"Maksudku seseorang di belakangmu juga," jelas Ago sembari menunjuk seseorang di belakang Scarla.
Scarla menoleh ke belakang dan terkejut. Sementara itu tubuh Agatha membeku mendengar suara yang tidak pernah terasa asing di telinganya.
"Maaf, apa aku terlambat?"
***
Terlambat untuk menyesal. Dan terlambat untuk minta maaf. Scarla tidak tahu bahwa laki-laki itu pada akhirnya akan datang, meskipun Ago sudah memastikan undangan yang dikirimkan olehnya ditolak sendiri oleh orang itu. Itu mengapa dia berani membujuk dan mengajak Agatha ke reuni sekolah mereka. Scarla hanya ingin Agatha melupakan beberapa hal yang memang seharusnya dilupakan.
"Tha, maaf.." Scarla belum selesai berbicara ketika Agatha membanting keras pintu taksi yang mereka tumpangi. Tak hanya Scarla, barangkali supir taksinya pun ikut terkejut. Scarla memijat dahinya pelan, bingung apa yang harus dilakukannya setelah ini.
"Kita kemana mbak?" tanya supir taksi itu mengejutkan Scarla.
Scarla terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab, "Kembali ke tempat tadi, Pak."
Dalam perjalanan kembali ke tempat reuni diadakan, Scarla melamunkan kesalahan apa yang sebenarnya terjadi antara sahabatnya dan laki-laki yang kini terlihat dingin itu.
***
"Siapa yang kau lihat?"
Agatha hanya tersenyum tipis sebagai jawaban dan melanjutkan sesi makan siangnya. Hari ini kantin sekolah tidak seramai biasanya karena belum jam istirahat. Mereka baru saja selesai praktikum di laboratorium sehingga bisa istirahat lebih awal. Jadi Agatha bisa leluasa melihat ke arah lapangan bola outdoor dekat kantin. Seseorang berambut cepak dengan kacamata tanpa lensa yang sedang berlari mengelilingi lapangan bola disiang bolong itu mencuri perhatian Agatha.
"Aksara," jelas Scarla singkat.
Tanpa ditanya pun Scarla tahu siapa yang Agatha perhatikan sejak mereka berdua memasuki area kantin. Mata Agatha tak pernah lepas dari laki-laki itu.
"Aku tidak tanya," Agatha merengut kesal dan mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu dan fokus menghabiskan makan siangnya. Meski sesekali tanpa sepengetahuan Scarla, ia masih mencuri pandang laki-laki itu.
Aksara.. Agatha merapalkan pelan nama laki-laki itu dalam hati. Sebenarnya, tanpa diberitahu oleh Scarla, Agatha pun sudah cukup tahu tentang laki-laki itu.
Hobinya sepak bola, tapi dia tidak bergabung dengan tim sepakbola. Laki-laki itu juga suka makan, tapi tubuhnya bahkan tidak terlihat ada timbunan lemak. Makanan kesukaannya nasi ayam geprek Bu Wartini depan sekolah, minumannya es teh dingin tanpa gula. Rumahnya tepat di depan rumah Agatha. Mereka tetangga, tapi tak seorang pun yang tahu bahwa mereka bertetangga, termasuk Scarla, bahkan laki-laki itu sendiri pun tak tahu. Entah Agatha yang terlalu peduli atau itu memang hal yang tidak penting.