Rumah itu terletak di pinggiran kota, sebuah rumah kecil yang tampak sederhana dari luar namun sangat elok dan lega di bagian dalam. Rumah keluarga Clemens malam ini terasa sepi setelah makan malam pasangan itu berakhir.
"Pak, Pak Stevan..."
Itu adalah suara Bi Lilis, asisten rumah tangga keluarga Clemens saat ini. Suaranya diiringi beberapa ketukan dari bagian luar pintu kamar Stevan dan Vina. Waktu saat ini adalah jam 9 malam dan pasangan itu saat ini - seperti biasanya - sudah berada dalam kamar tidur, menghabiskan waktu bersama sebelum tidur.
Mereka saling bertatapan. Namun, Vinalah yang berdiri dan membuka pintu. Stevan mengira Bi Lilis ingin membicarakan perihal kepulangannya esok pagi, tetapi agaknya hal itu tidak mendesak sampai harus memanggil mereka dari kamar semalam ini.
"Iya? Kenapa, Bi?"
Bi Lilis berdiri di depan pintu kamar mereka, menatap Vina dengan ragu dan kebingungan.
"Anu, itu, Mbak. Pak Hans dari tadi belum mau makan."
Vina menoleh ke arah Stevan. Suaminya itu terlihat sama bingungnya. Meskipun ayahnya kini dalam keadaan yang senantiasa memerlukan bantuan untuk keperluannya sehari-hari karena sistem kognitifnya yang terpengaruh oleh penyakitnya, namun selama ini ayahnya tidak pernah menolak untuk dibantu atau diingatkan akan keperluannya.
"Dari tadi sore, Bi? Nggak mau disuapin juga?"
"Iya, Mbak. Belum mau makan sama sekali."
Stevan beranjak. Perasaan kuatir, cemas, dan penasaran mendorongnya untuk melihat keadaan ayahnya itu.
"Makanannya dimana, Bi?"
"Itu, tadi Bibi bawa keluar lagi, di meja makan."
Stevan melihat ke arah meja makan. Semangkuk makanan untuk ayahnya yang masih utuh dan sudah dingin. Makanan yang dibeli saat perjalanan pulang tadi olehnya dan istrinya, bubur ayam kesukaan ayahnya.
"Pa?"
Ia membuka pintu kamar ayahnya dan masuk mendekati ayahnya setelah menunggu respon atas ketukannya yang tidak kunjung datang. Vina dan Bi Lilis hanya mengikuti dari belakang sampai depan pintu kamar.
"Pa, kenapa? Ini tadi Stevan beli kesukaan Papa, lho."
Hans duduk di kursi kerjanya, memunggungi anaknya. Tubuhnya terlihat sangat kurus dibandingkan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Ia duduk dengan postur bungkuk. Rambutnya sudah menipis dan warna putihnya semakin terlihat.
"Papa sudah makan."
"Jangan gitu, Pa. Buburnya dipanasin la..."