RENJANA RIMBA

Joen YH
Chapter #10

Keromantisan yang Tidak Dibuat-buat


Rentetan masalah dalam kehidupan adalah pembentuk utama karakter seseorang. Semakin berat permasalahannya semakin keras dirinya dihantam. Maka di situlah bermula seseorang akan menjelma menjadi sosok yang berbeda. Entah itu akan menjadi sosok yang terpuruk atau menjadi kuat melebihi sebelumnya. 

Bima sejak bayi hingga kini berusia 23 tahun, tidak mengenal siapa dan bagaimana kedua orang tuanya. Yang ia ketahui hanyalah satu kenyataan, bahwa dirinya dulu diasuh oleh Umi Salma sejak masih orok. Penghuni di panti asuhan itu tidak terlalu banyak. Hanya tiga puluh anak dengan lima pengurus termasuk Umi Salma. Mereka tinggal di rumah tua yang luas. Rumah itu mempunyai gaya rancangan konstruksi Tiongkok.

Kata orang-orang sekitar panti asuhan itu, Umi Salma adalah putri dari seorang saudagar Cina yang menikah dengan anak perempuan seorang kiai di daerah Ampel. Semula mereka tidak direstui. Namun setelah Umi Salma lahir, mereka pun mendapat restu. Rupanya kehadiran cucu perempuan yang menggemaskan telah meluluhkan hati siapa pun.

Umi Salma dibesarkan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Juga oleh kakek neneknya. Ia tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik, perpaduan antara Tiongkok dan Jawa yang eksotis. Banyak yang ingin meminangnya menjadi istri. Namun tak satu pun yang bisa mendapatkan hati Umi Salma. Akhirnya Umi Salma memutuskan untuk mendalami ilmu agama dibantu kakeknya. Ia dikirim ke Madinah untuk belajar fikih dan hadis.

Sejarah pun berulang. Umi Salma dipinang oleh saudagar cina yang sangat kaya raya. Mereka bertemu di perjalanan pulang ke Indonesia. Akhirnya mereka menikah dengan sederhana sesuai permintaan Umi Salma sendiri. Lama berselang, suami Umi Salma tewas dibunuh oleh bajak laut di laut Cina selatan. Beruntung, jasadnya masih bisa dibawa pulang oleh anak buah kapal yang selamat.

Setelah kematian suaminya yang tragis, Umi Salma memusatkan diri sepenuhnya di pesantren peninggalan sang kakek.

Pada suatu pagi sebelum matahari meninggi seujung tombak, terjadi kegaduhan di pekarangan belakang pesantren. Seorang bayi laki-laki tergeletak di balai bambu yang berada di bawah pohon Sawo. Bayi itu diselimuti kain lusuh yang tebal. Ada sepucuk surat yang ditinggalkan bersama sang bayi. Hati Umi Salma tergerak untuk merawatnya. Bayi itu seperti pelipur lara yang dikirimkan Tuhan kepadanya. Lalu kakek Umi Salma memberi nama bayi itu Bima Akmal.

Lambat laun, ternyata tidak hanya Bima yang dirawat oleh Umi Salma. Bayi-bayi dan anak-anak yatim piatu mulai diasuh di rumahnya yang besar. Akhirnya rumahnya itu pun berubah menjadi panti asuhan. Banyak orang-orang yang selalu mendukung panti asuhan itu. Termasuk kawan-kawan dan kerabat almarhum suaminya. Bagi mereka, kebaikan suami Umi Salma yang kematiannya sangat tragis, tergantikan oleh berkahnya panti asuhan itu. Seseorang dari mereka pernah menceletuk di depan Bima. “Shi Shen terberkati karena istrinya yang juga baik hati. Dan anak-anak itu adalah berkat mereka berdua. Shi Shen pasti bahagia di nirwana”.

Lihat selengkapnya