"Kamu?" Alwan menatap Cessa dari atas sampai bawah. Ia berpikir keras pernah melihat wanita ini.
"Apa pria itu sudah mengingatnya?" Batin Cessa. Ketika Alwan menatapnya begitu intens.
"Kalian sudah saling bertemu?" Reno menyahut melihat keduanya. Sedangkan Cessa terdiam, ia masih menatap Alwan lekat-lekat. Dadanya bergemuruh akan rindu.
"Gadis pembalut." Ujar Alwan begitu saja.
Reno terkekeh, sedang Cessa pipinya bersemu malu. Dari banyak kata kenapa hal itu yang harus diucapkan pria itu. Ia kecewa, ternyata hal yang diingat Alwan adalah hal itu bukan mengingatnya sebagai Cessa-nya.
"Apa?" Ujar Cessa linglung dengan sebutan Alwan. Berbeda dari sang kakek yang tawanya sudah meledak. Alwan berdehem menyadari kebodohannya.
"Maksud Alwan, kemarin kita bertemu di super market." Ucap Alwan cepat.
"Oh begitu. Cessa dia yang akan menjadi sekertarismu." Alwan mengangguk mengerti. Kebetulan sekali ia bisa dekat dengan gadis yang telah menarik perhatiannya ini. Tapi ada yang aneh dengan gadis bernama Cessa. Dia selalu menatapnya lekat-lekat tatapan rindu yang begitu dalam. Apakah mereka pernah mengenal sebelumnya? Alwan akan mencari tahunya nanti.
"Kita belum berkenalan. Nama saya Alwan Dirgantara." Alwan menjulurkan tangannya pada Cessa. Gadis yang sudah dua kali bertemu dengannya tanpa disengaja.
Cessa terpaku mendengar Alwan memperkenalkan dirinya. Bukankah mereka sudah saling mengenal tapi kenapa harus berkenalan lagi. Berarti benar semuanya harus diulang dari awal. Termasuk untuk mengenal satu sama lain.
"Cessa." Balas Cessa menjabat tangan yang tidak ada satupun jari yang melingkarkan cincin pernikahan mereka.
"Senang bertemu denganmu. Semoga kita bisa menjadi partner kerja yang baik." Alwan tersenyum hangat. Setelah mengucapkan itu Alwan pamit undur diri untuk pergi karena masih ada urusan. Ia tidak bisa berlama-lama disini. Walau ia ingin sekali mengenal Cessa lebih dekat.
Cessa menutup pintu kantor kakeknya rapat-rapat. Lalu melangkahkan kakinya mendekati sang kakek yang duduk di sofa. Ia ingin menanyakan hal yang mengganjal di hatinya. Semua ini terlalu tiba-tiba dan kenapa kakeknya tidak mengabarinya sama sekali.
"Jadi apa maksud kakek melakukan semua ini?" Tanya Cessa putus asa. Ia senang bisa bertemu Alwan tapi hatinya yang separuh sakit karena pria itu tidak mengingatnya sama sekali. Padahal mereka sudah menikah.
"Mengembalikan Alwan padamu. Dokter bilang kesehatannya semakin baik. Jadi tidak akan terlalu sakit bagi Alwan jika diminta mengingat kenangannnya kembali." Reno mengingat janjinya pada Cessa dulu. Ia meminta Cessa untuk menjauh dari Alwan. Karena waktu itu kondisinya Alwan tidak bisa mengingat apapun dan dokter menyarankan agar Alwan tidak memaksa Alwan mengingat apapun. Maka keputusanya menjauhkan Cessa dari Alwan adalah hal yang tepat. Saat itu Cessa terus menangis dan sedih ketika Alwan tak mengenalnya. Tak ingin membuat kesedihan Cessa terus berlarut, ia dan Arkan memutuskan untuk memisahkan mereka.
"Tapi Cessa takut," ucap Cessa. Ia menyadari suatu hal.
"Apa yang kamu takutkan?" Tanya Reno. Ia jadi bingung. Bukannya Cessa terus menghubunginya menanyakan kapan Alwan di kembalikan.