Hari inipun ratih masih setia menunggu di tempat biasa untuk memberikan kotak bekal berwarna jingga miliknya, Angin bertiup kencang membuat rambutnya menjadi tersapu oleh angin yang deras.
ia menatap lembut kearah kotak bekalnya "semoga dia suka sama masakan ku yang ini," pikirnya
"ratih kamu ga pulang?" tanya saras teman sebangku ratih
"ngga ras kamu duluan saja aku masih nunggu radi," balas ratih
"yaudah hati-hati di taman dingin loh rat nanti jantung kamu sakit lagi," ucapnya sembari mengeluarkan cardigan biru pastel " ini pakai saja dulu cardigan ku," sambungnya
"hm terima kasih ras hati-hati ya,"
"iya kamu juga, sampai jumpa besok rat"
sekarang hanya ada ratih dan suara kicauan burung yang senantiasa menemaninya menunggu, hampir 2 jam berlalu aroma maskulin menembus indra penciuman membuat ratih spontan menghampirinya
"Radi kamu udah dateng,"
"hm,"
"ini aku buatkan bekal kuharap kali ini kamu suka,"
"hm ayo masuk mobil,"
" iya ayo,"
ratih menyandarkan kepalanya kearah jendala mobil sembari melihat pemandangan disuguhkan di depan mata, mentari dengan tak hentinya menyinari wajahnya yang putih bak salju.
"tutup,"
"ngga aku masih mau lihat pemandangan,"
"TUTUP!,"
Radi menatap binar mata ratih yang ketakutan melihat kemarahan yang baru saja ia keluarkan
"maaf radi aku hanya ingin lihat pemandangan,"
"ck, kamu sudah penyakitan apa perlu ditambah lagi!,"
"ma..maaf,"ucap ratih bergetar
ratih hanya bisa diam tanpa melakukan apapun, ia menatap Radi yang amat serius mengemudikan mobil, jika ditanya siapa dia ini , dia adalah cinta pertama ku dan dia adalah tunangan ku ,kami dijodohkan tepat saat kami berumur 17 tahun, tetapi aku mengenalnya sejak umurku 5 tahun, ayah kami adalah patner kerja yang sangat akrab mereka berencara menginvestasikan perusahaan mereka dengan menjodohkan kami berdua, awalnya dia menolak ku mentah-mentah di depan ayah ku sendiri, jantung ku yang lemah ini semakin lemah karna perlakuannya, aku tau tidak ada orang manapun yang rela di jodohkan kepada perempuan yang memiliki riwayar penyakit serius, tapi apakah tidak ada kesempatan bagi ku walau hanya sebentar untuk ia cintai.
"turun,"
"terima kasih,"
"radi apa kamu tidak kelelahan jika kamu lelah besok aku bisa ke rumah sakit sendirian,"
" iya aku lelah banget jadi diam jangan tambah pikiran ku dengan omong kosong mu,"
"iya maaf,"
aku menatap punggung radi "radi apa aku seburuk itu untuk dicintai," pikirku
"masuklah aku tunggu di depan,"
"iya,"
akhirnya untuk kesekian kali nya aku masuk kembali keruangan yang ber nuansa putih ini terdapat seorang dokter yang basa memberi pemeriksaan kepada ku setiap harinya.
"ratih kamu akhir-akhir ini sering kelelahan ya."
"ngga kok dok,"
"dari iramanya sepertinya kamu sering melakukan pekerjaan berat sendiri,"
"hm iya kemarin aku belajar memasak"
"kenapa?,"
"aku ingin memberikan kejuan kepada radi dok, kemarin dia menang kejuaraan,"
"oh begitu kalau begitu papa kamu perlu tau kalau anaknya lagi berada dalam fase kasmaran,"
"eh jangan dok papa bakal marah sama radi nanti jangan ya dok,"
"iya iya ayo kembali kepada pemerikasaan,"
"eh iya dok,"
---
cklek..
"sudah selesai ayo pulang radi,"
"oh iya radi jangan sampai ratih kecapean lagi irama jantungnya menurun lebih cepat kalau dia kecapean," ucap dokter hasan
"baik dok,"
" kalau begitu kalian hati-hati ya pulangnya,"
"iya kalau begitu kami permisi,"
"iya sampai nanti dokter hasan,"
aku kembali menatap punggu radi "hehe radi semoga kamu suka masakan yang aku buatin untuk kamu,"
" masuk,"
"hm iya,"
diperjalanan ratih membayangkan betapa bahagianya jika makanan yang ia buat dengan tulus di makan oleh radi dengan ekspresi senang nya
"turun,"
"hm iya radi, terima kasih untuk hari ini hati-hati dijalan dan makan kotak bekal mu ya,"
radi langsung masuk kedalam mobilnya tanpa mengatakan sepata kata pun pada ratih, walau begitu terlukis jelas ekspresi bahagia yang menghiasi wajah ratih.
"sayang sudah pulang ,"ucap riko papa ratih
"papa!,"
"bagaimana pemeriksaannya sepertinya kamu sangat bahagia hari ini,"
"baik semuannya baik sekali hari ini,"
"ayo ceritakan sama papa,"
"rahasia hehe,"
---
ditempat lain radi menatap datar kotak bekal yang telah disiapkan ratih, tetempel sepucuk surat kecil disini
radi hehe selamat atas kejuaraan kemarin, ini hadiah kecil, ku harap kamu suka aku belajar masak ini kemarin ini makanan kesukaan kamu brownis coklat , aku harap kamu suka
dari ratih to radi
"radi itu apaan?," tanya hapsa teman akrab radi
"ini?," ucapnya menujuk kotak bekal jingga yang dibwa nya
"iya tumben amat lo bawa bekal, cuma mau main ps,"
"nih buat lo aja," radi melempar kearah hapsa
"maksih bro tau aja lo gua belom makan seharian,"
"gua mau keluarr beli minum, gua datang nanti ps nya dah hidup,"
"siap itu mah,'
radi berjalan menyusuri jalan membawa note pemberian ratih di kotak bekal nya tadi, ia sekejap teringan tentang perkataan dokter hasan yang bilang jika ratih kelelahan karena satu hal.
"apa karna bronis ini!?,"
"ck dasar bodoh," ucapnya lalu membuangnya ke dalam kotak sampah didepannya
---
" apa radi sudah baca!?,"
"kyaa!,"
"gimana nih aku malu ketemu dia,"