29
Beberapa Tahun Setelah Itu
MALIK_.
Hari ini, hari libur kerjaku, seperti biasa aku akan menghabiskan waktuku untuk Chika yang sebentar lagi tidak akan satu rumah lagi denganku, perlahan orang tersayangku terkikis menghilang karna bahagia, tapi aku tak pernah merasa sedih akan hal itu, seperti Riana yang bahagia dengan Rugal, dan sekarang Chika yang sebentar lagi akan menginjak jenjang pernikahan.
Calon suaminya bahkan lebih tampan dariku, tapi Chika bilang aku yang lebih tampan. Ku lihat Chika yang terlihat sibuk merias dirinya, tak lama dia menoleh ke arahku lalu tersenyum, aku benar-benar menyayanginya, dia satu-satunya keluargaku yang tersisa.
"Ayo!" ucapku sambil memarkirkan sepeda. Sebenarnya motor dan mobil juga ada terparkir di garasi, tapi Chika hanya ingin menggunakan sepeda untuk jalan-jalan. Tangannya melingkar ke pinggangku, setelah siap aku langsung menggoes sepedaku dan menelusuri kota yang nampaknya sekarang sedang tidak di landa kemacetan.
Chika nampak bahagia meskipun hanya dengan ini, padahal aku sudah menawarinya untuk pergi berlibur ke suatu tempat, dia menolaknya, kata Chika dia hanya ingin menghabiskan waktunya denganku.
Sampai suatu ketika aku dan Chika berhenti di depan taman yang di sana banyak sekali anak panti asuhan yang sedang bermain, anak-anak itu berlari dengan rasa gembira, meskipun mereka tak di dampingi oleh orang tua mereka. Tiba-tiba saja mataku terkunci saat melihat seorang anak laki-laki keluar dari pintu rumah panti itu.
"Malik ini minumanmu!" celetuk Chika sambil menyikut perutku dengan sikutnya.
"Akh, Iya tunggu" ujarku masih memperhatikan anak laki-laki itu. Mungkin Chika merasa heran dengan tatapanku.
"Kamu lihat apa?"
"Anak laki-laki yang sedang duduk di kursi taman" tunjukku ke arahnya, Chika ikut melihatnya.