Renata Keyla

Fiha Ainun
Chapter #13

CONFESSION

Gue melangkah ke area taman Universitas untuk menemui Kak Juna. Tadi Kak Juna mengirimi gue pesan untuk mengajak bertemu di taman itu. Setelah sampai di taman, gue langsung mengedarkan pandangan mencari sosok Kak Juna namun tak gue temukan. Mata gue terus melihat ke sana kemari tapi tetap saja, gue tak mendapati keberadaan Kak Juna.

Gue menghembuskan napas berat dan segera berbalik hendak pergi. Namun gue langsung terbelalak mendapati Kak Juna yang justru sudah berdiri tepat di hadapan gue saat ini.

"Mau ke mana?" tanya Kak Juna sambil menunjukkan cengirannya.

Gue mendengus pelan tak urung langsung tersenyum. "Aku kira Kak Jun gak jadi dateng."

Kak Juna terkekeh pelan dan langsung mengacak rambut gue dengan gemas. "Kan Kakak yang nyuruh kamu ke sini, masa iya Kakak sendiri yang nggak dateng," jawabnya lalu langsung menggandeng tangan gue untuk mengajak pergi dari tempat itu.

"Loh, mau ke mana?" Gue bertanya sambil mengeryit bingung. "Tadi kan Kak Juna ajak ketemuannya di taman, kok sekarang malah pergi?"

"Udah ikut aja bawel!" serunya sambil menarik pelan hidung gue.

Gue meringis.

***

Sekarang gue tengah duduk di sebuah kafe dekat kampus yang pernah gue datangi waktu itu. Gue bingung kenapa Kak Juna malah ajak gue ke kafe seperti ini. Namun, saat gue tanya dia hanya menjawab dengan senyuman.

Terlihat sesekali Kak Juna mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe atau melirik ke arah jendela untuk melihat jalanan di luar. Gue mengeryit bingung. Pasalnya, Kak Juna tidak hanya sekali mengedarkan pandangannya, tapi berkali-kali, seperti tengah mencari seseorang.

"Liatin apa sih, Kak?" tanya gue sambil memicingkan mata.

Kak Juna yang tadinya tengah mengedarkan pandangan langsung menatap gue dan tersenyum. "Sebenernya, ada yang mau ketemu kamu sekarang."

Gue terlonjak kaget. "Siapa?"

"Ada, bentar lagi dateng orangnya."

Gue mengeryit bingung. Siapa yang mau bertemu gue? April, kah? Atau... pacarnya Kak Juna? Nggak nggak! Itu gak mungkin!

Selagi gue masih berpikir kemungkinan siapa yang mau bertemu dengan gue sekarang, gue dikejutkan dengan suara seorang perempuan yang kini sudah berdiri di sebelah gue.

"Lama nunggu, ya?"

Gue menoleh dan langsung mendapati seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah terlihat menua itu. Gue mengeryit bingung saat Kak Juna menyalami perempuan itu. Akhirnya, dengan masih memasang raut wajah bingung, gue langsung ikut menyalaminya.

"Ini Renata?" tanya wanita itu.

Gue terkejut bukan main ketika dia memanggil nama gue. Dari mana dia bisa tahu nama gue?

"Iya, Tante." Akhirnya gue menjawab dengan suara pelan.

"Perasaan Tante kayak pernah liat deh. Tapi di mana, ya?" tanyanya pelan seolah lebih tertuju untuk diri sendiri.

Gue tersenyum tipis. "Masa sih Tante? Mungkin cuma mirip doang."

"Iya kali, ya?" Wanita itu akhirnya ikut tersenyum. "Duh cantiknya... gak salah pilih kamu," serunya lagi melirik Kak Juna sekilas sambil mengelus pipi gue. Sementara gue yang dipuji seperti itu cuma bisa tersenyum malu.

"Ayo duduk lagi." Perintahnya yang langsung gue turuti.

Dia pun ikut duduk di sebelah gue, sementara posisi Kak Juna sudah duduk di hadapan gue. Gue bingung harus bicara apa karena pasalnya gue tidak mengetahui siapa wanita paruh baya ini. Dan gue akhirnya hanya bisa menatap Kak Juna dengan pandangan bingung.

"Maaf, Mama kelamaan, ya?" tanyanya yang semakin membuat gue terlonjak kaget.

Gila! Ini gila! Ini serius Ibunya Kak Juna? Masa sih? Gue benar-benar kaget setengah mati. Ada angin apa tiba-tiba Ibunya Kak Juna ingin bertemu gue? Sementara gue saja tak pernah bertemu apalagi kenal dengannya. Kok bisa?

"Nggak kok, Ma. Iya, kan Natt?"

"Eh! I-iya." Gue menjawab dengan gugup. Jelas saja gue gugup, gue harus bersikap bagaimana coba di hadapan Ibunya Kak Juna saat ini.

Lihat selengkapnya