Remember Me

Evi Ratnasari
Chapter #8

DELAPAN

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Tasya saat pertama kali melihat Lea di coffee shop. 

“Baik-baik saja.” Sahut Lea sembari menulis nama pelanggan di cup kopi. Hari ini dia mendapatkan jatah shift malam, sehingga baru dimulai pukul 4 sore hingga pukul 10 malam.

“Syukurlah.” Balas Tasya yang sedang melepas celemeknya. Shiftnya sudah berakhir.

“Kamu mau pulang?”

“Ya. Nanti pacarku akan menjemput. Kami berencana mau makan Pide.”

Lea berhenti menulis di gelas plastik. Sesuatu mengusik pikirannya ketika mendengar Tasya menyebutkan Pide. 

“Meski kami berdua belum bisa pergi ke Turki, setidaknya kami sering makan makanannya. Jadi, nanti kalau sudah punya uang dan pergi ke sana, tidak kaget lagi.” Tasya bercerita dengan antusias.

Ingatannya kemudian terusik. Dia seperti pernah makan Pide di suatu tempat dengan seseorang, namun dia tidak ingat dimana. Ingatan Lea tiba-tiba membawanya pada suatu tempat yang ramai. Tampak beberapa orang asing yang sedang hilir mudik. Sementara dia sedang berjalan bersama seseorang menyusuri pasar yang baru dilihatnya. Semakin lama ingatan itu berputar di ingatan Lea, dia merasa kepalanya semakin sakit. Gelas plastik yang dibawanya pun terlepas karena pandangannya tiba-tiba kabur. Lea berjongkok dan memegang kepalanya yang terasa sakit.

Lalu, ingatan itu hilang. Meski kepalanya masih sedikit pusing, Lea sudah bisa menguasai dirinya.

“Kamu baik-baik saja?” 

Sebuah suara dari balik meja membuat Lea menoleh. Dia melihat Benny berdiri di depan meja kasir. Wajahnya tampak khawatir melihat Lea.

“Aku baik-baik saja.” Lea memaksakan senyumnya lalu berjalan menuju ke meja kasir.

“Mau pesan apa?” tanya Lea lagi.

Ice Americano.”

With less sugar.”

Benny mengangguk. Dia tersenyum seperti biasanya. Lalu mengulurkan uang pada Lea. 

“Aku tunggu di sana.” Benny menunjuk pada meja di pojok ruangan. Meja yang sama saat mereka bertemu dulu. Juga, meja tempat Benny memberikan kalung berliontin kunci yang sekarang melingkar di lehernya.

Lea mengangguk, lalu mulai menyiapkan pesanan. Setelah segelas ice americano siap, Lea membawanya ke meja Benny. 

“Apakah kamu sibuk?” tanya Lea sembari meletakkan gelas americano.

Benny menggeleng. “Kenapa?”

“Aku tidak bisa menghubungimu kemarin.”

“Kamu merindukanku?” 

Pertanyaan Benny membuat Lea diam, namun pipinya bersemu merah karena malu.

“Aku mengkhawatirkanmu. Aku juga tidak tahu dimana kamu tinggal.”

Lihat selengkapnya