu adalah Ayahnya? Memang sejoli Ayah dan anak yang sama-sama brengsek. Malik dan Riana pun langsung teralih ke mereka.
“Rugal, kenapa kamu ke sini?”
“Oh jadi selama ini Ayah menyuruhku untuk membereskan barang-barangku karna Ayah akan kabur ke tiongkok bersama wanitamu itu hah!?” Ayahnya hanya diam menatap Rugal yang kini mulai meneteskan air mata, tunggu dulu, manusia satu ini juga ternyata bisa menangis?