Remember The Day That I Had You As Mine?

Ayu Andini Sekarmelati
Chapter #1

Prolog

Seketika otot rahangku menegang ketika suara diujung telepon sana mengabarkan bahwa abangku: Raska mengalami kecelakaan parah. Badan mobilnya remuk, dan tidak ada yang tersisa. Abangku ditemukan dalam keadaan terhimpit antara dashboard dan kursinya. 

Mengerikan. 

Begitu telepon tersebut terputus aku segera berlari ke parkiran sekolah dan mengemudikan mobilku dengan kecepatan penuh ke rumah sakit yang sempat diucapkan penelpon itu. Aku sudah lupa untuk membawa tasku. Pikiranku kini melayang pada abangku yang entah bagaimana keadaannya sekarang. 

Syukurlah, jalanan tidak begitu padat sehingga aku bisa dengan cepat sampai di rumah sakit Permata Hati. Dengan satu gerakan cepat aku berlari keruang informasi. Disana terdapat seorang suster yang sibuk menerima telefon entah dari siapa. Aku tak peduli. Aku mengetuk meja dengan perlahan berharap mendapat perhatiannya. Mungkin, saat ini raut khawatirku tidak tersembunyikan lagi.

"Ya, ada yang bisa saya bantu dek?" tanya suster itu, tangannya bergerak menutup telepon. 

"Faraska Jordan Audi Hambert. Korban kecelakaan pagi ini. Di ruang berapa?" tanyaku tanpa basa basi. 

Jemari suster itu lalu mengetikan nama abangku di komputernya. Rasa gelisahku makin meningkat. Ketika suster itu kembali menatapku.

"Keluarga atau teman dari Faraska?"

"Adik. Saya adiknya." 

"Pasien Faraska masih dalam perawatan ruang ICU. Keadaannya belum dipastikan. Jika ingin mengetahui kabarnya secara berkala, adek bisa menunggu di ruang tunggu ICU sebelah sana." Ia menunjuk sebuah ruangan putih besar yang terpisah dari bangunan lain. Ada beberapa orang disana. Beberapa perawat juga terlihat sibuk mondar mandir. 

"Makasih sus."

Aku melangkah cepat menuju ruang tunggu ICU. Duduk diantara para keluarga pasien yang raut wajahnya sama tegangnya denganku. Tidak, kurasa aku yang paling tegang disini. Lima belas, tiga puluh, empat puluh lima menit aku menunggu kabar yang entah tak keluar dari pintu ruang ICU. Tak lama, seorang polisi menghampiriku. 

"Keluarga korban?" tanya polisi itu. 

Aku mengamatinya dengan seksama. Wajah tuanya benar benar kacau. Tubuhnya cukup bagus diusianya yang bisa dikatakan tidak muda. Sebenarnya aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini. Tapi mungkin kehadiran polisi ini dapat menjelaskan semuanya. 

Lihat selengkapnya