Argh!
Apa yang terjadi?
Seperti ada yang menyusup menyerbu
Semacam virus
Memintal benang-benang halus
kelabu dan merah jambu
di otakku
Akal sehatku pergi
seonggok nafsu seketika meraksasa
menyambar
memangsa
buas bagai serigala
mengunyah-ngunyah
sejumput kesadaran yang tersisa
Aaarrrgh!
Suarasuara bergema
Mencaci
Mencela
Memaki
Memohon
Menghiba
Aaarrrgh!
Hentikan semuanya!
Tiba-tiba saja aku merasa marah sekali. Marah pada keadaanku yang sekarang ini. Marah pada kondisi keluargaku yang seperti ini. Marah kepada nasib. Juga marah setengah mati pada orang yang sudah menghinaku tadi.
Iya, kuanggap penilaian papa Monic terhadapku itu sebuah penghinaan. Sebab penilaiannya tidak objektif, hanya berdasar prasangka semata. Hanya berdasar 'yang ia duga'. Hanya berdasar pada apa yang terlintas dalam kepalanya.
Penilaian macam apa itu, yang menganggap kekurangan yang ada dalam keluargaku merupakan cerminan cacatnya diriku? Cacat! Cacat, katanya. Seolah-olah dia manusia sempurna.
Argh!