Gue memasukkan makanan ke dalam mulut dengan asal. Tanpa hentinya mulut ini menyumpah serapahi Devin yang sudah berhasil membodohi gue kemarin.
"DEVINO XAVIEERRRR...!!!" teriak gue dan berhasil membuat penghuni kantin menoleh dan menatap gue dengan tatapan aneh. "Awas aja kalo gue ketemu sama lo--" belum sempat gue melanjutkan kata-kata, terdengar suara seseorang yang begitu gue kenali dan baru saja gue caci maki.
"Ada apa? Kenapa manggil gue?" tanya Devin sambil memposisikan dirinya duduk berhadapan dengan gue.
"Oh, ternyata lo panjang umur juga," seru gue lalu disusul dengusan. "Nggak, gue do'ain lo berumur pendek, sialan!"
"Hei hei! Ada apa? Kenapa lo tiba-tiba marah sama gue, hmm?" tanya Devin sambil menunjukkan cengiran tanpa dosanya itu.
Gue menghela napas kasar lalu menatapnya. "Lo pernah gak sih pernah liat singa kalo lagi ngamuk?" tanya gue sambil menekankan kata 'singa'. Dapat gue lihat Devin menatap gue dengan heran lalu menggeleng pelan. "Dan sekarang, gue bakal menunjukkannya."
Gue langsung memposisikan berdiri hingga membuat Devin sedikit kaget dan ia langsung ikut berdiri juga. Gue langsung melepas heels yang gue pakai dan hendak melemparnya ke arah Devin. Devin yang menyadari ada bahaya yang akan menyerangnya langsung lari sambil teriak-teriak seolah tengah dikejar hantu.
"Sialan! Jangan lari lo!" teriak gue lagi sambil mengejar Devin dengan tangan yang menjinjing heels yang tadi gue lepas.
"Woi santai! Gue salah apa ya ampun, sampe gue diginiin sama lo!" teriak Devin tak kalah kerasnya.
Dapat gue pastikan semua mata kini menatap kami dengan pandangan aneh. Dan dari tatapan mata mereka, mereka seolah berkata pada kami 'orang gila'. Oke, tapi gue nggak peduli. Yang penting sekarang, Devin harus musnah dulu dengan tangan gue sendiri.
"Lo berani, ya bohongin gue!" teriak gue lagi sambil mengejar Devin yang berlari di koridor kampus.
"Bohongin apa sih? Jelasin dulu dong yang bener!" serunya tak kalah berteriak.
Terlihat Devin mulai lelah. Dan gue segera mempercepat lari agar menyusul Devin. Saat langkah gue mulai mendekat ke arahnya, gue segera melempar heels ke arah Devin. Dan yap! Gue mendengar suara jeritan seorang pria.
Gue tersenyum puas. Tapi, saat gue melihat ke arah Devin, ternyata bukan dia yang terkena lemparan heels tadi. Gue lihat pria lain tengah menenteng heels milik gue dan gue sangat mengenali pria itu. Terlihat pria itu menatap gue dengan sangar. Oke, gue yakin setelah ini gue bakal diomeli habis-habisan oleh mulut cabe-nya itu.
"Woi! Lo yang nimpuk gue?" teriaknya sambil menenteng heels milik gue.
Gue cuma cengengesan melihatnya. "Gue gak sengaja," seru gue sambil menunjukkan cengiran. Gue lihat dia tetap menatap gue dengan tatapan sangarnya itu. "Serius gue gak sengaja, Adin...," seru gue lagi berusaha untuk meyakinkan Adin. Gue lirik Devin yang berdiri di belakang Adin tengah menjulurkan lidahnya hingga otomatis langsung membuat gue menggerutu kesal.
"Jangan harap lo bisa balik bareng gue!" ucap Adin final lalu melempar heels gue ke sembarang tempat dan langsung melangkah pergi meninggalkan gue yang kini masih berdiri sambil menatap heels yang tadi Adin lempar.
Gue menghela napas berat. Otomatis gue akan mengeluarkan duit keramat ini untuk ongkos pulang. Ingat, kan tadi gue berangkat sekolah bareng Adin?
"Makanya lihat-lihat dulu dong!" seru Devin sambil menatap gue dengan cengirannya.
Gue mendesis keras melihatnya. "Sialan!" teriak gue lagi sambil melempar heels milik gue yang satunya. Dan yap! Heels gue berhasil mengenai seseorang lagi. Tapi ternyata orang itu bukan Devin lagi.
Gue menutup mulut tak percaya dengan pemandangan yang gue lihat sekarang. Pemandangan seseorang yang kini menatap gue dengan sangar juga.
Oke, kali ini gue tidak bisa berkutik lagi. Gue pastikan kalau hari ini hari tersial gue. Kenapa gue harus berurusan dengan si botak killer lagi, ya Tuhan!
Iya, heels gue tadi mengenai kepala dosen yang gue sebut botak killer itu. Gue yakin dia bakal marah besar. Gimana dia nggak marah coba, secara kepalanya yang botak itu terkena heels gue yang haknya lumayan tinggi. Pasti sangat sakit, kan?
Gue lihat dia menatap gue dan Devin bergantian. Gue yakin Devin sekarang juga bakal ikut terkena dampratannya.
"KALIAN BERDUA, IKUT KE RUANGAN BAPAK SEKARANG!!"
Lihat, kan? Alamat bakal dihukum lagi ini gue. Tapi, gue sedikit senang, karena gue yakin pasti Devin bakal ikut terkena hukuman dari si botak killer juga. Akhirnya, dibalik kesengsaraan gue hari ini, gue bisa mendapat kebahagiaan dengan melihat Devin si murid teladan dihukum oleh si botak killer. Haha...
***
Bisa tebak gue lagi apa sekarang? Jawabannya, gue lagi dihukum bareng Devin. Jangan berpikir gue dihukum dengan cara membersihkan WC atau perpustakaan lagi, salah besar! Hukuman kali ini menurut gue hukuman yang benar-benar bisa buat gue asma.