Renjana (1998)

Riska Gustania
Chapter #2

Sabitah

Namaku Sabitah Ancalapati, biasanya di panggil Sasa. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakakku yang pertama namanya Duta Abhipraya, yang kerap di sapa dengan panggilan Mas Duta sekarang ia sudah menjadi seorang Dosen di sebuah Universitas Negeri di Kota Bandung. Ia juga memboyong serta keluarga kecilnya untuk tinggal di kota yang di kenal dengan sebutan Kota Kembang itu. Sementara kakakku yang kedua namanya Anja Jumantara, dan biasanya di panggil dengan sebutan bang Anja. Sesuai dengan namanya, ia sekarang sering melangit karena profesinya adalah seorang Pilot di sebuah maskapai penerbangan internasional. Aku dan Bang Anja itu jarang bertemu karena jarak dan waktu. Hal itu yang membuat ia semakin posessif kepadaku, padahal aku sudah bukan anak kecil lagi.

Sementara aku, sekarang aku berprofesi sebagai dosen di sebuah kampus swasta di Jakarta. Aku mengampu mata kuliah Teori dan Sejarah Sastra. Menjadi seorang dosen sebetulnya bukan sesuatu yang mudah untukku. Menjadi seorang dosen memang sudah lama menjadi impianku. Namun, selepas kejadian sepuluh tahun yang lalu membuat hal yang awalnya aku impikan menjadi hal yang berat untuk aku lakukan terlebih saat aku mendapat tawaran di kampus ini. Menginjakkan kaki di tempat dia bertumbuh seolah menjadi sesuatu yang membuat dia terasa masih ada di sekitarku.

Sekarang usiaku 30 tahun. Dengan status masih lajang karena belum memikirkan untuk meneruskan ke jenjang yang lebih serius setelah kehilangan dia. Ini cerita tentangku belasan tahun yang lalu. Tentang aku yang berharap pada manusia, namun aku lupa jika harapan yang paling pasti harusnya ku gantungkan kepada Tuhan. Ini ceritaku dengan laki-laki yang selalu berusaha menempati janjinya, meskipun janji terakhirnya tak pernah bisa ia tepati.

Hari-hariku selalu di isi dengan mengajar dan berdiskusi dengan beberapa mahasiswa-mahasiswi yang butuh masukan. Aku termasuk dosen yang mudah bergaul dengan mahasiswa-mahasiswiku. Mungkin, karena umur kami tidak terlalu jauh, atau mungkin karena aku masih merasa memiliki jiwa muda. Seperti saat ini, aku baru saja selesai mengajar di salah satu kelas. Kaki ku melangkah menuju ke ruangan dosen. Kelas tadi kebetulan kelas terakhirku hari ini. Sebelum menuju ruangan dosen, tak lupa aku melipir lebih dulu ke ruangan akademik untuk menyimpan data presensi dari mahasiswa dan juga mahhasiswiku.

"Sudah selesai, Sa?" tanya Gadis, salah satu rekan kerjaku.

"Sudah, kamu sendiri gimana Dis?" tanyaku sembari mendudukan tubuhku di atas kursi.

"Sudah," jawabnya sembari menyimpan

Lihat selengkapnya