Gue memasuki kantin sekadar membeli minum untuk menghilangkan rasa haus. Baru saja menginjakkan kaki di area kantin, gue mendengar suara seorang perempuan yang sangat gue kenali memanggil nama gue.
Gue menoleh dan mendapati beberapa sahabat gue tengah duduk di tempat biasa kami duduki. Gue tersenyum lalu melambaikan tangan ke arah mereka.
“Natt! Sini gabung!” teriak Sesil yang tadi memanggil gue.
Akhirnya setelah membeli minum, gue melangkah mendekati mereka. Tidak ada Devin dan Yuna di sini. Biarlah, gue tak ingin peduli. Tapi, apakah bisa gue tak peduli? Sementara hati gue seakan memanas lagi? Gue segera menggeleng pelan untuk kembali menormalkan pikiran.
“Hai!” sapa gue dan langsung duduk di hadapan Adin. Tidak! Biasanya selalu ada Devin yang duduk di hadapan gue, tapi kali ini tidak. Hati gue kembali miris lagi.
“Lo ke mana aja? Jarang ngumpul lo sama kita,” celetuk Ara disusul dengusan kecilnya.
“Gue terakhir ketemu lo itu waktu lo numpang di mobil gue,” timbrung Joshua.
Gue terkekeh pelan. “Sorry sorry....”
“Gak pesen donat nih? Biasanya tiada hari tanpa donat.” Kali ini Ridwan yang berbicara.
Gue menggeleng. “Nggak ah! Mau move on!”
Mendengar ucapan gue sontak mereka cuma terkekeh pelan.
Adin memicingkan mata. “Kayaknya arah bicara lo bukan mengarah tentang itu deh.”
Gue mendengus sambil memutar bola mata malas. Namun, pandangan gue sekarang malah teralihkan ke arah seorang pria dan wanita yang kini tengah melangkah bersama menuju tempat yang tengah kami duduki.
Gue menghela napas pelan. Kenapa juga gue harus bertemu mereka lagi? Bukankah sudah gue bilang gue ingin menghindarinya? Ternyata Tuhan benar-benar semakin memperumit keadaan gue.
“Woi! Ngumpul kok gak ngabarin gue?” dengus Yuna yang kini sudah berada di dekat kami dan langsung duduk di sebelah Adin.
“Kita juga tadinya gak niat mau ngumpul gini,” jawab Adin.
“Duduk, Vin,” seru Malik yang masih melihat Devin hanya berdiri mematung.
Akhirnya gue merasakan kini Devin mulai duduk, tepat di sebelah gue. Sial! Kenapa dia harus duduk di sebelah gue? Ini membuat kesehatan jantung gue semakin tak normal kembali.
“Mau pesen makan gak? Sekalian nih gue mau pesen minum juga,” seru Joshua kepada Devin dan juga Yuna.
“Gue minum aja,” balas Yuna lalu tatapannya beralih ke arah Devin. “Lo?”
“Gue juga minum aja,” jawabnya.