Livia berdiri terpaku di tengah riuh bandara. Langkahnya berhenti begitu saja ketika melewati pintu kaca. Suara-suara di sekelilingnya terdengar seperti gema; tangisan, teriakan, suara petugas yang menenangkan massa, juga bunyi loud speaker yang memanggil nama-nama entah untuk apa, semua itu tak benar-benar masuk ke telinganya.
Matanya kosong menatap kekacauan yang menyebar di seluruh penjuru ruang. Orang-orang yang berlari, petugas berseragam yang bergegas dengan wajah tegang dan papan pengumuman yang tak berhenti berkedip memperlihatkan satu kata paling menyayat: "Hilang"
Kata itu sepertinya baru saja membekukan tubuh dan pikiran Livia.