Bandara Ngurah Rai tidak pernah sepi pada jam berapapun. Selalu saja ada banyak wisatawan yang hilir mudik di area bandara. Hawa panas langsung terasa di kulit saat berdiri di depan area bandara. Letaknya yang berdekatan dengan pantai membuat angin bertiup sedikit kencang. Andrew langsung berjalan menuju ke mobil yang sudah menjemputnya. Tanpa berkata apapun, driver juga langsung membawanya ke Ubud. Tempat tinggal keluarganya.
Andrew menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Kepalanya terasa berat karena semalaman dia tidak bisa tidur. Banyak hal yang berkelebat di kepalanya. Dan semua pertanyaan yang muncul, menuntut jawabannya. Tapi, Andrew tidak bisa menemukannya, bahkan ketika mobil akhirnya berhenti di pelataran sebuah rumah dengan gaya khas Bali. Andrew melangkah turun dari mobil dan berjalan masuk. Tidak ada yang berubah dari rumah ini, meski sudah lama sekali dia tidak pulang. Dominasi warna putih dan jendela kaca besar serta tanaman hidup di dalam ruangan, memang ciri khas Mamanya. Ornamen-ornamen patung atau lukisan juga masih berada di tempat yang sama.
“Akhirnya kamu pulang juga, Drew.” Mama langsung berjalan cepat ke arahnya dan memeluknya. Wanita berusia lebih dari setengah abad ini masih saja terlihat muda. Sekarang, rambutnya malah berwarna brunette. Yang terlihat berbeda adalah badannya saja yang semakin kurus.
“Kenapa enggak bilang Mama kalau mau pulang?” tanyanya lagi setelah melepaskan pelukan.
“Tidak ada rencana pulang juga.”
“Mama siapkan makan siang, ya.”
“Boleh. Aku mau ke atas dulu.”
Tanpa mendengar respon Mamanya, dia langsung berjalan menaiki tangga, menuju ke ruangan yang berada di sudut. Kamar Kakaknya. Saat berada di depan pintu, Andrew merasa ragu-ragu. Dia menggerakkan tangannya perlahan, membuka kunci pintu. Dia mendorong daun pintu dan membukanya lebar. Tidak ada yang berubah dari kamar kakaknya. Semua barangnya masih tertata rapi di tempatnya. Sepertinya, Mama masih sering membersihkannya. Andrew berjalan menuju ke meja di sudut ruangan. Di meja ini, biasanya kakaknya akan bekerja atau memindahkan hasil jepretan kameranya ke dalam laptop. Dia bisa duduk di sini selama seharian setelah beberapa minggu pergi ke beberapa tempat. Kakaknya memang senang travelling. Dia bisa menghabiskan sebagian tabungannya untuk berkunjung ke beberapa negara.
Andrew membuka laptop milik kakaknya, lalu menyalakannya. Setelah menunggu beberapa saat, dia mulai membuka beberapa file yang tersimpan. Semua foto tersimpan rapi di dalam beberapa folder. Ada yang terasa sesak di dada Andrew melihat beberapa foto yang diambil kakaknya. Masa-masa indah kakaknya yang tersimpan di dalam laptop ini adalah masa-masa sulit Andrew menghadapinya. Saat itu, dia tidak menyangka takdir akan mempertemukan kakaknya dengan wanita yang Andrew cintai. Menyisihkan Andrew dari kehidupan wanita itu setelah mereka menikah.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Suara Mama membuat Andrew menoleh.
“Tidak ada.” Andrew langsung menutup laptop dan beranjak dari kursi. Dia merangkul Mamanya dan mengajaknya keluar kamar. Berada di kamar ini pun juga bukan perkara yang mudah bagi Mamanya. Mama sangat menyayangi kakaknya melebihi apapun.
“Mama masak apa?” tanya Andrew mengalihkan pembicaraan.