“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya Lea saat melihat Andrew muncul di depan kafenya.
“Menjemputmu.”
Lea tertawa mendengarnya. Dia kemudian berjalan meninggalkan kafenya setelah menguncinya. Beberapa minggu ini, dia memang mendapat jatah untuk bekerja di shift malam.
Andrew berjalan cepat menyusul Lea.
“Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” tanya Andrew.
“Tidur mungkin.”
“Sudah makan malam?”
Lea menoleh. “Kamu mau mengajakku makan enak?”
“Makan pop mie di minimarket dekat kostmu saja.”
Lea langsung mencebik dan membuat Andrew tertawa lepas. Dia kemudian melingkarkan tangannya di pundak Lea. Mereka berdua memang sudah bersahabat dekat sejak dulu, sehingga mereka terkadang sudah tidak segan untuk sekedar merangkul satu sama lain.
“Soto untukmu dan kare untukku.”
“Thank you.” Lea dengan semangat meraih pop mie miliknya. Bagi Lea, rasa soto adalah rasa favoritnya. Namun, Andrew lebih menyukai rasa kare ayam.
Aroma mie kuah langsung semerbak saat Lea membuka penutupnya. Mie instan selalu saja punya cara untuk membuat perut bereaksi. Cacing-cacing di perut Lea pun tampaknya kegirangan.
“Kapan kamu libur?” tanya Andrew di sela-sela makan.
“Besok. Sebenarnya pengen pulang ke Bandung karena sudah kangen Nara. Tapi cuma libur sehari. Kasihan dia kalau sehari ketemu habis itu ditinggal.”
“Mau jalan pagi besok? Bubur Ayam favoritmu?” tawar Andrew yang membuat Lea langsung mengiyakan. Mana bisa dia melewatkan ajakan makan bubur ayam Jakarta favoritnya. Apalagi, sudah lama sekali dia tidak makan di sana.
“Aku jemput jam 6 pagi. Kita lari pagi dulu.”
“Oke. Yang kalah, yang traktir.” Tantang Lea. Sejak dulu, mereka selalu melakukan lomba lari meskipun seharusnya mereka hanya jogging santai di lapangan. Tetapi, adu lari membuat mereka semakin bersemangat berlari. Setelah kehabisan tenaga memutari lapangan, mereka akan menghabiskan dua mangkok bubur ayam Jakarta.
“Deal.”
Setelah selesai makan, Andrew masih menemani Lea berjalan hingga di rumah kostnya.
“Kamu parkir mobilmu di sini?” tanya Lea saat melihat mobil milik Andrew terparkir di depan rumah kostnya.
“Iya.”
“Lalu kenapa kamu menjemputku ke kafe lalu berjalan lagi ke sini? Kurang kerjaan banget, sih.”
“Buat pemanasan, biar besok bisa ngalahin kamu.”
“Bohong banget.”
Andrew tertawa. Tentu saja dia berbohong. Dia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Lea. Menemani Lea agar dia tidak terlalu kesepian.
“Aku masuk dulu, ya.”
Andrew mengangguk. “Sampai jumpa besok pagi.”
Lea mengacungkan jempolnya lalu berjalan masuk. Dia menutup pintu gerbang rumah kostnya, lalu berjalan menaiki tangga. Andrew bisa melihat Lea berjalan menuju kamarnya, dari tempatnya berdiri sekarang. Dia masih berdiri di tempat yang sama hingga lampur kamar Lea padam.
Hatinya merasa tercabik melihat Lea. Bagaimana bisa dia memilih untuk menyimpannya sendiri dan berakhir seperti ini? Cerita dari orang-orang di sekitar Lea membuat hatinya terasa sakit. Bukan karena dia patah hati, tetapi dia tidak sanggup melihat perempuan yang dicintainya menderita sendirian. Itulah kenapa dia memutuskan untuk selalu menemani Lea mulai sekarang. Tidak akan membiarkan Lea terlalu lama sendirian.
-00-
Seperti biasa, GBK selalu ramai sebagai tempat tujuan untuk berolahraga, termasuk pagi ini. Lea dan Andrew sudah berlari cukup jauh dan badan mereka sudah dipenuhi dengan keringat. Lea bahkan nyaris kehabisan napas setelah adu cepat dengan Andrew.
“Enggak nyangka bakal secapek ini.” Lea masih tersengal-sengal saat mengatakannya.
“Dan kali ini, aku yang menang.” Andrew tampak senang karena bisa menang adu lari dengan Lea. Meskipun Lea perempuan, tetapi dia adalah seorang pelari sejak masih sekolah. Tidak heran kalau Andrew selalu kalah selama ini.