Renjana

Mardhatillah
Chapter #4

Eps - 3 : Keputusan Jana

Setelah bel istirahat pertama berbunyi, Jana berjalan beriringan dengan Dandi menuju taman sekolah. Dua remaja itu kini sudah duduk di salah satu bangku taman yang sedikit jauh dari keramaian para siswa.

“Apa yang mau dibicarakan, Jan?” tanya Dandi sambil memberikan minuman botol pada pacarnya.

Jana menerima pemberian Dandi, kini matanya menatap intens lawan bicaranya. “Tentang Rian, Dan,” bisik Jana tepat di sebalah telinga Dandi.

 Seketika, Dandi tersentak mendengar perkataan Jana. Ia menaikkan sebelah alis kirinya dan menatap Jana heran.

“Kenapa lagi, Jan?” tanyanya heran. 

“Tadi aku mimpi, Dan. Rian minta tolong sama aku, kalau ada beberapa hal yang nggak sempat ia selesaikan di dunia saat dia hidup,” Jana mulai menceritakan mimpinya. Ia tak berani mendongak menatap Dandi, takut pacarnya itu akan menganggapnya aneh.

Beberapa saat hening, Dandi tak merespons ucapan Jana. Hingga ketika Dandi mengeluarkan suaranya, Jana merasa sedikit tidak enak.

“Jadi, kamu mau?” suara rendah Dandi yang berat mampu membuat Jana tersentak. Kini Jana memberanikan diri untuk mendongak menatap pacarnya. “I-iya, Dan,” jawabnya sedikit ragu.

Dan tampak raut wajah Dandi berubah. Kini aurah tak mengenakan keluar dari dalam dirinya. “Kamu kok segitunya si Jan? Dia itu sudah nggak ada, lagian kan cuma mimpi,” ucap Dandi sambil menaikkan nada bicaranya.

Jana tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar. “Dan, Kok kamu-“ belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, Dandi sudah beranjak dan berdiri. “Cinta banget ya sama mantan pacarmu itu, terserah deh, aku nggak mau ambil pusing!” cetusnya.

Dandi berlalu meninggalkan Jana sendirian di taman sekolah. Ia menatap tak percaya kepergian Dandi. Dadanya terasa sesak tiba-tiba, kini, ia meremas telapak tangannya kuat.

“Dandi, kamu kok jahat banget,” Jana tertunduk dalam. Ia mencoba menenangkan dirinya. Hatinya masih merasa sakit dengan apa yang ia dengar barusan.

Saat sedang meruntuki kesedihannya, Juwita menghampiri Jana yang sedang duduk sendiri dengan wajah ditekuk. “Kamu kenapa, Jan?” Juwita ikut mendudukkan dirinya di samping Jana.

Jana menoleh, kini wajah kusutnya terpampang jelas dan sukses membuat Juwita kaget. “Waduh mukamu kenapa tuh, kucel banget sumpah!” mendengar penuturan Juwita, Jana menghela napasnya keras. 

“Dandi jahat banget, Jut. Dia kok ngomong kayak gitu, sakit baget tahu!” Jana menopang dagunya, ia menceritakan kejadian yang ia alami kepada Juwita.

Juwita menyimak segala hal yang disampaikan oleh sahabatnya itu. Dan hingga pada akhir cerita, Juwita paham akan masalah yang dialami Jana.

“Jan, sebaiknya kamu minta maaf saja dulu sama Dandi. Toh, laki-laki manapun pasti nggak akan terima kalau ceweknya lebih mentingin laki-laki lain,” jelas Juwita.. 

“Tapi Jut, kan niatku baik?” jawab Jana.

Juwita sontak tersenyum mendengar pembelaan Jana, “Jana, niatmu baik. Tapi ada satu hal yang harus kamu ingat, Rian itu sudah nggak ada.”

Nadia tertunduk mendengar perkataan Juwita. Ia merasa kalau perkataan sahabatnya itu ada benarnya. “Baiklah, makasih ya Jut. Aku cari Dandi dulu,” ucapnya sambil memeluk Juwita erat, kemudian berlari menuju kantin sekolah. Karena firasatnya berkata kalau Dandi ada di sana.

Lihat selengkapnya