Gue berjalan menyusuri koridor dengan sangat lesu. Sudah lebih dari dua minggu juga Devin menghilang. Devin ke mana? Kenapa dia pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Setiap hari gue tidak pernah melupakan untuk menghubungi nomor Devin. Namun hasilnya tetap sama, tak ada jawaban.
Hati gue miris lagi. Kembali miris jika kembali mengingat percakapan terakhir dengan Devin. Gue menyesal. Sungguh gue menyesal. Gue menyesal kenapa dulu tak coba mempercayai Devin. Karena nyatanya, dulu juga gue sempat satu pemikiran dengan Devin tentang Kak Juna.
Ingatlah, dulu gue pernah memergoki Kak Juna tengah jalan bersama seorang gadis. Dan itu tidak hanya sekali, dua kali. Bahkan mungkin lebih, hanya saja gue tidak mengetahuinya.
Gue terlalu terbawa emosi waktu itu sehingga tak bisa berpikir jernih. Gue malah menyalahkan Devin. Dan alhasil, gue sendiri yang membuat Devin pergi.
“Devin belum ada hubungin lo?” tanya Ara karena sedari tadi dia mungkin melihat raut wajah gue yang terlihat lesu.
Gue menggeleng dan otomatis menimbulkan helaan napas panjang dari mulut Ara dan juga Sesil.
“Devin ke mana sih? Kenapa dia hilang seolah ditelan bumi?” gerutu Sesil.
Gue cuma tersenyum miris. Benar, Devin seolah menghilang dari bumi. Mungkin dia tengah berkunjung ke planet lain agar keberadaannya tak diketahui oleh gue? Mustahil!
Seolah mengerti bagaimana keadaan gue sekarang, Ara menepuk pelan bahu gue. “Gak usah khawatir. Gue yakin Devin gak papa. Dia kan cowok.”
Gue cuma mengangguk mengiyakan.
“Yuna mana?” tanya Sesil.
Gue dan Ara cuma refleks mengangkat bahu tanda tak tahu.
***
Gue semakin mempercepat langkah ketika menyadari hujan seolah mengejar gue saat ini. Sial! Kenapa juga harus turun hujan di hari yang cerah ini? Di drama My Girlfriend Is Gumiho, jika turun hujan di hari yang cerah itu tandanya sedang ada rubah yang menangis. Gue terkekeh mengingatnya. Bukan, kali ini bukan rubah yang menangis. Tapi gue, hati gue. Apa hujan juga mengetahui isi hati gue yang sekarang hingga dia ikut iba lalu menurunkan hujan agar gue ada yang menemani?
Gue menghela napas. Pemikiran macam apa itu!
Sambil berteduh menunggu hujan mereda, gue mengedarkan pandangan ke sekeliling melihat orang-orang yang sibuk berlari meghindari hujan. Bahkan ada juga yang seolah mengabaikannya dan memilih badannya terguyur oleh hujan saat ini.