RENJANA RIMBA

Joen YH
Chapter #15

Yang Tampak Tak Selalu Sama dengan Sebenarnya

Taman di dalam kompleks bangunan rumah sakit Lavalette tampak sepi. Hanya beberapa orang duduk di bangku-bangku taman yang melingkar di bawah pohon Trembesi. Wisnu duduk melamun di salah satu kursi. Pikirannya kalut. Tidak ada jalan lain baginya untuk bisa bertahan hidup selain harus menjalani kateterisasi jantung.

Semula Wisnu ingin bertukar pikiran dengan Damayanti. Namun urung. Wisnu sangat kecewa karena Damayanti telah membocorkan rahasianya kepada Bima.

Tiba-tiba ada yang menepuk lembut bahu Wisnu dari belakang. Seorang perempuan muda yang sangat cantik, berkulit putih dengan rambut sesiku tergerai. Wajahnya dirias namun tipis. Ia mengenakan rok putih sebetis dan blus warna merah muda. Senyumnya yang manis memperlihatkan deretan gigi putihnya.

“Papa dan Mama mana?” tanya perempuan muda itu sambil duduk di sebelah Wisnu. Bau parfum mahal tercium samar di hidung Wisnu.

“Tadi duduk di sini juga. Ada kawannya ayah yang ternyata dirawat di sini. Jadi sekalian mereka menjenguk. Kamu tahu aku di sini dari siapa?”

“Kemarin malam mama telepon. Aku kira besok kamu periksa lagi. Karena dokternya kan pasti libur hari minggu,” sahut perempuan muda itu dengan suara mendayu.

“Kebetulan hari ini dokter Sargowo ada kegiatan di rumah sakit. Lalu beliau memberi kabar ayah. Maaf aku tidak segera memberitahumu Mayang,” kata Wisnu tanpa memandang Mayang. Matanya menerawang ke depan.

Mayang, kekasihnya itu, tidak menyahut. Ia mengusap lembut punggung Wisnu.

“Eh, Mayang sudah sampai di sini. Kemari sendiri atau diantar?”

Ibu Wisnu menyapa Mayang dengan riang. Mayang segera berdiri dan menghampiri ibu Wisnu lalu memeluk dan mencium kedua pipinya.

“Berangkat sendiri, Ma. Papa mana?”

“Ke kamar mandi sebentar. Oya bagaimana kabar papa- mamamu? Sudah pulang dari Singapura?” tanya ibu Wisnu.

“Sudah, Ma. Oya, ini ada titipan oleh-oleh dari mama,” ucap Mayang sambil merogoh tas tangannya yang cantik.

“Kita duduk di sana saja.”

Ibu Wisnu menggandeng tangan Mayang. 

Tanpa memedulikan Wisnu, Mayang dan ibu Wisnu bercakap-cakap dengan seru. Sedangkan Wisnu sendiri tidak begitu menggubris dua perempuan berbeda generasi itu.

Seandainya Dama yang menemaniku hari ini, pasti dia yang paling antusias bertanya ini itu kepada dokter Sargowo. Dan dia juga yang akan paling ribut mengurusku” batin Wisnu.

Diambilnya ponsel dari sakunya. Ada pesan dari Damayanti yang belum ia buka sejak tadi. Wisnu sengaja tidak membukanya karena masih marah kepada Damayanti.

“Jadi ke dokter hari ini? Kalau jadi, kabari om Kun. Bilang saja ada urusan keluarga. Oya, kabari aku hasilnya ya? Tetap semangat, Wisnu! Birdrace menantimu!”

Wisnu tersenyum membaca pesan itu. Lalu ia menarik nafas panjang. Tiba-tiba saja suasana hatinya menjadi lebih baik.

“Mayang sudah di sini rupanya.”

Terdengar suara bariton ayah Wisnu terdengar dari arah belakang Wisnu duduk.

Mayang berdiri. Lalu mencium tangan ayah Wisnu.

“Oya, papa juga mendapat oleh-oleh. Sebentar,”

Lihat selengkapnya